Fimela.com, Jakarta Apa arti cinta pertama untukmu? Apa pengalaman cinta pertama yang tak terlupakan dalam hidupmu? Masing-masing dari kita punya sudut pandang dan cerita tersendiri terkait cinta pertama, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My First Love: Berbagi Kisah Manis tentang Cinta Pertama berikut ini.
***
Oleh: Amanda Chrysilla Annisa
Dia berambut keriting dengan senyuman ceria yang selalu menghiasi wajahnya. Wajah itu mirip sekali dengan milik ibunya. Dia jelas mewarisi rambut dan juga wajah ceria sang ibu.
Kami adalah teman sepermainan. Benar-benar teman sepermainan dalam arti sesungguhnya. Kami tidak pernah sekelas di taman kanak-kanak, tapi kami bisa saling mengenal. Ya, kami tak sengaja saling mengenal pada waktu istirahat. Sebenarnya, semua terjadi berkat dia.
Aku yang waktu itu sedang sibuk sendiri bermain perosotan, tiba-tiba dihampiri seorang anak laki-laki. "Aku ikut main ini, ya?" ucapnya riang kepadaku. "Nama kamu siapa?"
What's On Fimela
powered by
Menyukai Teman Sepermainan
Seperti drama-drama di televisi, aku terpesona melihat sosoknya. Pikirku, ini pertama kalinya seorang anak laki-laki asing menyapaku dan mengajakku berkenalan. Aku menyambut uluran tangannya dengan malu-malu lalu menyebutkan namaku. Kami resmi berkenalan setelah mengetahui nama masing-masing.
"Emang paling seru main perosotan!" teriaknya sambil meluncur dan kemudian berhasil menjejakkan kaki kecilnya di atas permukaan tanah berumput.
"Iya!" balasku tak kalah semangat dan membiarkan tubuhku juga ikut meluncur turun. Kami bermain perosotan secara bergantian.
Dia bahkan mengenalkanku kepada ibunya ketika pulang sekolah (bagaimana mungkin hubungan kami bisa langsung berjalan sejauh itu? Ah, khayalan tingkat tinggi!). Sepertinya, ibunya memang senang berkenalan dengan teman-teman dari anaknya. Beliau mengelus lembut kepalaku dan memintaku untuk terus bermain dengan anaknya. Aku mengangguk-anggukkan kepala penuh antusiasme untuk menjawab permintaan dari seorang wanita yang baru saja kukenal.
Aku tak tahu sejak kapan rasa cinta ini bersemayam di hatiku. Baru kemudian aku menyadarinya di saat kami berdua sudah sama-sama memasuki bangku kelas 1 SD.
Memang takdir, aku dan dia mendapatkan kelas yang sama. Dalam hati, aku merasa girang luar biasa. Itu artinya, aku bisa menghabiskan waktu bermain lebih banyak dengan seseorang yang kusukai. Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai merasakan perubahan pada dirinya.
Dia menyukai orang lain.
Karena terlalu kentara, aku pun bisa mengetahui secara pasti siapa gadis yang disukainya di kelas kami. Hubungan kami merenggang karena dia kini lebih sering menghampiri gadis itu di bangkunya ketika jam istirahat bergulir. Mungkin aku sudah berubah menjadi transparan di matanya. Dia tak lagi ingin bermain bersamaku.
Aku mengingat dengan jelas saat pembagian rapor caturwulan pertama (pada zamanku dulu, sistem semester belum berlaku. Setelah aku duduk di kelas 3 SD baru sistem semester berlaku). Gadis itu mendapatkan peringkat 1 di kelas kami. Dia segera saja melemparkan senyum manisnya kepada gadis itu ketika si gadis juga memandang ke arahnya. Sedangkan aku, hanya mendapat peringkat 8 di kelas.
Jadi, dia menyukai seseorang yang jauh lebih pintar dariku, batinku.
Bagian dari Masa Lalu
Bagaimana dengan peringkat dia? Peringkatnya juga berada di atasku, peringkat 4. Ternyata, teman sepermainanku bukan anak cowok sembarangan! (Agak berlebihan, ya? Namanya juga memuji orang yang pernah kita sukai.)
Aku bisa melihat bahwa mereka saling menyukai. Aku bisa merasakan dirinya yang semakin menjauh dariku tidak berusaha mendekatiku lagi. Tidak ada ajakan bermain. Tidak ada sapaan. Cinta pertamaku berakhir begitu saja.
Padahal, aku yang mengenalnya lebih dulu daripada gadis itu. Akan tetapi, gadis itu pulalah yang mampu mengambil hatinya. Tak peduli siapa yang mengenal lebih dulu, jika dia tidak bisa mengambil hatimu, maka hubungan itu tidak akan mungkin berjalan ke arah yang spesial. Seperti kisah cinta pertamaku ini.
Jika dipikir-pikir lagi sekarang, dulu aku sempat merasa rendah diri karena tidak lebih pintar di kelas daripada gadis yang disukainya. Padahal, setiap orang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Aku tidak perlu merasa lebih rendah daripada orang lain.
Aku bersyukur karena tidak pernah berusaha mencari perhatiannya setelah mengetahui bahwa dia menyukai gadis itu. Aku hanya tetap mengajaknya bermain bareng. Ketika dia menolakku dan berjalan menuju bangku gadis itu, aku pun melepaskannya. Memang aku sedikit merasa iri, tapi aku tak pernah merasa ingin mengganggu apalagi menghancurkan kedekatan mereka.
Selalu ingat bahwa sebesar apa pun rasa cinta kita kepada seseorang, jika seseorang itu tetap tidak ingin melihat ke arahmu, maka tidak akan terjadi apa-apa dalam hubungan kalian. Perasaan cinta bukan sesuatu yang bisa dipaksakan. Intinya, kita harus selalu memastikan orang yang kita sukai juga menyukai kita. Jangan memaksakan kehendak kalau tidak mau tersakiti.
Aku sudah lama menutup kisah cinta pertamaku yang bertepuk sebelah tangan. Sudah lama sekali sejak laki-laki itu tidak lagi mengajakku bermain dan mengobrol bersama. Bagiku, kisah kami sebagai teman sepermainan lebih dari cukup untuk diingat sebagai sebuah kenangan yang indah.
Hei, Kamu, Cinta Pertamaku! Semoga hari-harimu selalu berjalan menyenangkan, ya! Aku cuma ingin menanyakan kepadamu satu hal ini, sudah punya berapa anak? Atau jangan-jangan kita masih sama-sama sendiri?
#WomenforWomen