Berkisah tentang Engtay, gadis dari Serang yang ingin bersekolah ke Betawi. Setelah mendapat restu orang tuanya, Engtay pergi ke Betawi menyamar sebagai lelaki, karena pada masa itu, perempuan dilarang bersekolah. (Foto: dok. Image Dynamic)
Saat tersesat di jalan, Engtay bertemu dengan Sampek, seorang kutu buku dan rajin belajar yang mempunyai tujuan ke sekolah yang sama. Di sinlah awal mula cinta Engtay bersemi kepada Sampek. (Foto: dok. Image Dynamic)
Pertunjukan yang digelar pada Sabtu, 5 Maret hingga Minggu, 6 Maret 2022 pukul 13.00 dan 18.30 WIB di Ciputra Artpreneur, Ciputra World, Jakarta ini didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation. (Foto: dok. Image Dynamic)
“Dalam dua tahun penundaannya, lakon tentang cinta dan isu sosial ini telah mengalami empat kali pergantian jadwal, dan penyuntingan ulang naskah untuk mengurangi durasi lakon,” ujar N. Riantiarno selaku sutradara dan penulis naskah. (Foto: dok. Image Dynamic)
Produksi ke-223 Teater Koma ini diperankan oleh: Tuti Hartati, Ratna Riantiarno, Budi Ros, Emanuel Handoyo, Bayu Dharmawan, Daisy Lantang, Angga Yasti, Hengky Gunawan, Adri Prasetyo, Sir Ilham Jambak, Rangga Riantiarno dan Lutfi Ardiansyah. (Foto: dok. Image Dynamic)
“Ditampilkannya lakon SAMPEK ENGTAY ini menjadi bukti Teater Koma tak pernah lelah berinovasi dalam menyajikan pementasan yang berkualitas di tengah pandemi,” ungkap Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation. (Foto: dok. Image Dynamic)
Tata suara Matt Pallo, pandu vokal Naomi LG, rancang grafis RA7DIKA, Tinton Prianggoro (pengarah teknik) menghasilkan pementasan apik khas Teater Koma dengan arahan manajer panggung Sari Madjid dan pimpinan produksi Ratna Riantiarno. Bambang E.P (Foto: dok. Image Dynamic)