Cinta Bisa Datang dari Pertemuan yang Tak Pernah Kita Duga  

Endah Wijayanti diperbarui 09 Mar 2022, 08:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Apa arti cinta pertama untukmu? Apa pengalaman cinta pertama yang tak terlupakan dalam hidupmu? Masing-masing dari kita punya sudut pandang dan cerita tersendiri terkait cinta pertama, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My First Love: Berbagi Kisah Manis tentang Cinta Pertama berikut ini.

***

Oleh: Sutianingsih

Cinta bagi setiap orang pasti memiliki makna berbeda tergantung bagaimana mereka merasakannya. Sama halnya untukku, cinta pertama bagaikan takdir yang menyelamatkanku dari keputusan salah dan keliru.

Berawal dari cinta yang tidak disengaja, di tempat yang mungkin bagi sebagian wanita adalah tempat uji nyali sekaligus tempat yang pasti enggan dan membuat mereka kotor. Namun berbeda untukku, tempat ini adalah salah satu tempat yang mana bisa membuat siklus tidurku benar-benar terganggu. Bukan karena kegiatan yang dilakukan namun karena rasa deg-degan yang amat dalam sejak pertama aku melihat dan bertemu dengannya.

Cinta pertama atau apa aku bilang saja hanya cinta monyet? Apa pun itu aku merasa berbeda.

Aku mengenal ia yang aku sebut si Mr. Sandal Hitam, secara tidak sengaja dan dipertemukan di tempat tidak biasa. Tempat yang sudah aku ekspektasikan akan membosankan. Tapi entah ternyata berakhir menyenangkan dan mendebarkan.

Kisah ini berawal dari sebuah tugas pada masa aku menginjak bangku SMA kelas 1. Pramuka menjadi ekskul pengantarku untuk bertemu dengannya. Diutus secara tiba-tiba oleh pembimbing seorang diri untuk menjalankan pelatihan SAR Rescue di salah satu gunung yang terletak di Jawa Barat bernama Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Aku ditugaskan menjalankan pelatihan tersebut selama satu minggu. Malas rasanya mengingat hanya aku saja yang berangkat karena tidak ada teman sebaya yang pastinya bisa diajak untuk berdiskusi bersama. Dengan berat hati aku berangkat dan sampai pada tempat tujuan dengan mobil jip sewaan.

 

2 dari 3 halaman

Pertemuan dengan Seseorang

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Hari pertama aku jalani dengan biasa saja. Hari kedua sama saja dengan pelatihan dasar rescue tentang tali temali ketika memanjat tebing, aku jalankan dengan apa adanya tanpa rasa antusias. Pada hari ketiga ada pengumuman anggota baru yang akan ikut terlibat dari sekolah berbeda. Seperti biasa aku tidak menanggapi dengan antusias dan biasa saja. Namun setelah dia datang, rasanya satu minggu aku tidak ingin berpisah dan ingin berlanjut ke minggu-minggu berikutnya.

Kami berdua menjalankan pelatihan dengan antusias terutama aku sebagai pengagum rahasianya pada waktu itu. Ia menjagaku sampai berani mengantarku ke sekolah kembali untuk mengikuti tes jurusan IPA atau IPS.

Dengan berani ia meminjam motor pembimbing dan menjajal jalanan licin dan berlubang dengan salah satu motor trial (motor gunung). Pertama kali tanganku memegang bajunya yang kaku penuh lumpur agar tidak terjatuh.

Pada satu momen, motor yang kami tumpangi mati karena dipenuhi lumpur basah dari jalanan. Ia melihat sepatu yang aku pakai sudah tidak berbentuk dan penuh dengan lumpur, ia berlutut dan mengucapkan satu kalimat sihir yang membuat jantungku berdebar, “Pakai saja sandalku ini, nanti sampai pada saat kita bertemu kembali, kamu boleh mengembalikannya padaku. Kalimat yang belum aku lupa sampai sekarang, mungkin sampai nanti ketika ada kesempatan untuk kita bertemu kembali.

Aku pakai sandalnya dengan antusias dan pipiku memerah. Aku terpaku sepanjang perjalanan. Berpegangan lebih erat pada bajunya, dan aku harap tes hari itu bisa diundur dan aku bisa menghabiskan waktu lebih banyak dengannya. Mr. Sandal Hitam, aku menunggu momen itu, dan ingin kembali merasakannya.

3 dari 3 halaman

Ingin Mengucapkan Terima Kasih

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/mariabamboo

Saat tiba waktunya untuk kita berpisah, aku lupa untuk memberikan kalimat ucapan terima kasih. Aku merasa bahwa, kita tidak akan bertemu kembali walaupun aku benar-benar menginginkannya. Ia pun menawarkan untuk mengantarku ke rumah agar tidak telat mengikuti tes di sekolah.

Bukan hal mudah aku memberikan jawaban selanjutnya, “Tidak apa-apa, aku bisa berangkat menggunakan angkutan umum, terima kasih untuk tawaranmu." Aku tertegun sebentar, lalu secara spontan membalikkan badan dengan cepat karena dikejar waktu untuk melanjutkan tes di sekolah.

Aku naik angkot tanpa mengucapkan terima kasih kepada dirinya. Kami berpisah, tanpa mengucapkan kata perpisahan romantis. Aku harap rasa cinta ini bisa memberikan makna bahwa tidak ada pertemuan yang sia-sia.

Berkat kejadian itu aku bisa merasakan kasih dan sayang yang luar biasa dari orang yang bahkan tidak disangka belum pernah bertemu dengannya. Karena cinta bukan datang dari orang yang kita kenal sebelumnya, namun takdir yang sudah menentukan.

Aku hanya ingin menitipkan pesan untukmu, bahwa ketika kamu membaca tulisan ini, aku harap kita bisa bertemu sekali lagi, dan aku bisa mengucapkan terima kasih dengan lantang di hadapanmu tanpa merasa canggung, karena kamu sebagai masa laluku untuk saat ini.

#WomenforWomen