Fimela.com, Jakarta Apa arti cinta pertama untukmu? Apa pengalaman cinta pertama yang tak terlupakan dalam hidupmu? Masing-masing dari kita punya sudut pandang dan cerita tersendiri terkait cinta pertama, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My First Love: Berbagi Kisah Manis tentang Cinta Pertama berikut ini.
***
Oleh: BC
Cinta pertamaku itu seseorang yang pernah dijodohkan oleh keluargaku. Jadi suatu waktu aku diajak ke acara arisan keluarga, tiba-tiba mereka mengenalkan aku dengan seseorang. Di sana aku dan dia berbincang di ruang keluarga. Aku yang baru mengenal dia agak kikuk banget, karena jujur kami beda 8 tahun. Pun dia lebih dewasa saat berbicara, bahkan dia mengira aku seperti anak SMP. Saking cute-nya aku, padahal aku sudah hampir 20 tahun dan dia 28 tahun.
Dari segi wajah biasa saja, dia memiliki perawakan tambun namun, aku jatuh cinta dengan dia karena dia asyik banget diajak ngobrol. Kayak ada chemistry denganku. Sementara keluargaku pada ngumpet di lantai dua, ketika jam 9 malam, dia izin pamit. Sebuah kebetulan rumahnya masih tetangga dengan tanteku. Aku malam itu bermalam di rumah tanteku.
Kota Batu, Malang. Pertama kali aku tidak bisa tidur, sebelum tidur aku chat dia. Ah, salting. Saat itu juga dia terlihat sangat hangat padaku. Cara dia membalas pesan juga menggunakan emoticon yang kadang membuatku itu sinyal positif.
Jatuh cinta, padanya. Sampai esoknya aku mengintip lewat jendela, kalau dia akan beraktivitas. Sementara aku celingak-celinguk tidak memiliki kegiatan. Dia itu pemilik salah satu perusahaan di Batu, selain itu dia aktivis lingkungan dan ikut politisi.
Sebut saja namanya Alvin (nama samaran). Aku pulang ke Situbondo esok malamnya. Ia melambaikan tangan ketika aku berpamitan, saat itu separuh hatiku terasa hancur. Kami yang belum jelas statusnya, karena baru kenalan, harus terpisah.
What's On Fimela
powered by
Perasaan yang Tidak Berbalas
Sementara dia orangnya terlihat hati-hati dan selektif mencari wanita yang akan dijadikan pendamping. Setahun tidak ada kabar, dua tahun, kami hanya sekadar chat di WA dan messenger. Setiap aku bikin status dia seperti memberikan like. Bahkan dia juga membaca cerita aku di platform. Hum, so sweet. Oh iya, dia belikan aku novel yang tebalnya 500 halaman. Itu dia ke beberapa toko buku, karena bukunya sangat best seller. Dia kirim seadanya kepadaku. Aku saat itu masih memanggil dengan sebutan kakak.
Aku pun beberapa kali ke Malang, walaupun cuma lewat saja. Namun, tidak pernah berkesempatan untuk say “Hallo,” ia terlihat sibuk di pekerjaannya. Aku melihatnya dari jauh, sebagai introvert dan perempuan. Tentu gengsi dong!
2018 menjadi momentum bagiku, mengunjungi Malang lagi tanpa direncanakan, kebetulan lagi aku dan keluarga menginap di homestay di Batu depan tempat wisata yang terkenal.
Aku pun langsung share lokasi dan mengajak ketemu, saat itu malam Minggu. Aku ingin banget jalan bareng, namun aku bersama sepupuku juga perempuan. Khawatir ada fitnah, jadi kami bertiga.
Saat malam itu aku juga bercerita tentang keadaan Malang dan ia pun menimpali. Namun, tidak ada pembicaraan yang menjurus pada hal bernama komitmen. Sampai aku kode-kode dengan lagu yang sedang diputar saat itu. Lampion lampu, menjadi saksi bisu kami. Pertama kali, aku naik kereta cepat di atas dan melihat pemandangan lampu-lampu kota Batu yang indah. Dia juga yang membayar tiket kami.
Malam itu aku tagih lagi, jawaban dari kata belum siap untuk menikah, ia menganggap aku terlalu baik. Ia juga mengatakan hal yang membuatku hancur berkeping-keping. Ia tidak suka denganku setelah 3 tahun aku menunggu kepastian dan keajaiban. Ternyata cinta pertama aku cuma dalam dunia khayalanku saja.
Cerita Cintaku Seperti Kupu-Kupu
Aku jatuh cinta kepada orang yang salah, saat itu aku memang patah hati. Karena memupuk cinta terlalu dalam. Terutama ia orangnya kupikir baik, funny dan sukses banget. Siapa tahu aku bisa mengubah diri jadi orang yang lebih sukses. Tetapi Allah yang Maha Mengatur hati itu tidak mengizinkan aku dengan dia.
Pada tahun yang sama, aku menerima pinangan dari orang yang sama sekali tidak aku kenal. Karena bagi aku cinta itu bisa tumbuh sejalan dengan visi-misi yang sama. Aku dijodohkan oleh teman SMA aku, kebetulan dia nginep di rumah aku. Karena rumahnya dia jauh, namun sudah malam ia ngampung bermalam. Ia menanyakan arti status galau aku. Ya aku cerita kalau aku patah hati, berharap selama 3 tahun tanpa kepastian.
Akhirnya dia yang mengenalkanku pada lelaki yang kini menjadi suamiku. Aku menikah sama suamiku tanpa ada rasa cinta, hanya suka, aku hanya niat nikah untuk ibadah, nikah sederhana dan dadakan. Persiapan hanya hitungan hari, yang penting sah di mata agama dan hukum. Tanpa terasa sudah 4 tahun masa aku dan suami terlewati hingga memiliki 2 buah hati. Cinta pertamaku memang sudah kandas, tetapi suamiku menjadi cinta terakhirku. Insyaallah.
Cerita cintaku seperti kupu-kupu, ketika kita mencari dan menanti ia malah terbang, tetapi jika tidak terlalu mencari, kupu-kupu datang.
#WomenforWomen