Alasan Anak Perlu Mempelajari Coding Sejak Dini

Anisha Saktian Putri diperbarui 07 Mar 2022, 14:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Menurut laporan dari McKinsey Global Institute, hampir separuh dari pekerjaan manusia akan diambil-alih oleh mesin/robot otomatis pada tahun 2055. Sementara saat ini, jumlah programmer yang menguasai coding masih sangat terbatas, yaitu sekitar 24,5 juta orang di seluruh dunia.

Akibatnya, profesi programmer/developer pun menjadi profesi yang paling banyak dicari dan dibutuhkan, termasuk di Indonesia. Lahir di era industrialisasi gelombang ke-4, atau yang lebih dikenal dengan revolusi teknologi, anak-anak dituntut untuk memiliki pemahaman dan penguasaan lebih terhadap aset digital. Setiap harinya, manusia semakin banyak berinteraksi dengan mesin dan komputasi.

Coding sering disebut sebagai “bahasa masa depan”, karena memungkinkan manusia untuk bisa “berkomunikasi” dan mengatur mesin dan komputer, alih-alih digantikan perannya. Itulah mengapa, penting bagi anak-anak masa kini untuk mempelajari kemampuan coding sejak dini. 

Menurut laporan dari McKinsey Global Institute, hampir separuh dari pekerjaan manusia akan diambil-alih oleh mesin/robot otomatis pada tahun 2055. Sementara saat ini, jumlah programmer yang menguasai coding masih sangat terbatas, yaitu sekitar 24,5 juta orang di seluruh dunia. Akibatnya, profesi programmer/developer menjadi profesi yang paling banyak dicari dan dibutuhkan, termasuk di Indonesia.

Kemampuan coding sejak dini menjadi bekal si kecil untuk bisa mengembangkan mindset pemecahan masalah dan kreativitas, sehingga memiliki keunggulan kompetitif di dunia kerja masa depan. Memahami pentingnya penguasaan coding untuk anak-anak, Hacktiv8, coding bootcamp ternama di Indonesia, memperkenalkan program pendidikan HacktivKidz.

Pelatihan ini mengajak si kecil belajar melalui sesi coding yang menyenangkan, dengan merangsang imajinasi dan kreativitas mereka dalam membuat berbagai program ataupun game berbasis karakter dan animasi. Terdapat tiga kategori program utama yang dapat dipilih, yaitu:

1. Kelas Animasi (7-13 tahun): kelas pemula, dimana si kecil bisa mempelajari block coding dengan animasi, pengenalan dasar, pembuatan animasi dengan Pictoblox, serta penambahan efek suara dan storytelling.

2. Kelas Seni (8-13 tahun): kelas pemula dimana si kecil belajar menggambar dengan coding, serta memainkan efek suara, menggambar, dan mengatur berbagai latar belakang animasi.

3. Kelas Roblox (8-14 thn): kelas tingkat lanjut, dimana si kecil mempelajari konsep komputer, logika pemrograman, dan latihan dasar coding untuk mengembangkan sebuah game yang dapat langsung dipraktekan di platform Roblox Studio 

“Seperti pembelajaran bahasa pada umumnya, pengenalan terhadap coding akan lebih baik jika dimulai sejak dini, karena anak kecil lebih reseptif dan bisa melatihnya terus hingga jangka waktu yang panjang. Karena itulah, HacktivKidz hadir agar anak-anak bisa belajar di lingkungan yang menyenangkan, dengan kurikulum yang terpersonalisasi. Tidak hanya sebagai bahasa masa depan, coding bermanfaat merangsang kreativitas, menumbuhkan semangat inovatif, menstimulasi logika berpikir, dan memperkuat kemampuan anak untuk memecahkan masalah,” ungkap Juventia Vicky Riana, Chief Commercial Officer Hacktiv8, menjelaskan awal tercetusnya program HacktivKidz.

2 dari 2 halaman

Lima kurikulum coding

ilustrasi ibu dan anak/copyright By PR Image Factory from Shutterstock

Hacktiv8 merancang kurikulum program HacktivKidz dengan riset mendalam, untuk memastikan bahwa pelatihan coding anak bisa berjalan maksimal, baik dalam setting offline maupun online. Lima pilar kurikulum HacktivKidz adalah: 

1) Sense of Purpose, dimana anak memiliki pemahaman yang lebih baik dan terinspirasi untuk mengejar pembelajaran tingkat lanjut; 

2) Pembelajaran Terpersonalisasi, dimana instruktur memantau masing-masing perkembangan anak dan memberikan materi yang sesuai dengan kemampuannya; 

3) Merangsang Logika Matematika, dimana anak bisa menganalisa implementasi konsep matematika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah; 

4) Kepercayaan Diri, dimana anak dilatih untuk berani bersuara dan percaya diri mempresentasikan hasil karyanya.

5) Menantang & Menyenangkan, dimana anak bisa tekun belajar melalui animasi dan game yang menawarkan tantangan seru, sehingga anak lebih termotivasi. Satu bulan setelah pertama kali diuji coba, program HacktivKidz telah melatih lebih dari 50 anak.

Program HacktivKidz bisa diikuti oleh anak-anak berusia 8-13 tahun, dan perangkat keras yang digunakan setidaknya memiliki prosesor Core i3, RAM 4GB, serta kapasitas memori setidaknya 100GB. 

Untuk pemilihan instrukturnya sendiri, Hacktiv8 menerapkan standar yang berbeda dari biasanya. Instruktur HacktivKidz terpilih harus memiliki pengalaman dan penguasaan materi dalam pengetahuan dasar coding, coding dengan animasi dan suara (PictoBlox, MIT, Roblox, dll.), dan memiliki pengalaman mengajar anak-anak. 

“Kami percaya bahwa ada banyak sekali cara untuk belajar coding. Namun, hanya ada satu tempat dimana anak mendapatkan pengalaman yang paling relevan dan berharga untuk memenuhi kebutuhan digital di masa depan, yaitu: Institusi Pendidikan. Itu sebabnya, kami berencana untuk berkolaborasi dengan sekolah untuk menjangkau lebih banyak pembuat kode di masa depan. Coding adalah kemampuan intelektual tinggi, dan hanya dengan berkolaborasi, kita bisa membuat program pengembangan coding yang paling canggih dan mutakhir,” tambah Juventia Vicky.

#women for women