Fimela.com, Jakarta Perkembangan media sosial membuat kita dengan mudahnya ‘beropini’. Menyimpulkan yang terlihat dengan dalih perhatian. Meskipun banyak yang tulus, seringkali yang terjadi justru sebaliknya, menghakimi dengan memberi nasihat seakan-akan paling memahami keadaan dan kebutuhan kita. Apalagi kamu, sebagai seorang ibu.
Dikritik dengan segala keputusan yang dilakukan untuk buah hati oleh ibu seakan menjadi hal yang lumrah. Bahkan kritik pedas ini seringkali dilakukan oleh keluarga. Yang seharusnya lebih memahami dan mendukung segala keputusanmu.
Kalimat pedas seperti;
Anaknya masih bayi tapi sudah ditinggal bekerja. Penting banget ya pekerjaannya hingga tega mengabaikan anaknya sendiri.
Apa dia nggak mau kasih ASI sih, bayi masih merah gitu sudah diberi susu formula. Malas banget jadi ibu, menyusui saja tidak mau.
Sering disampaikan dengan dalih perhatian, padahal menyakitkan bagi seorang ibu. Itulah yang dinamakan dengan mom shaming.
What's On Fimela
powered by
Data tentang Mom Shaming
Dalam survei yang dilakukan BukaReview pada tahun 2021 lalu, menyebutkan jika 88% Ibu Melineal dan Gen Z mengalami mom shaming. Survei yang dilakukan BukaReview terhadap 208 ibu milenial, 88 persen ibu pernah mengalami mom shaming dan lebih dari 90 persen ibu merasa mom shaming semakin marak terjadi. Kenyataan yang membuat kita miris.
Yang sering terlupakan efek mom shaming ini sangat berpengaruh pada psikologi ibu. Rasa insecure, tak nyaman, merasa dirinya salah, dan menganggap dirinya tidak pantas menjadi seorang ibu.
Padahal yang dibutuhkan seorang ibu adalah dukungan atas pilihannya. Apapun itu, seorang ibu adalah yang paling memahami kebutuhan buah hatinya. Ia paling tahu yang terbaik untuk anaknya.
Cara Menghadapi Mom Shaming
Inginnya cuek, tapi tak bisa dipungkiri mom shaming memang mengganggu. Cara di bawah ini mungkin akan sedikit membantumu untuk tak terlalu memikirkan masalah ini.
1. Saring komentar dan pelajari
Pertama, Moms bisa mendengarkan dulu apa yang mereka katakan. Saring mana komentar yang baik dan bisa membangun. Buang komentar buruk yang menjatuhkan dan sifatnya menyerang. Tentu ada hal yang bisa dipelajari sehingga dirimu bisa jadi ibu yang lebih baik.
2. Berpikiran positif
Jika sifatnya sudah menyerang dan menyakiti hati, hal penting untuk dipegang adalah berpikiran positif. Jangan biarkan komentar negatif merusak mood dan membuatmu stres sendiri.
3. Tak perlu merespon
Ketika dirimu yakin bahwa cara mengasuh anak sudah benar, tapi masih saja dicerca, saatnya mengabaikan. Jika perlu, tak usah membaca koemntar di media sosial. Hentikan dulu aktivitas di media sosial dan jangan mengunggah foto pribadi dengan anak yang memancing komentar.
Berhenti Membandingkan karena Semua Ibu Istimewa
Setiap ibutahu apa yang terbaik buat anaknya, karena ia lah yang setiap hari bersamanya. Jika ada seorang ibu merawat dan mengasuh anaknya dengan cara yang berbeda dari yang lain, bukan berarti ibu tersebut salah.
Walaupun mom shaming yang dilakukan untuk memeberi masukan atau nasehat, usahakan agar mom shaming ini tidak menyakiti hati ibu yang lain. Terlihat sepel, tapi dampak dari mom shaming sangat berbahaya khususnya bagi keadaan psikologis seseorang.
Menjadi seorang ibu bukan perkara yang mudah. Rasa lelah, cemas, khawatir dan stres adalah hal biasa yang dirasakan ibu. Jika rasa lelah dan cemas ini ditambahkan dengan perilaku mom shaming dari orang lain, tentu ini akan menambah beban, rasa lelah dan cemas juga stres di pikiran.
Stop, mom shaming karena setiap ibu paling tahu apa yang terbaik untuk anaknya.