Fimela.com, Jakarta Apa arti cinta pertama untukmu? Apa pengalaman cinta pertama yang tak terlupakan dalam hidupmu? Masing-masing dari kita punya sudut pandang dan cerita tersendiri terkait cinta pertama, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My First Love: Berbagi Kisah Manis tentang Cinta Pertama berikut ini.
***
Oleh: Asyifa HK
2015, tahun yang sangat berdebu teruntuk sosok bernama aku dan kakak kelas yang bahkan kisahnya sudah muak didengar banyak orang. Kakak kelas yang disebut sebagai kiblat cinta terbaik untuk gadis labil yang baru saja memasuki masa menengah pertama. Begitu belia untuk dikatakan cinta terbaik, maka memang tema ini lebih tepat untuk dikatakan cinta pertama seperti seharusnya.
Cinta pertama. Ya, cinta pertama dengan yakin aku katakan. Dia, si kakak OSIS yang menarikku berlama-lama. Sangat lama, bahkan sampai sekarang. Aku masih dengan kisah di tahun 2015 bertahun-tahun lalu. Lalu sebenarnya, kisah ini harus digarisbawahi cinta pertama? Cinta selamanya? Cinta abadi? Atau cinta sejati?
Begitu banyak hal sudah kulewati, begitu banyak kisah yang kuhadapi dan tuntas kuselesaikan jika sesekali ada keliru. Namun, entah apa yang membuat kisah cinta pertamaku abadi hingga tahun terus beganti.
What's On Fimela
powered by
Menyukai Kakak OSIS
Ingin sekali kusebut sebagai cinta pertama seperti mereka kebanyakan, cinta pertama yang berakhir menjadi cinta monyet mungkin. Ah, andai saja. Tapi rasanya, kisah ini terlalu panjang. Dengan aku pemeran utamanya, lalu ilusi-ilusi tentang si kakak OSIS yang tak pernah bosan memenuhi anganku.
Kisah ini memang salahku, aku sendiri yang membuat semuanya semakin rumit. Andai saja, andai saja dulu aku menutup lembar berikutnya. Mungkin, cinta pertama ini akan terkesan jenaka di telinga mereka yang mendengarkan. Andai saja.
Begitu banyak pertanyaan. Kenapa? Kenapa kisah ini menjadi abadi hingga saat ini? Apa yang membuat sosok aku tidak segera menutup lembar berikutnya?
Jujur saja, pertanyaan itu pun muncul dari dalam diriku sendiri. Pertanyaan, yang berakhir diam dalam hatiku. Tidak ada. Tidak ada jawaban walaupun aku ingin. Tidak sama sekali. Aku memiliki jawaban itu, tapi rasanya semesta bahkan burung camar pun akan menertawai jawaban itu.
Mereka akan menganggap aku adalah sosok Juliet yang terlahir kembali. Ya, aku merasa seperti itu. Entahlah, hanya saja keyakinan itu seberapa kuat aku menghilangkannya, tetap saja dia selalu hadir untuk membuat tubuh ku tetap dengan kisah dari cinta pertama. Tanyakan saja, seberapa hebat aku bersikeras melupakan dia yang menjadi cinta pertama? Bahkan, bagian itu walau sakit tetap kuulang. Namun tidak, hasilnya aku kembali dengan kisah yang sama pada tahun 2015.
Bergulat dengan Berbagai Macam Perasaan
Boleh kukatakan bahwa tulisan ini adalah tentang aku yang abadi dengan cinta pertama. Entah seberapa hebat si kakak OSIS membiusku, tapi jika ada orang yang mengatakan bahwa aku salah mencintai dia, maka aku akan sangat marah. Sangat marah. Karena cinta pertamaku bukanlah kesalahan, kisahku dari dulu hingga sekarang, adalah takdir yang Tuhan gariskan dengan seberapa kuat aku mencoba menghapusnya. Tapi entah apa yang semesta inginkan, aku tetap kembali pada kisah itu. Dan tentang seberapa hebat pria itu membuatku gila? Tanyakan saja pada mereka juga yang menganggap dia adalah cinta pertama.
Dan tentang sosok dia, si kakak OSIS. Boleh kukatakan, segala tentang dia tidak cukup untuk beberapa paragraf sata ini. Telah lama kutuliskan tentangnya, bahkan kisahnya menjadi tumpukan terbanyak.
Segala hal tentang dia, aku tahu. Segala hal tentang dia, aku mengerti. Segala hal tentang dia, aku bertepuk tangan. Dan segala hal tentang dia, aku suka. Bagian akhir ini, mungkin aku akan dianggap sebagai sosok buta cinta yang akan menyukai segala hal tentang sosok yang disukainya. Apa pun itu, aku tidak peduli. Jelasnya, aku sangat mencintai dia.
Bahkan, hidupku saat ini tak lepas dari apa yang ia pengaruhi untuk sosok aku. Begitu banyak hal yang kupelajari darinya. Segalanya, kecuali tentang mencintai kembali orang yang mencintai kita. Tidak. Dia tidak bisa mengajari itu, karena dia saja tidak berniat membalas perasaanku. Itu saja, tapi tidak masalah. Itu adalah haknya. Dan fakta bahwa segala hal aku belajar darinya, itu adalah benar.
Dan cinta pertama, sosok anak perempuan biasanya tidak akan ragu mengatakan bahwa Ayah adalah sosok terbaik untuk cinta pertama. Ayah adalah sosok yang tak perlu bohong untuk mengatakan bahwa cinta pertamanya adalah yang terbaik. Dan jujur saja, aku sangat ingin merasakan itu. Tapi tidak, Tuhan tidak memberikan kesempatan itu.
Bahkan sekeras apa pun aku mencoba, tetap saja tidak. Aku tidak bisa naif untuk mengatakan hal indah bahwa Ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Karena beberapa hal yang menyebabkan aku tidak mengenal Ayah. Jauh, sangat jauh, baik hati dan mata tidak ada yang bisa kutuliskan untuk sekedar mengatakan bahwa Ayah adalah cinta pertamaku, sosok anak perempuan Ayah. Maka untuk kali ini, biarlah jika hal itu salah, jadilah kesalahanku karena telah menempatkan sosok lain sebagai cinta pertamaku selain Ayah.
#WomenforWomen