Fimela.com, Jakarta Kapan terakhir kali kamu didongengkan? Kalau jawabannya sudah lupa, sama. Maka saat Museum MACAN menggelar dongeng daring akhir pekan bersama pendongeng legendaris PM Toh pada Sabtu, 26 Februari 2022, kami langsung menunggu dan menyambutnya dengan antusias.
Mendongeng Daring merupakan rangkaian dari pameran 'Present Continuous/ Sekarang Seterusnya' yang dimulai sejak 15 Januari 2022. Pameran yang diinisiasi oleh Museum MACAN ini, salah s tunya berkolaborasi dengan LOKA (Banda Aceh), di mana merupakan daerah asal pendongeng Agus Nur Amal yang dikenal dengan nama panggung PM Toh.
PM Toh yang memiliki ciri memakai peci warna-warni kerap menggunakan benda-benda keseharian sebagai pendukung visual dan tekatrikalnya dalam pertunjukan cerita yang disampaikan. Dalam seri 'Sesi Mendongeng Daring' ini, PM Toh membawakan 'Hikayat Waktu', sebuah repertoar atau kumpulan lakon pembagian waktu yang dilansir menurut tradisi dan kaidah masyarakat Mentawai, Sumatera Barat.
PM Toh membuka cerita dengan menunjukkan lokasi Kepulauan Mentawai via perjalanan dari Sumatera Barat. Hidup di kepulauan, orang Mentawai menjadi suku penguasa lautan.
What's On Fimela
powered by
Kolaborasi Seni Kontemporer Baru
PM Toh membawakan cerita pengaturan waktu orang Mentawai dalam tiga screen. Pertama, tentu PM Toh sendiri dan dua layar lainnya berperan memberi ilustrasi dongeng yang menampilkan gambar dan benda-benda di sekitar untuk memperkuat cerita.
Tak lupa audio yang membuat sesi dongeng daring semakin hidup. Yang terpenting isi cerita yang membuat kita semakin menghargai waktu dan mensyukuri kemudahan untuk mengetahui 'jam berapa sekarang?'
Namun di balik itu, makna lainnya yang bisa diambil dari dongeng PM Toh adalah, kebebasan orang Mentawai dalam mengatur waktu, bukan diatur waktu. Dari mulai bangun tidur, berlayar atau bekerja, sampai kembali tidur lagi lewat tanda-tanda yang muncul dalam alam raya.
Sekitar 45 menit, Fimela menikmati dongeng daring yang menjadi pengalaman baru. Sesi Mendongeng Daring 'Hikayat Waktu' ini juga hadir untuk merespons gagasan dalam mengangkat kisah-kisah atau isu lokal yang terjadi selama periode pandemi sebagai upaya praktik dan kolaborasi seni kontemporer yang baru.
#WomenForWomen