Ayah Cinta Pertamaku, Semua Kenangan Bersamanya Begitu Indah

Endah Wijayanti diperbarui 28 Feb 2022, 07:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Apa arti cinta pertama untukmu? Apa pengalaman cinta pertama yang tak terlupakan dalam hidupmu? Masing-masing dari kita punya sudut pandang dan cerita tersendiri terkait cinta pertama, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My First Love: Berbagi Kisah Manis tentang Cinta Pertama berikut ini.

***

Oleh: I

Bagi kebanyakan orang, cinta pertama mungkin terjadi saat masih remaja. Saat duduk di bangku sekolah berseragam putih biru atau putih abu-abu, saat kuliah, atau bahkan saat sudah memasuki dunia kerja. Tapi bagiku, cinta pertamaku terjadi sejak aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Sejak aku melihatnya yang dengan besar hati dan lapang dada meninggalkan seragam prajuritnya demi anak-anaknya. Ya, ayahku adalah cinta pertamaku. Klise memang, tapi seperti itulah kisah cinta pertamaku.

Sejak kecil aku tumbuh dengan kasih sayang seorang ayah yang sosoknya sangat tegas, keras, bertanggung jawab dan sangat melindungi keluarga. Meski didikan beliau sangat keras, karena background beliau yang seorang pensiunan tentara, tapi hal itu tidak lantas menjadikan bapak, begitu panggilan kami kepada beliau, menjadi sosok yang ditakuti anak-anaknya. Sebaliknya, daripada dengan ibu, kami anak-anaknya lebih dekat dengan bapak. Tentu saja karena ibu bekerja, dan bapaklah yang sering menemani kami di rumah. Meski kadang-kadang bapak pergi mencari uang tambahan untuk biaya sekolah dan uang saku kami.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Ayah Sosok Cinta Pertamaku

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/CandyRetriever

Bagi orang lain, keluarga kami mungkin terlihat unik atau malah aneh. Di saat bapak yang saat itu adalah seorang tentara, dan ibu seorang guru sekolah dasar, bapak malah memutuskan untuk berhenti bekerja dan mempersilakan ibu untuk tetap bekerja. Saat itu aku belum memahami alasan keduanya memutuskan demikian, tapi saat sudah dewasa aku baru memahaminya. Dan itu membuatku semakin kagum pada sosok bapak.

Sejak aku kecil, bapak tidak pernah absen mengantar anak-anaknya berangkat ke sekolah, meski sekolah kami berbeda. Bapak juga yang menjemput kami pulang sekolah. Dan itu terus dilakukannya sejak kami masih duduk di bangku TK hingga kami kuliah di kota yang berbeda dengan rumah tempat tinggal kami.

Bapaklah yang selalu siaga mengantar dan menjemput anak-anaknya berangkat maupun pulang sekolah, bahkan kuliah. Meski kadang mengantar jemputnya naik kendaraan umum karena motor bapak mogok dan butuh diperbaiki, sedangkan saat itu belum ada uang untuk membawa motor ke bengkel. Maklum, motor bapak sudah tua.

Kadang kalau tidak ada uang untuk beli bensin, bapak ikut nebeng bis yang sopir dan kernetnya kenalan bapak, jadi beliau tidak perlu membayar ongkos naik bis. Kalau anak-anaknya ada kegiatan sekolah seperti kemah, atau outbond yang sampai menginap di luar, pasti bapak menjenguk dengan membawakan cemilan-cemilan kesukaan anak-anaknya. Meski ternyata untuk membeli camilan-camilan itu bapak berhutang dulu di warung teman bapak. Hujan, terik panas matahari, dan kehabisan bensin tidak pernah menghalangi bapak untuk mengantar jemput anak-anaknya ke mana pun.

3 dari 3 halaman

Banyak Kenangan Indah

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/CandyRetriever

Saat keadaan ekonomi keluarga sulit, bapak rela bekerja apa pun. Mulai dari berdagang obat-obatan herbal, berjualan pakaian dan alat-alat outdoor, menjadi satpam, bahkan menjadi kuli bangunan. Bapak sama sekali tidak merasa malu ataupun gengsi dengan pekerjaannya saat itu. Semua dilakukannya agar anak-anaknya bisa tetap sekolah dan punya uang saku. Karena mengandalkan penghasilan ibu sebagai guru sekolah dasar saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolah kami. 

Kenangan-kenangan sejak kecil itulah yang membuatku sampai sekarang selalu mengagumi dan menyayangi bapak. Yang membuatku selalu rindu ketika jauh dari rumah. Membuatku selalu ingin pulang ke rumah, melihatnya sibuk melakukan apa saja, mendengarnya bercerita tentang masa lalunya saat menjadi tentara, bercanda dan menertawakan kenakalan kami anak-anaknya di masa kecil, membuatkannya teh panas manis kental kesukaannya, bahkan rindu menyantap nasi goreng kebanggaan buatannya. Bagiku dan kedua adik perempuanku, bapak adalah cinta pertama kami. 

 

#WomenforWomen