Fimela.com, Jakarta Apa arti cinta pertama untukmu? Apa pengalaman cinta pertama yang tak terlupakan dalam hidupmu? Masing-masing dari kita punya sudut pandang dan cerita tersendiri terkait cinta pertama, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My First Love: Berbagi Kisah Manis tentang Cinta Pertama berikut ini.
***
Oleh: Sukma Restidinar
Jika mengenang saat pertama jatuh hati, geli sendiri rasanya. Karena pada saat itu usia saya masih belasan tahun dan duduk di bangku sekolah menengah pertama di tahun kedua (kelas 2 SMP), sekitar tahun 1998. Saya bersekolah dengan kakak laki-laki saya yang terpaut dua tahun lebih tua, jadi saat itu dia telah duduk di kelas dua SMA.
Di dalam sekolah tersebut saya bersekolah dimana siswa siswi SMP dan SMA bersekolah di satu gedung dan berbagi kantin yang sama. Hanya saja waktu istirahat kami berbeda 10 menit, di mana siswa SMP mendapatkan jatah istirahat terlebih dahulu, baru setelah 5 menit sebelum istirahat berakhir, barulah siswa SMA memulai waktu istirahatnya.
What's On Fimela
powered by
Diam-Diam Mengagumi Kakak Kelas
Saat detik-detik bel istirahat berbunyi adalah saat yang saya tunggu- tunggu, karena saat itu lah saya bisa memandangi idola saya, yaitu kakak kelas saya, siswa SMA yang duduk di kelas 2 IPS. Jadi ceritanya saya jatuh hati padanya karena saya sering melihatnya di halaman sekolah saat dia datang dengan mobil beserta sopir pribadinya.
Lalu pernah sekali berpapasan di koridor sekolah, serta paling sering ya bertemu di kantin. Kakak kelas incaran saya ini bak pangeran rupawan yang mana unik sekali parasnya. Tampannya sangat bule karena wajahnya putih, berhidung mancung dan berambut brunette.
Dahulu dia gemar sekali menggunakan kontak lensa berwarna biru atau biru muda. Waduh di tahun 1998 memakai kontak lensa berwarna-warni adalah hype banget, bahkan dianggap sultan, karena saat itu harganya masih mahal sekali. Cewek mana sih yang nggak kesemsem dengan penampilan bak Kim Tae Hyung versi tahun 1998, aduh saya menulis cerita ini sambil tersenyum-senyum sendiri. Mengingat betapa bodohnya perilaku saya pada saat itu.
Incaran saya ini memiliki sahabat perempuan (satu jurusan juga) yang lengket banget kalau saya perhatikan. Setiap kali di saat istirahat, di mana ada dia, selalu ada sang sahabat yang nempel banget. Sahabat perempuan tersebut berperawakan sedikit tomboy, badan besar dan cenderung seperti cowok, rambut disemir cokelat, (pada saat itu tahun 1998, mewarnai rambut dianggap hype banget di sekolah, bayangkan!)
Lalu sang sahabat perempuan ini jago banget basket. Saya sama sekali tidak cemburu dengan sang sahabat perempuan, karena saya yakin mereka hanya berteman. Oh ya penampilan saya saat itu biasa banget alias berdandan ala rakyat jelata. Kulit sawo matang saya itu sekaligus menjadikan saya minder, karena pada saat itu yang popular adalah siswi-siswi yang berkulit putih bersih, rambut di bonding super lurus.
Sebatas Mengagumi
Saya ingat waktu SMP, saya kucel banget, pakai kacamata, memakai seragam SMP dengan rok di bawah lutut. Belum lagi saya bergerilya dengan masalah jerawat dan saat itu pelajaran di sekolah susah banget sehingga waktu keseharian saya hanya disibukkan dengan belajar, mengerjakan tugas dan ujian.
Berbulan-bulan saya melakukan stalking ke kakak kelas saya ini dengan cara mengintip dia di kantin dan berusaha untuk duduk dekat dengan sang pujaan hati. Usaha ini sayangnya tidak digubris sama sekali. Jangankan menoleh kepada saya, senyum saja tidak.
Kalau berpapasan sekali-kali saja saat itu mata kami bertatapan tapi ya si doi biasa saja, langsung melangkah pergi. Karena merasa sedih dan putus asa, terpaksalah saya bertanya kepada kakak kandung saya yang saat itu juga duduk di kelas IPS, tetapi berbeda kelas dengan sang kakak kelas sang pangeran halu yang saya impikan menjadi kekasih saya. Jadi setelah melakukan investigasi, sang kakak kandung saya tertawa terbahak-bahak, melihat saya yang sangat kepo dan antusias bertanya ini itu mengenai sang pangeran tampan berparas ala Kim Tae Hyung.
Sambil menggeleng-gelengkan kepala kakak saya berkata kepada saya, “Kamu ini naif banget sih, masa kamu nggak tahu bahwa doi kamu tuh sifatnya kemayu banget dan jadi bulan-bulanan di jurusan IPS karena sifatnya yang seperti cewek!” Mendengar penjelasan sang kakak kandung saya, hati saya itu langsung lemas, begitu pula badan saya. Bener-bener nggak habis pikir, kok bisa sih saya nggak sadar.
Pantas saja penampilan sang pangeran tersebut sangat modis bahkan cenderung sangat metroseksual, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki sangat amat stylish, belum lagi barang bawaan yang bermerek dan pokoknya modis banget lah, dan ke mana pun dia berada ada sang ajudan cewek yang selalu membentengi dia bak bodyguard. Oh well ternyata saya yang kurang peka selama ini, ya sudahlah saya relakan dan untungnya move on-nya cepet banget, (karena dulu masih muda kali ya).
Sehingga singkat kata, saat itulah saya tidak lagi terlalu fokus padanya.
#WomenforWomen