Hindari 8 Kebiasaan yang Mampu Memicu Emotional Burnout

Fimela Reporter diperbarui 06 Mar 2022, 18:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Emotional burnout atau kelelahan emosional adalah sebuah istilah psikologi saat seseorang merasa lelah secara mental karena menumpuknya berbagai tekanan dalam hidup. Jika seseorang mengalami emotional burnout, hal tersebut dapat dilihat dari gejala fisik, tingkah laku, serta proses kognitif.

Rentang waktu seseorang mengalami emotional burnout cenderung lebih lama jika dibandingkan dengan stres. Oleh karena itu, emotional burnout yang tidak diatasi dengan baik mampu mengganggu fungsi otak, bahkan menurunkan produktivitas dan interaksi sosial seseorang.

Berikut adalah 8 kebiasaan yang harus dihindari agar tidak mengalami emotional burnout:

2 dari 2 halaman

Kebiasaan Buruk yang Dapat Memicu Emotional Burnout

Credit: pexels.com/Mart

1. Tidak memiliki atau menikmati waktu beristirahat

Jika kamu berpikir bahwa produktif sama dengan bekerja tanpa mengenal waktu, maka besar kemungkinan kamu akan mengalami emotional burnout. Menurut penelitian, presentase emotional burnout seseorang yang melewatkan istirahat makan siang adalah 73%, sedangkan presentase emotional burnout seseorang yang menghabiskan makan siang nya di meja kerja adalah 54%. Hal tersebut menunjukkan bahwa memiliki waktu istirahat sebentar saja dapat mengurangi presentase emotional burnout.

2. Perfeksionisme

Seorang perfeksionis biasanya memiliki standar yang tinggi, termasuk untuk dirinya sendiri. Mereka seringkali bekerja dua kali lipat lebih keras dibandingkan orang lain untuk selalu tampil sempurna. Tetapi kenyataannya, pola pikir seseorang untuk selalu tampil sempurna dapat berujung pada emotional burnout.

3. Tidak berani mengatakan ‘tidak’

Tidak berani menolak atau mengatakan ‘tidak’ dapat berujung pada emotional burnout. Hal tersebut dapat terjadi karena kita akan terus memaksa tubuh untuk bekerja tanpa henti. Kita tidak berani memberitahu orang lain mengenai batas diri kita. Pekerjaan dan tanggung jawab yang terus menerus datang tanpa jeda akan membuat kita mengalami emotional burnout.

4. Jam tidur yang berantakan

Memaksakan diri untuk terus mengurangi waktu tidur demi menyelesaikan pekerjaan lebih banyak adalah kebiasaan buruk yang dapat memicu emotional burnout. Tidur adalah waktu penting bagi otak untuk beristirahat dan memproses apa yang telah dipelajari hari ini. Sehingga, dengan mengurangi waktu tidur untuk mengerjakan lebih banyak hal tidak akan membuat kita lebih produktif, melainkan hanya akan menimbulkan emotional burnout dan masalah kesehatan lain.

5. Manajemen waktu yang buruk

Menunda adalah salah satu tanda manajemen waktu yang buruk. Dengan terus menunda pekerjaan dan tanggung jawab, kita hanya meningkatkan stres untuk diri sendiri. Jika menunda sudah menjadi kebiasaan, maka besar kemungkinan kamu akan mengalami emotinal burnout.

6. Tidak meluangkan waktu untuk berolahraga

Berolahraga atau melakukan kegiatan diluar ruangan dapat meningkatkan metabolisme tubuh, sistem imun, serta hormon serotonin dan dopamin yang bertanggung jawab atas rasa bahagia. Selain itu, stres dan hipertensi akan berkurang jika kita berolahraga setidaknya tiga kali dalam seminggu. Bahkan, berjalan santai setelah seharian berkutat dengan pekerjaan dapat membantu sirkulasi darah.

7. Tidak memiliki waktu untuk merawat diri sendiri

Merawat diri dalam hal ini merujuk pada berolahraga, beristirahat, serta melakukan berbagai kegiatan yang disukai. Jadi, jangan lupakan waktu untuk merawat diri sendiri, agar fisik dan mental tetap sehat.

8. Tidak berani mengatakan ‘tolong’

Beberapa orang tidak berani meminta tolong karena takut ditolak atau dipandang tidak kompeten oleh orang lain. Padahal kenyataannya adalah kita tidak bisa melakukan segala sesuatu sendiri. Jadi, jangan pernah ragu untuk mengatakan ‘tolong’, terlebih jika kamu sudah mencapai batas dirimu sendiri.

 

Ditulis oleh: Savitri Anggita Kusuma Wardani