Mengenal 5 Hal yang Sering Disalahpahami tentang Remaja

Fimela Reporter diperbarui 01 Mar 2022, 07:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Remaja adalah salah satu fase transisi yang akan dialami oleh anak sebelum beranjak dewasa. Pada fase transisi ini, remaja pada umumnya akan mengalami pubertas yang merupakan proses saat anak mengalami pertumbuhan pesat. Pertumbuhan tersebut meliputi pertumbuhan fisik, kognitif, serta sosial. Bahkan menurut penelitian, pada saat anak mengalami pubertas, pertumbuhan dan perkembangan otak anak sama pesatnya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak saat ia berumur 0-3 tahun.

Sehingga, akan lebih baik jika orang tua mampu mengenal dan mendampingi anak saat memasuki usia remaja. Berikut adalah 5 kesalahpahaman mengenai remaja yang harus diluruskan agar orang tua mampu mengenal dan mendampingi anak saat memasuki usia remaja.

2 dari 2 halaman

5 Kesalahpahaman Tentang Remaja!

Ilustrasi/copyright shutterstock.com

1. Bagi beberapa remaja, masa pubertas sudah dimulai pada usia 8-9 tahun. Dalam hal ini, masa pubertas mengacu pada perkembangan prefrontal cortex, salah satu bagian depan otak yang bertanggung jawab atas judgement, inhibition, dan morality seseorang. Bahkan, perkembangan bagian depan otak tersebut dapat terus berlangsung hingga awal usia 20 tahun. Jadi, tidak ada usia spesifik bagi anak saat ia mulai memasuki atau sudah melewati masa pubertas.

2. Pernyaataan bahwa orang tua harus mendidik anak dengan keras agar anak mampu tumbuh sebaga pribadi yang baik tidak selamanya benar. Tipe orang tua yang mendidik anak dengan keras, atau yang lebih sering disebut sebagai strict parents, memungkinkan anak tumbuh sebagai pribadi yang baik di mata orang tuanya saja. Hal tersebut dapat terjadi karena anak akan memiliki kecenderungan untuk lebih takut terlibat dalam hal-hal buruk saat mereka berada di depan orang tua. Jadi, saat tidak berada di depan orang tuanya, anak sangat mungkin untuk terlibat atau bertindak diluar kendali.

3. Pada saat memasuki usia remaja, seringkali anak dianggap memiliki ketergantungan akan media sosial dan telepon genggam. Tetapi pada kenyataannya, saat memasuki usia remaja, anak pada umumnya sedang berada pada tahap mencari jati diri dan posisi nya di kehidupan sosial. Jadi, penggunaan media sosial dan telepon genggam pada remaja lebih mengarah pada pemenuhan akan kebutuhan sosial. Tetapi, orang tua juga harus memberikan arahan kepada anak agar alasan kebutuhan tersebut tidak berubah menjadi sebuah ketergantungan.

4. Kesalahpahaman lainnya berkaitan dengan edukasi mengenai seks. Hingga saat ini, seks dianggap sebagai salah satu hal yang tabu, sehingga kurang pantas jika orang tua memberikan edukasi mengenai seks kepada anak. Pada kenyataannya, menurut penelitian, orang tua yang membuka diskusi dan memberikan edukasi mengenai seks akan membuat anak lebih berhati-hati dalam melakukan kegiatan seksual. Mereka cenderung akan menghindari kegiatan seksual di usia dini.

5. Remaja seringkali dianggap pemalas karena memiliki kecenderungan memulai aktivitas di siang hari. Hal tersebut nyatanya terjadi karena adanya perubahan pola tidur pada anak saat mereka memasuki usia remaja. Menurut penelitian, perubahan pola tidur ini dipengaruhi oleh perubahan hormon saat anak mulai memasuki masa pubertas. Sehingga, remaja pada umumnya baru akan merasa mengantuk menjelang tengah malam.

 

Ditulis oleh: Savitri Anggita Kusuma Wardani