Cinta Pertamaku Bukan Cinta Terakhirku, tapi Kuperjuangkan Kebahagiaanku

Endah Wijayanti diperbarui 22 Feb 2022, 08:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Apa arti cinta pertama untukmu? Apa pengalaman cinta pertama yang tak terlupakan dalam hidupmu? Masing-masing dari kita punya sudut pandang dan cerita tersendiri terkait cinta pertama, seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba My First Love: Berbagi Kisah Manis tentang Cinta Pertama berikut ini.

***

Oleh: P

Sebenarnya ada rasa malu ketika harus aku bagikan cerita ini, di usia yang begitu belia saat itu aku sudah merasakan ada yang berbeda dikehidupan aku. Ya, di kelas empat sekolah dasar aku mulai merasakan bunga-bunga asmara yang aku sendiri tidak tahu apakah itu benar-benar cinta apa bukan?

Aku merasakan bahagia, salah tingkah, dan senang saja kalau dia sudah mulai menggodaku, mengolokku atau bahkan cuma sekadar menyapaku karna meja kami berdekatan. Ah, tak dapat yang bisa menggambarkan perasaanku saat itu pokoknya. Hari-hariku ceria dan itu penambah semangat belajarku.

Tapi semua itu tak berlangsung lama karena di kelas lima meja kami berjauhan sehingga kami tak dapat lagi bercengkrama seperti dulu, akan tetapi kami masih bisa saling curi pandang satu sama lain. 

Hari berlalu sampai kami di jenjang sekolah menengah pertama kami beda sekolah. Kami hanya bisa saling curi pandang, tersipu malu saat bertemu di angkot. Tak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi saat itu. 

 

 

2 dari 3 halaman

Kebahagiaan yang Tak Berlangsung Lama

ilustrasi/Photo by Rio Kuncoro from Pexels

Akhirnya aku beranikan diri untuk mengungkapkan isi hati melalui selembar surat apa yang aku rasakan selama ini. Deg degan, malu dan kawatir bercampur jadi satu ketika menunggu balasan suratnya, dan ternyata dia pun merasakan hal yang sama kepadaku akhirnya kami jadian memadu kasih. 

Ya ampun betapa bahagianya saat itu, dan hariku makin berwarna. Aku sering mengkhayal hal konyol ketika membaca suratnya. Kami hanya bisa bertukar cerita dengan berkirim surat saat itu. 

Ketika malam minggu tiba dia bertandang ke rumahku dengan membawa pasukan teman-temannya. Kami bercerita satu sama lain betapa rindunya dia ketika beberapa hari tidak bertemu selalu teringat aku dan dia mengukir namaku pada sebuah lemari miliknya semakin membuatku melambung tinggi. 

Kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Aku merasakan tidak bisa fokus belajar, bosan, dan nilai-nilaiku hancur, dan akhirnya aku pun memutuskan untuk mengakhiri hubungan saat itu.

Tahun berganti. Satu per satu pria lain datang silih berganti mengisi hari-hariku, dan itu membuat dia terluka walaupun ketika bertemu dia tetap ramah kepadaku.

3 dari 3 halaman

Menemukan Jodoh Masing-Masing

ilustrasi/Image by N-Y-C from Pixabay

Hingga akhirnya kami dipertemukan kembali saat dewasa dengan cerita berbeda. Dia bercerita sedang menjalin hubungan serius dengan wanita  berhijab saat itu sehingga tidak mungkin lagi menjalin hubungan lagi denganku. Aku yang seketika tahu dan mengetes perasaannya langsung patah hati berkeping-keping.

Tapi aku pikir keputusannya tak memilihku karena aku mengaku bekerja sebagai Office Girl padahal kenyataan waktu itu aku seorang staf kantor. Hal itu membuat aku membuka mata, bahwa cinta pertamaku tak seindah aku rasakan dulu. 

Dia memang tak menjadi milikku atas izin-Nya, aku kadang bersyukur karena suatu hari aku melihat di Instagramnya aku mendapati dia dan istrinya bertengkar hebat dengan kata-kata yang tak aku duga dia lontarkan. Ada namaku dalam pertengkarannya ternyata, aku prihatin dan merasa bersalah ada di tengah mereka. 

Kami memang sempat berkomunikasi hanya sebagai teman mengingat kami sudah sama-sama berkeluarga saat ini. Dia sempat bercerita merasa bersalah karena dulu sempat menolakku untuk kembali demi cewek berhijab yang hubungannya masih belum ada kejelasan.

Dia juga bercerita betapa istrinya cemburu ketika dia bercerita tentang aku dan mendapati masih ada namaku di dalam kamarnya. Aku pikir itu semua jadi bumbu dalam rumah tangganya.

Silaturahmi yang aku jalin tidak ada sedikit pun niat aku mengganggu mereka, dengan alasan keutuhan rumah tangganya juga aku memilih tak berkomunikasi lagi dan keluar dari grup alumni yang menyatukan silaturahmi kami. 

Semua sudah berlalu dan menjadi kisah indah dalam rangkaian ketetapan-Nya. Allah tahu yang terbaik untuk umat-Nya.

Dia memang cinta pertamaku tapi bukan cinta terakhirku. Semoga kisahku ini bisa menjadi pelajaran buat semua. 

#WomenforWomen