Epidemiolog: Pemerintah dan Masyarakat Harus Paham Fenomena Denominator Menuju Puncak Omicron

Fimela Reporter diperbarui 21 Feb 2022, 09:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Saat ini, Indonesia sedang dilanda gelombang Omicron. Dikutip dari Liputan6.com, per Rabu, 16 Februari 2022 lalu, penambahan kasus Covid-19 pun menginjak angka 64.718 kasus.

Epidemiolog Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia, Dicky Budiman mengungkapkan bahwa varian Omicron ini tidak boleh dianggap remeh. 

"Ini menuju puncak, dan kalau bicara mitigasi enggak bisa melihat satu dua aspek. Harus membangun kesadaran masyarakat lewat komunikasi yang tepat."

"Tidak menganggap remeh, ini penting. Antara ketidakpahaman, ketidaktahuan, dengan meremehkan itu erat banget kaitannya," tambahnya.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Fenomena Denominator

Ilustrasi tulisan pandemi Covid-19 (pexels)

Dicky juga mengungkapkan bahwa gelombang ketiga yang terjadi di Indonesia saat ini tengah didominasi oleh varian Omicron. Namun memang belum membebani rumah sakit.

"Gelombang tiga ini yang didominasi Omicron ini belum membebani rumah sakit, memang kecenderungannya seperti itu karena kurang lebih 10 persen yang ke rumah sakit. Tapi ingat, ini ada yang disebut dengan fenomena denominator," ujar Dicky.

Fenomena denominator sendiri terjadi ketika ada satu patogen yang mana merupakan bakteri atau virus menyebar dengan begitu cepat dan begitu mudah menular.

Sehingga saat banyak orang yang terinfeksi, orang yang membutuhkan perawatan rumah sakit juga kemungkinan bisa saja meningkat. Serta, peningkatan pada kasus meninggal juga bisa terjadi. 

"Meskipun ini dianggap tidak separah misalnya Delta. Tapi karena fenomena denominator, itu jadi meningkat jumlahnya karena persentasenya tidak berubah. 10 persen dari 1.000 dan 10 persen dari 10.000, ya tentu banyak dari 10.000," kata Dicky.

3 dari 3 halaman

Baik pemerintah maupun masyarakat tidak boleh meremehkan puncak Omicron

Ilustrasi pandemi Corona | unsplash.com/@adamsky1973

Dicky menilai pemahaman ini berlaku untuk semua pihak, bukan hanya masyarakat. Menurutnya, kalangan pemerintah atau stakeholders pun bisa meremehkan Omicron jika tidak mengetahuinya dengan tepat.

"Di kalangan pemerintah sendiri atau stakeholders-stakeholders kalau tidak tahu cenderung akan meremehkan. Ini yang harus dikurangi, dengan literasi mengenai dampak bahaya dari Omicron ini," kata Dicky.

 

*Penulis: Jeihan Lutfiah Zahrani Yusuf.

#Women For Women