Fimela.com, Jakarta Di antara kita pasti ada yang punya target menikah di usia tertentu. Ada juga yang memasang target menikah secepatnya agar bisa bahagia. Padahal pernikahan bukan satu-satunya jaminan untuk hidup bahagia selamanya. Sebab pernikahan menghadirkan perjalanan panjang yang penuh liku.
Tak harus buru-buru menikah. Menikahlah dengan penuh kesadaran dan benar-benar siap. Meski memang tidak mudah ketika dihadapkan pada tekanan dan tuntutan sosial untuk cepat menikah, tetap saja kita juga perlu membuat pilihan paling bijak dalam hidup terkait berumah tangga. Berumah tangga tak harus buru-buru, berikut alasannya.
1. Mental yang Kuat Perlu Dimiliki untuk Hadapi Tantangan Baru
Namanya sebuah perjalanan hidup, maka akan ada ujian-uijan baru yang harus dihadapi dalam rumah tangga. Penyesuaian diri menjadi salah satu kunci penting untuk bisa mengatasi setiap persoalan yang ada. Perlu mental yang kuat untuk menghadapi masalah hingga tantangan baru di dunia pernikahan. Ada peran baru yang dimiliki. Ada tanggung jawab baru yang harus dipenuhi. Maka, kalau mental sendiri belum kuat, akan sulit untuk mengarungi bahtera rumah tangga.
What's On Fimela
powered by
2. Berumah Tangga Butuh Penyesuaian Sepanjang Waktu
Mengutip buku Menjadi Manusia Menjadi Hamba terkait pernikahan ada kalimat yang menarik, yaitu, "Hiduplah berdua, hiduplah bersama, tapi biarkan perbedaan itu tetap ada, jangan dipaksa untuk sama." Ketika masih sendiri, kita bisa menyesuaikan ragam kebutuhan dengan kepentingan sendiri. Ketika sudah menikah, ada banyak kebutuhan yang perlu disesuaikan dengan pasangan hingga keluarga yang lain. Kalau malah menikah karena terburu-buru tanpa memiliki kesiapan beradaptasi, yang ada nanti akan memicu banyak konflik baru.
3. Menikah adalah Kerja Keras
Di banyak cerita dongeng, putri dan pangeran yang menikah menjadi akhir yang bahagia. Mereka bahagia selama-lamanya setelah menikah. Namun, kenyataannya menikah sama dengan kerja keras. Bahkan menjadi awal kerja keras yang lebih berat lagi. Kalau menikah karena buru-buru tanpa kesiapan yang matang, bisa jadi nanti malah makin jungkir balik setelah menikah.
4. Menyeleraskan Banyak Hal dengan Pasangan Tak Selalu Mudah
Ada kompromi dan komitmen yang perlu dijaga bersama. Berumah tangga perlu kedewasaan dan kematangan diri. Untuk bisa benar-benar menciptakan kebahagiaan bersama perlu adanya upaya dan kerja keras bersama. Dalam perjalanannya, ada proses adaptasi dan penyesuaian yang berkelanjutan. Menyelaraskan banyak hal dengan pasangan tak selalu mudah, karena ini bisa menjadi proses pembelajaran seumur hidup.
5. Mempertahankan Cinta Butuh Perjuangan
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PubMed Psychology and Aging tahun 2010 ini menunjukkan bahwa menikah sebenarnya hanya menyumbang 2% dari kebahagiaan seseorang di kemudian hari. Jika ingin mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan dalam pernikahan, maka yang orang butuhkan adalah 'compasionate love' atau jenis cinta yang tidak didasarkan pada naik turunnya gairah seksual atau debaran yang menggebu-gebu, tapi lebih pada kasih sayang yang stabil, saling pengertian, dan komitmen. Mempertahankan cinta butuh perjuangan baru. Jadi, terlalu terburu-buru menikah tanpa kesiapan untuk berjuang lebih keras bisa membuat kita sendiri kewalahan.
Kalau menurut Sahabat Fimela sendiri, pernikahan itu apa? Apa saja persiapan yang perlu dimiliki sebelum menikah?
#WomenforWomen