Fimela.com, Jakarta Rumah semestinya menjadi tempat ternyaman bagi setiap orang. Memiliki rumah yang bisa memberi ruang untuk istirahat dengan tenang menjadi impian banyak orang. Tak terkecuali Kaluna, pegawai Bagian Umum ini punya impian memiliki rumah sendiri. Di usia 31 tahun, ia masih tinggal di rumah yang dihuni tiga kepala keluarga. Selain kedua orangtuanya, dua kakak kandung beserta keluarga mereka juga tinggal di rumah yang sama dengan Kaluna. Kaluna pun melakukan upaya terbaiknya untuk bisa mewujudkan impian bisa membeli rumah.
Bersama tiga sahabatnya, Tanisha, Kamamiya, dan Danan, Kaluna berburu rumah idaman. Tentu saja rumah idaman yang dimaksud bukan hanya soal seberapa bagus rumah tersebut, tetapi juga idaman sesuai dengan bujet. Mencari rumah di Jakarta dengan gaji yang tak pernah menyentuh dua digit tentu bukan perkara mudah. Bahkan Kaluna makin pusing dengan permintaan keluarga kekasihnya yang ingin menggelar pesta pernikahan super mewah di hotel. Padahal Kaluna ingin menggunakan uang tabungannya untuk membeli rumah, bukan dihabiskan untuk pesta sesaat.
Home Sweet Loan
Judul: Home Sweet Loan
Penulis: Almira Bastari
Ilustrasi sampul: Orkha Creative
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Empat orang yang berteman sejak SMA bekerja di perusahaan yang sama meski beda nasib. Di usia 31 tahun, mereka berburu rumah idaman yang minimal...nyerempet Jakarta.
Kaluna, pegawai Bagian Umum, yang gajinya tak pernah menyentuh dua digit. Gadis ini kerja sampingan sebagai model bibir, bermimpi membeli rumah demi keluar dari situasi tiga kepala keluarga yang bertumpuk di bawah satu atap. Di tengah perjuangannya menabung, Kaluna dirongrong oleh kekasihnya untuk pesta pernikahan mewah.
Tanisha, ibu satu anak yang menjalani "long distance marriage," mencari rumah murah dekat MRT yang juga bisa menampung mertuanya.
Kamamiya, yang berambisi menjadi selebgram, mencari apartemen cantik untuk diunggah ke media sosial demi memenuhi gengsinya agar bisa menikah dengan pria kaya.
Danan, anak tunggal tanpa beban yang akhirnya berpikir untuk berhenti hura-hura, dan membeli aset agar bisa pensiun dengan tenang.
Apakah keempat sahabat ini berhasil menemukan rumah yang mampu mereka cicil? Dan apakah Kaluna bisa membentuk keluarga yang ia impikan?
***
Sudah tidak zaman untuk "we fall in love with people we can't have," menjadi dewasa adalah "we browse houses that we can't buy." (hlm. 118)
Bekerja dan bertahan hidup di Jakarta sudah susah. Membeli rumah sendiri bagai impian yang takkan tergapai. Dalam kesehariannya, Kaluna menerapkan gaya hidup super irit. Dia selalu mencatat setiap pengeluarannya. Ada anggaran khusus yang ia buat untuk setiap uang yang ia miliki. Namun, itu semua ternyata belum cukup.
Terlebih ketika Kaluna dihadapkan pada konflik keluarga. Baik keluarga sendiri maupun keluarga kekasihnya. Tinggal serumah dengan kakak kandung dan kakak ipar beserta keponakan memicu berbagai masalah yang membuat Kaluna tertekan. Kaluna sudah berusaha untuk memaklumi semuanya tetapi tetap saja tidak nyaman rasanya jika tidak diimbangi dengan pengertian semua anggota keluarga. Ditambah lagi dengan tuntutan ibu kekasihnya yang mengutarakan keinginan yang sangat memberatkan Kaluna.
Di tengah semua masalah yang ada, beruntung Kaluna memiliki sahabat-sahabat yang selalu ada untuknya. Meski masing-masing punya masalah berbeda dalam kehidupan mereka, tetapi mereka berupaya untuk saling mendukung dan berjuang memiliki rumah impian masing-masing.
"Menikah tanpa mengukur kemampuan diri artinya bersiap-siap membuat konflik di keluarga besar." (hlm. 208)
Tema pernikahan dan keluarga juga cukup kental di novel ini. Menyoroti betapa pentingnya punya persiapan yang matang sebelum menikah, tak hanya perkara saling cinta tetapi juga kesiapan mental dan finansial. Tinggal serumah dengan orangtua setelah menikah bisa jadi pilihan untuk menghemat biaya, tetapi kalau tidak disertai dengan kemandirian dan sikap saling pengertian maka bisa memicu konflik yang besar. Hal yang tampak sepele bahkan bisa memicu masalah yang besar, seperti perkara "ember" di salah satu bab novel ini yang membuat Kaluna merasa sangat frustrasi tak karuan.
Sebagai anak perempuan bungsu, Kaluna juga ingin membahagiakan kedua orangtuanya. Dia tak ingin membuat ayah dan ibunya susah, tapi ketika masalah demi masalah menumpuk jadi satu sampai membuat Kaluna tak punya pilihan lain selain mengalah, dia membuat keputusan yang paling berat dalam hidupnya.
Kisah Tanisha juga cukup mewakili kehidupan perempuan dengan peran ganda. Menjadi ibu pekerja juga tidak mudah. Apalagi kalau serumah dengan mertua sementara harus menjalin hubungan jarak jauh dengan suami, Tanisha pun jungkir balik mewujudkan impiannya punya rumah yang lebih nyaman untuk keluarganya. Sementara Kamamiya yang masih lajang punya preferensi sendiri terkait rumah impian di tengah gaya hidupnya yang masih perlu ditata ulang lagi. Kalau Danan, dia mengalami momen titik baliknya sendiri terkait rumah impian.
Membaca Home Sweet Loan, rasanya kita akan ikut diajak untuk melakukan banyak refleksi diri. Terkait perencanaan keuangan, upaya mewujudkan impian punya rumah sendiri, soal tantangan baru yang dihadapi ketika menginjak usia 30-an, hingga perkara tujuan hidup. Ada konflik-konflik terkait persahabatan, percintaan (dan per'mantan'an), serta keluarga yang sepertinya juga dirasakan oleh banyak orang.
Yang menarik lagi dari novel ini adalah ada penggambaran soal survei rumah yang bisa jadi referensi bagi siapa saja yang punya impian membeli rumah. Mulai dari menimbang soal luas lahan dan bangun, akses, pertimbangan untuk kredit atau cash keras, dan proyeksi ketika ada rencana menikah dan memiliki anak. Apalagi latar novel ini diceritakan terjadi pada masa pandemi, sehingga ada pertimbangan tambahan terkait situasi pandemi dalam mencari rumah yang tepat.
Masih sama seperti karya Almira Bastari sebelumnya, Resign dan Ganjil Genap, ada kisah cinta yang manis dalam Home Sweet Loan ini. Ada cerita cinta yang membuat kita tersenyum hingga gregetan sendiri. Emosi yang dibangun membuat pembaca bisa terhubung langsung dengan konflik batin yang ada.
Novel ini tetap ringan dan menyenangkan sekaligus menghadirkan sejumlah momen mengharukan. Serta mengandung banyak inspirasi khususnya terkait pentingnya melek literasi finansial. Home Sweet Loan sungguh menghadirkan pengalaman membaca yang sangat berkesan.
#WomenforWomen