Mengakui Kelebihan Diri Hadirkan Rasa Nyaman dalam Hati

Endah Wijayanti diperbarui 03 Feb 2022, 11:35 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita semua pasti pernah merasakan perasaan tak nyaman seperti rendah diri, sedih, kecewa, gelisah, dan tidak tenang dalam hidup. Kehilangan rasa percaya diri hingga kehilangan harapan hidup memang sangat menyakitkan. Meskipun begitu, selalu ada cara untuk kembali kuat menjalani hidup dan lebih menyayangi diri sendiri dengan utuh. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Bye Insecurities Berbagi Cerita untuk Lebih Mencintai dan Menerima Diri Sendiri ini.

***

Oleh:  Ika Lewono

Tidak pernah terlintas dalam benak saya bahwa saya akan menggali lebih jauh tentang makna dari kata insecure (rasa tidak aman) untuk diri saya sendiri.

Masih membekas dalam ingatan saya saat itu, dua tahun silam, ketika Februari sudah menghampiri tahun 2020. Persis satu bulan sebelum pandemi dimulai. Dan pada salah satu sore di bulan itu, saya ikut dalam sebuah sesi self-healing yang dibawakan oleh seorang wanita cantik berketurunan India. Namanya Akriti Pandey.

Pada awal sesi tersebut, selain dari perkenalan diri masing-masing peserta, Akriti juga meminta kami untuk menyebutkan satu hal yang paling disukai dari diri kami sendiri.

Saya belum pernah melakukan hal itu sebelumnya. Mengucapkan hal yang saya sukai dari diri saya sendiri di hadapan orang lain, apalagi di hadapan orang yang tidak saya kenal. Namun, saat itu, saya memberanikan diri untuk  mengucapkan kata pertama yang melintas di kepala saya. Saya mengucapkan kata "pintar".

Entah apa yang membuat saya berani untuk mengucapkannya. Mungkin karena pengaruh suasana yang dibawa oleh Akriti, atau mungkin justru karena saya berada di tengah-tengah orang yang tidak saya kenal hingga menimbulkan keberanian yang saya sendiri tidak yakin ada bersama saya kala itu.

Namun, setelahnya, rasa ragu yang pekat tiba-tiba saja memenuhi seluruh indra saya. Ia melontarkan banyak pertanyaan yang menciutkan nyali. Apakah benar saya pintar? Tidakkah kamu menjadi orang yang sombong jika mengaku pintar? Siapakah kamu hingga berani mengaku pintar?

Sejuta tanya lain muncul dan membuat saya sekali lagi mundur dari apa pun yang ingin saya katakan. Saya meragukan dan mempertanyakan ulang kemampuan diri saya sendiri.

Sesi bersama Akriti membuat saya melihat dengan jelas segala bentuk ketidakyakinan yang ternyata menjadi belenggu untuk diri saya sendiri. Pengetahuan baru ini membawa saya berkenalan dengan kata insecure melalui sebuah pertanyaan lain yang juga belum pernah saya dapati sebelumnya.

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Berani Mengakui Kelebihan Diri

ilustrasi/copyright by Shutterstock

Saya menemukan kata insecure bersembunyi di balik rasa takut, cemas, serta kemarahan, melalui aliran kalimat dari seorang wanita muda bernama Amelia Devina. Ia menyebut dirinya seorang Holistic Healing Practitioner. Amelia memiliki suara selembut desah angin, seirama dengan tutur katanya yang halus.

Pada salah satu sesi daring yang dibawakan Amelia, ia meminta masing-masing dari kami yang ikut serta untuk menuliskan sepuluh hal positif tentang diri sendiri. Dan reaksi saya waktu itu adalah hanya terdiam lama tanpa menuliskan satu kata pun.

Pikiran saya seakan memblokir semua kalimat tanpa menyisakan celah sedikitpun untuk satu kata saja melintas keluar. Tidak ada sepuluh baris kalimat  yang tertulis. Tidak juga lima, ataupun tiga. Saya tidak bisa menuliskan satu hal pun tentang sesuatu yang positif dari diri saya sendiri.

Saya merasa takut, cemas, sedih, dan marah sekaligus pada waktu yang bersamaan. Saya mulai menyadari ada sesuatu yang salah pada diri saya. Dan saat itu saya memutuskan untuk mencari tahu tentang semua yang terkait dengan diri saya sendiri.

Saya mulai mengikuti banyak diskusi serta berbagai sesi healing yang diadakan Amelia. Kata insecure menjadi begitu akrab di benak saya. Karena, tanpa saya sadar, saya telah menyimpan begitu banyak rasa tidak aman terhadap diri saya sendiri.

Dan salah satu rasa tidak aman terbesar saya adalah ketika saya membuat keputusan yang tidak tepat untuk keuangan, baik pribadi, maupun bisnis. Hal itu membuat saya mempertanyakan ulang tentang kata pintar yang saya sukai dalam sesi Akriti.

Jika memang saya ini pintar, lalu mengapa saya tidak dapat menyelesaikan masalah angka dalam keuangan? Satu pertanyaan ini menuntun saya untuk mengenal bentuk insecure lain. Pertanyaan yang membuat saya mengenal sisi lain dari diri saya sendiri, yang bahkan tidak pernah saya ketahui sebelumnya.

3 dari 3 halaman

Lebih Nyaman dengan Diri Sendiri

ilustrasi/aslysun/Shutterstock

Namanya Hany Gungoro. Seorang wanita beruara alto, bersemat Bussiness and Financial Consultant sebagai status pekerjaannya. Sama halnya seperti Akriti dan Amelia, saya belum pernah tahu, ataupun mengenal mereka sebelumnya. Namun ada yang unik dari Hany Gungoro.

Pertama kali saya bertemu dengannya adalah ketika saya ikut dalam sebuah sesi yang ia bawakan dengan judul Woman and Money. Sesi yang sangat membekas dalam ingatan saya. Saat itu, ketika mendengar ketukan nada kalimat yang dibawakan oleh Hany, untuk pertama kalinya, saya seperti menemukan sekeping puzzle yang hilang diantara ribuan puzzle dalam bentuk pertanyaan yang ada di kepala saya.

Melalui pertanyaan dan kalimat lugas yang disampaikan olehnya, saya mengenal bentuk insecure baru dalam wujud rasa rendah diri, dan rasa tidak pernah cukup di dalam diri sendiri. Wujud rasa yang membuat saya tidak pernah memberi harapan tinggi pada mimpi apapun yang ingin saya raih.

Rasa tidak percaya diri jugalah yang membuat saya tidak pernah membayangkan apapun yang terlihat mustahil bisa terjadi. Termasuk untuk mengenal seseorang seperti Hany Gungoro. Seseorang yang jauh berbeda, dan berada pada sisi kehidupan lain yang tidak pernah berani saya pijak saat itu.

Namun, seperti kalimat saya tadi, ada yang unik dari seorang Hany Gungoro. Ia memberi sapaan hangat kepada saya di suatu siang melalui sebuah panggilan seluler. Sebuah sapaan yang merubah hidup saya hingga saat ini.

Melalui berbagai kelas yang ia bawakan, atau diskusi dari pertanyaan-pertanyaan saya yang bersedia ia jawab dengan sabar, saya banyak belajar bagaimana caranya untuk menghadapi rasa rendah diri.

Satu demi satu langkah kecil yang saya lakukan mulai menghidupkan sisi lain dari diri saya yang selama ini bersembunyi di balik rasa tidak aman dan tidak percaya pada diri sendiri.

Rasa insecure itu masih ada bersama saya. Namun, yang berbeda adalah, saya tidak dengan begitu saja mengalah dan ikut larut bersama rasa insecure apa pun yang saya rasakan. Saya memilih untuk melangkah di jalan yang berbeda.

Salah satunya adalah dengan menuliskan dan berbagi cerita saya melalui media seperti yang saya lakukan sekarang ini.

 

#WomenforWomen