Fimela.com, Jakarta Kita semua pasti pernah merasakan perasaan tak nyaman seperti rendah diri, sedih, kecewa, gelisah, dan tidak tenang dalam hidup. Kehilangan rasa percaya diri hingga kehilangan harapan hidup memang sangat menyakitkan. Meskipun begitu, selalu ada cara untuk kembali kuat menjalani hidup dan lebih menyayangi diri sendiri dengan utuh. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Bye Insecurities Berbagi Cerita untuk Lebih Mencintai dan Menerima Diri Sendiri ini.
***
Oleh: Bunda Fira
Seorang dokter spesialis anak mengatakan kepada saya seusai memeriksa Fira, anak pertama saya. “Bu, sepertinya anak ibu perlu diperiksa tumbuh kembangnya. Saya melihat grafiknya kok sepertinya tingginya tidak terlalu bertambah. Saya buatkan surat ke dokter spesialis tumbuh kembang ya Bu," dan kami sebagai orang tua menuruti kata dokter itu.
Seingat saya waktu itu Fira belum lama masuk ke sekolah dasar. Dan kami sebagai orang tua melakukan pemeriksaan kepada dokter spesialis yang dimaksud, meskipun di dalam hati kami melihat semuanya baik-baik saja dalam diri Fira.
Dokter dengan teliti memeriksa dan tentu saja melihat keadaan kedua orang tuanya memberikan jawaban dengan senyuman, bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Fira normal dan dalam keadaan yang sehat.
Anak Perempuan Tersayang
Badannya yang mungil menurun dari saya sebagai ibu yang juga termasuk pendek. Tidak perlu membandingkan Fira dengan Alex adik lelakinya yang jangkung itu, yang mendapat postur tinggi dari ayahnya.
Kami berdua adalah ibu dan anak yang cukup dekat, bisa dibilang sangat akrab. Masih teringat betapa suami saya menginginkan anak perempuan sebagai anak pertamanya, dan alhamdulillah doa ini terkabul. Lahirlah Fira, limabelas tahun silam sebagai buah cinta kami.
Fira adalah anak yang lincah, periang, dan apa adanya. Sorot matanya tajam dan lebih kencang berbicara dibanding mulutnya. Kalau ada temannya yang bertingkah menyebalkan dengan satu lirikan saja temannya itu akan terdiam dan cukup merasa. Bahkan bukan hanya teman, termasuk sahabat-sahabat saya pun sangat paham dengan tatapan tajamnya. Sebuah kode untuk mengatakan, “Bunda jangan ngobrol melulu, aku sudah ingin pulang,” yang tidak bisa ditawar atau ditunda lebih lama.
Sebagai anak pertama tentu saja Fira cukup berkelimpahan cinta. Dia tak ubahnya bintang dalam setiap pertemuan keluarga. Di masa kecilnya selalu saja ada tingkahnya yang membuat keluarga besar kami terpana. Masa kecil yang sempurna.
Mendampingi Putriku Tumbuh Remaja
Seiring berjalan waktu Fira tumbuh menjadi gadis yang manis dengan pendirian yang kuat. Menginjak masa remajanya Fira mulai suka mengeluh tentang tubuhnya yang mungil. Dia tidak setinggi teman-temannya, sehingga seringkali diledek sebagai anak yang pendek. Sebagai ibu saya cukup memahami bahwa hal ini tentu saja cukup mengganggu dan bisa merusak hari-harinya di sekolah.
Terkadang jika ada teman atau tetangga yang melayangkan komentar tentang, “Lho kok adiknya lebih tinggi?” Saya berdoa semoga Fira kuat dan tabah. Saya tidak bisa mencegah reaksi spontan mereka (dan barangkali saya pun pernah berbuat yang sama).
Beberapa bulan yang lalu Fira merajuk, ingin dibelikan produk suplemen khusus yang dipercaya bisa menambah tinggi badannya. Ekskul basket dan taek won do sudah masuk daftar kegiatan rutinnya. Dan apa yang diinginkannya selama itu baik maka sebagai orang tua kami mendukung sepenuhnya.
Tentu saja sambil memberikan pesan bahwa setiap ikhtiar yang kita lakukan niatkan untuk kesehatan dan serahkan hasilnya kepada Tuhan. “Tidak perlu kecewa Nak, kamu cantik apa adanya. Utamanya Fira sehat. Banyak lho di luar sana yang posturnya mungkin tinggi tapi diuji dengan sakit." Saya juga mengingatkan dokter spesialis yang sudah memeriksanya di masa kecil dulu, mengatakan bahwa Fira mewarisi posturnya dari bundanya.
“Iya Bunda, tapi boleh ya aku coba suplemen ini."
“Oke Nak, bismillah yaa, jangan lupa olah raga juga," saya lanjut mengelus dan menepuk punggungnya.
Menyemangati agar Tidak Insecure
Hari berganti bulan dan memang tinggi yang diharapkan melejit tidak terwujud. Terlihat Fira kecewa, hingga di satu kesempatan Fira bertanya, “Emang bunda pernah diejekin?”.
“Tentu saja, bahkan sampai bunda dewasa juga. Dan bunda sama seperti Fira, sempat sedih sempat pengen nangis juga.”
“Oya? Kenapa Bunda?”
“Bunda diejek sipit, hitam, kecil gitu Fira. Sebel nggak tuh?”
“Terus bunda gimana?
“Ya sama dong kaya Fira, Bunda juga curhat sama Nenek. Nenek bilang bunda kalau matanya gak sipit ya mungkin nggak secantik sekarang. Kalau bunda pendek dan hitam yaitu kan sudah keturunan."
Fira terkekeh.
“Tapi kalau pas terima rapor, teman-teman Bunda pada diam semua itu yang suka ngejek."
“Kenapa Bund, mereka raportnya kalah ya sama Bunda?” saya mengiakan sambil menaikkan alis dan sedikit berlagak untuk memancing senyum Fira.
“Lagian kan teman bunda bukan hanya mereka Nak, masih banyak teman yang lain yang tulus berteman. Yang tidak mempermasalahkan tinggi badan dan mata sipit bunda ini."
“Oh gitu ya Bund."
“Iya sayang, Allah menciptakan kita sudah dalam bentuk paling sempurna. Meskipun kita merasa ada yang kurang di sana sini. Tugas kita adalah mencari anugerah yang Tuhan titipkan dan menekuninya. Kalau Fira suka basket ya tekuni, kalau suka taek won do juga ayuk. Atau mau ikut organisasi di sekolah, Fira itu punya bakat memimpin lho. Cari kegiatan yang positif dan teman-teman yang positif. Apalagi kalau Fira bisa mengukir prestasi, bunda yakin yang pada suka bully itu akan kicep semua," Fira terkekeh lagi.
“Paling-paling mereka cuma ngiri ya Bund."
“Bener Fira, atau satu lagi mereka cari perhatian, naksir kali,” Fira langsung melirik tajam sambil tertawa geli.
Memang obrolan-obrolan ringan seperti ini cukup ampuh menenangkan hati Fira. Namun seperti halnya remaja lain yang masih labil, ada kalanya jika suasana hatinya sedang jelek, maka bully-an temannya akan masuk di hatinya juga.
Tidak ada acara lain selain sering-sering mengajak ngobrol dan tentu saja mendoakan setiap waktu.
Di waktu lain saat bertemu dengan nenek dan tantenya, saya sengaja mengingatkannya lagi. Itu loh tante Rahma, imut-imut juga. Nenek dan bude juga. Jadi kamu nggak sendiri Fira.
Sesekali saya keluarkan juga jurus memberi contoh di sekitar seperti tante Fafa yang badannya tidak tinggi tapi pinter membuat kue dan selalu laris dagangannya. Atau bintang terkenal seperti Rosa yang kecil mungil namun suaranya begitu merdu memanjakan telinga.
“Ho-oh ya Bund, terus ngapain aku kemarin segala beli suplemen.”
“Iya nggak apa-apa, kan usaha Nak.“
Dan semakin hari semakin Fira tidak pernah lagi mengeluh tentang tinggi badannya. Cerita berganti dengan guru-guru dan teman-teman barunya di SMA. Atau tentang beberapa skin care dan baju oversized yang menjadi incarannya.
Hingga suatu hari.
”Bund, masak si kakak ini japri aku”.
“Kakak kelas? ”
“Iya Bund, kok bisa ya?”, wajah Fira tersipu.
“Fira kamu tuh manis Nak, terus juga lucu. Makanya pada suka.”
“Ehh... sebenernya ada juga selain dia yang bilang suka Bund”, Fira lagi-lagi tersenyum.
“Waduhhh… masya Allah.. banyak amat Nak… Jadi jangan insecure lagi ya, tuh banyak yang suka," saya menggoda anak gadis ini, yang senyum-senyum sedari tadi.
“Tapi ingat, belajar dulu lho ya, Fira kan masih SMA." Yang diajak ngobrol hanya mengedipkan mata sambil mengacungkan jempolnya, lalu ngacir masuk kamarnya.
Alhamdulillah, masalah insecure selesai sudah. Selanjutnya adalah memastikan Fira dan tentu juga adiknya agar bisa tercapai cita-citanya. Semangat Fira!
#WomenforWomen