Fimela.com, Jakarta Kita semua pasti pernah merasakan perasaan tak nyaman seperti rendah diri, sedih, kecewa, gelisah, dan tidak tenang dalam hidup. Kehilangan rasa percaya diri hingga kehilangan harapan hidup memang sangat menyakitkan. Meskipun begitu, selalu ada cara untuk kembali kuat menjalani hidup dan lebih menyayangi diri sendiri dengan utuh. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Bye Insecurities Berbagi Cerita untuk Lebih Mencintai dan Menerima Diri Sendiri ini.
***
Oleh: Dona Helisantika Hasan
Setelah melahirkan, menjalani peran sebagai seorang ibu bukanlah perkara yang mudah untukku. Belum lagi dengan tuntutanku sebagai wanita karier, yang masih harus tetap stand by bekerja meskipun usai lahiran.
Ini masa-masa terberat dalam hidupku, aku merasa stres, tertekan, dan juga kelelahan dengan rutinitas baru ini. Bagaimana tidak? Kini segala aktivitas yang aku lakukan jadi serba terbatas karena harus mengurus buah hati. Namun semua ini dapat kulalui dengan adanya support dari orang terdekatku, terutama mamaku dan suamiku.
Kupikir seiring berjalannya waktu menjadi seorang working mom adalah hal yang mudah untuk dilalui, tapi ternyata tidak. Perasaan itu muncul lagi bahkan begitu nyata saat ini, penuh dengan keirian dan kedengkian.
Menjadi Working Mom Tidak Selalu Mudah
Setiap hari harus kusaksikan betapa sempurnanya dunia parenting yang disajikan di social media yang tak ayal seolah menuntutku menjadi seorang ibu yang sempurna untuk anakku. Belum lagi aku harus menghadapi cibiran orang-orang di lingkungan sekitar mengenai anakku yang kutitipkan pada orangtuaku dan ditambah dengan kebiasan buruk mereka yang suka membanding-bandingkan anakku dengan yang lain.
Semua tekanan dan tuntutan inilah yang kemudian mengacaukan pikiranku, membuatku merasa insecure, seolah-olah tidak becus mengurus anak sendiri dengan standar dan ekspektasi yang terlalu tinggi dari lingkungan sekitar. Aku menjadi sangat depresi dan selalu berburuk sangka pada diri sendiri apalagi pada orang lain.
Semua ini membuatku semakin bingung apakah yang kulakukan sudah benar, baikkah untuk anakku, atau burukkah bagi tumbuh kembangnya? Perasaan ini bahkan membuatku untuk pergi kumpul keluarga, atau main bersama teman dan kerabat dekat aku selalu tak nyaman, karena terlalu banyak pikiran negatif di kepalaku "anakku bakal di omongin apa ya, dibandingin apa ya, dll," pikirku.
Sampai akhirnya berdampak ke mental anakku juga, dia pun sama menjadi sepertiku, bahkan dia sangat terlihat tidak nyaman dengan orang sekitar, terutama orang yang baru ia temui, dia bisa tantrum seharian.
Memperbaiki Diri
Lelah dengan perasaan insecure yang menghantuiku, sampai akhirnya kupikir ini sudah tidak bisa ditolerir lagi, semua ini harus kuakhiri, kalau bukan aku yang menolong diriku, siapa lagi bisa selain aku orangnya?
Kupikir aku harus bicara, aku harus ungkapkan semua yang ada di dalam isi otakku. Akhirnya aku pilih mamaku karena hanya dia orang yang benar-benar mengerti hidupku. Kuungkapkan semua unek-unekku kepadanya.
Beliau hanya berpesan seperti ini padaku, “Perasaan itu nggak salah kok. Tahu nggak? Perasaan insecure itu kadang bisa berdampak positif juga loh buat diri kita, itu pun kalau munculnya cuma beberapa kali aja ya nggak terus menerus. Dampak positifnya adalah kita bisa termotivasi dengan perasaan itu untuk berubah menjadi lebih baik dan lebih baik lagi."
"Tapi, jika insecurity itu kita alami terus menerus dan berulang, jadinya yang ada hanyalah dampak negatifnya aja. Dengar kata mama, yakin deh, percayalah, setiap anak dilahirkan dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing."
"Begitu juga dengan si kecil yang dianggap kurang berprestasi. Dia pasti punya kelebihan, yang mungkin aja belum kegali atau belum berkembang dengan maksimal. Justru kalo kelebihan itu belum terlihat, kamu sebagai orang tua harusnya lebih banyak mengeksplorasi dan menstimulasi agar keunggulannya bisa ditemukan dengan cepat. Dan selalu membandingkan anak dengan anak yang lain itu adalah salah satu pemicu insecurity yang kamu rasakan. Kamu jadi ga percaya diri dengan apa yang kamu lakukan. So for now, stop it! Dan jangan lupa bersyukur dengan apa yang kamu miliki saat ini. I believe we can do it, bahagia itu kamu yang buat dan kamu yang rasakan, bukan mama, bukan suamimu, bukan anakmu atau bukan orang lain diluar sana tapi datangnya dari kamu. So, jangan pernah gantungkan kebahagiaan kamu dengan orang lain."
Lebih Banyak Bersyukur dan Fokus pada Keluarga
Setelah hari itu aku berjanji dengan diriku, harus kubuang jauh-jauh persaaan itu, untuk saat ini dan seterusnya aku harus fokus dengan keluargaku terutama pada tumbuh kembang anakku, dan selalu berusaha untuk mensyukuri setiap secuil nikmat yang Allah berikan kepadaku dan keluargaku.
Percaya nggak percaya, sampai hari ini aku bahagia, menerima diriku, anakku, keluargaku apa adanya. Hal ini pun berdampak besar terhadap anakku, sekarang dia lebih ceria, lebih berani, dan lebih gampang berbaur dengan orang baru.
So guys, kalo aku bisa buang jauh-jauh rasa insecure dalam diriku, aku percaya kalian yang baca ceritaku ini pun pasti bisa melewati dan melawannya. Kuncinya cuma satu. Berhenti membandingkan diri kamu dengan orang lain, dan percayalah tak semua yang kamu lihat di dunia maya itu nyata, mereka pun tak sesempurna itu. Ingat jangan lupa bersyukur, bahagia itu kamu yang tentukan sendiri.
#WomenforWomen