Fimela.com, Jakarta Sahabat Fimela, masih ingat kisah Desa Sumurgeneng, Kecamatan jenu, Kabupaten Tuban, Jawa Timur? Warga di kampung itu sempat viral pada Februari 2021 karena mendadak jadi miliarder atas uang ganti rugi tanah pertanian mereka yang dibeli untuk proyek pembangunan kilang minyak Pertamina.
Rata-rata uang ganti rugi yang diterima warga sebesar Rp8 miliar, paling sedikit Rp35 juta dan paling banyak Rp28 miliar. Warga kampung tersebut pun secara ramai-ramai membeli mobil. Karena hal inilah Desa Sumurgeneng disebut sebagai kampung miliarder.
Namun kabar terkini, nasib warga kampung miliarder di Tuban tidak seberuntung dahulu, Sahabat Fimela. Karena tidak memiliki pekerjaan, uang tersebut kini habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan, beberapa warga kampung miliarder terpaksa menjual hewan ternaknya demi menyambung hidup.
Kondisi itu salah satunya dirasakan oleh Musanam, warga Desa Wadung, Kecamatan Jenu, salah satu warga kampung miliarder yang menjual tanahnya ke pihak proyek kilang Tuban.
What's On Fimela
powered by
Nasib Pilu Warga Kampung Miliarder
Pria paruh baya berusia 60 tahun itu mengaku telah menyesal menjual rumah dan tanah ladangnya dengan harga lebih dari Rp2,5 miliar. Rasa penyesalan itu muncul karena saat ini ia tidak lagi memiliki penghasilan tetap dan tak bisa bekerja lagi. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ia terpaksa menjual sapi peliharaanya.
“Saya menjual sapi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,” kata Musanam di sela aksi demo di depan kantor proyek GRR Tuban, Senin (24/1/2022), dikutip dari Liputan6.com.
Warga lain bernama Mugi (60) juga bernasib sama. Perempuan yang tinggal di kampung miliarder ini juga kini nyaris tak memiliki pekerjaan usai tanah seluas 2,4 hektare dijual ke PT Pertamina.
Mugi bercerita dahulu sebelum lahan pertanian dijual, ia bisa mendapatkan Rp40 juta setiap kali panen jagung dan cabai. Kini, Mugi tidak memiliki penghasilan setelah menjual lahan pertanian.
“Saya menyesal sudah menjual lahan pertanian saya ke Pertamina. Dulu lahan saya ditanami jagung dan cabai, setiap kali panen bisa menghasilkan Rp40 juta,” kata Mugi.
Gelar Demo Tuntut Rekrutmen Kerja
Kedua warga kampung miliarder ini pun akhirnya ikut bersama ratusan warga Desa WAdung, Mentoso, Sumurgeneng, dan beberapa desa di kawasan ring satu Pertamina untuk menggelar aksi unjuk rasa.
Mereka menuntut agar pihak proyek menunaikan janji yang sebelumnya disampaikan kepada masyarakat kampung miliarder Jenu, Tuban, untuk diberikan pekerjaan.
Namun, selama satu tahun lebih, janji itu tak kunjung didapatkan. Warga kampung miliarder hingga kini tidak diberikan pekerjaan.
Tanggapan Pertamina
Menanggapi permasalahan tersebut, Presiden Direktur PT Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP), Kadek Ambara Jaya mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen merekrut pekerja yang memenuhi persyaratan dan memenuhi kompetensi yang diperlukan dengan ketentuan undang-undang berlaku.
Pihaknya juga akan memastikan implementasi rekrutmen tenaga kerja dengan baik dan transparan. Proses rekrutmen tahun 2022 sendiri didukung oleh PT Pertamina Training & Consulting (PTC),
“Kami tetap akan melanjutkan komitmen kami untuk memberdayakan masyarakat lokal seperti tahun sebelumnya,” terang Kadek.
Belajar dari kampung miliarder di Tuban, inilah pentingnya memiliki literasi mengenai cara mengelola uang yang baik dan benar, Sahabat Fimela. Literasi membuat kita tidak lapar mata alias konsumtif saat menjadi miliarder dadakan.
Sebab, penyebab utama seseorang gagal mengatur keuangan adalah pola hidup konsumtif, cenderung memikirkan kesenangan sesaat, dan mengabaikan persiapan dana di masa depan. Oleh karena itu, pastikan kamu memiliki ilmu kelola uang yang baik,mempersiapkan dana darurat, dan mulai melakukan pencatatan keuangan untuk menghindari sikap konsumtif yang berlebihan atau pemborosan.
#Women for Women