Batas Konsumsi Aman konsumsi Garam per hari untuk Dewasa

Anisha Saktian Putri diperbarui 27 Jan 2022, 18:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Hari Gizi Nasional memasuki tahun ke-62 dan Kementerian Kesehatan mengkampanyekan aksi bersama cegah stunting dan obesitas.

Kedua tersebut masih menjadi permasalahan dunia dan penting bagi seluruh keluarga Indonesia untuk memahaminya serta menerapkan pola makan teratur dan sehat dengan gizi seimbang. Data Riskesdas terbaru pada tahun 2018 menunjukkan 21,8 persen masyarakat Indonesia mengalami obesitas.

Jika dibiarkan, diprediksi angka obesitas dapat mencapai 40 persen pada 2030, yang artinya hampir 1 dari setiap 2 orang dewasa di Indonesia akan mengalami obesitas.

Kondisi ini harus segera ditangani karena obesitas dikaitkan dengan sejumlah penyakit, seperti lebih berisiko terkena tekanan darah tinggi, penyakit jantung, stroke, dan diabetes.

dr. Rafael Nanda R, MKK mengatakan salah satu kuncinya adalah menjaga asupan gizi seimbang dengan memerhatikan takaran gula, garam, dan lemak pada setiap masakan

“Prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini mengisyaratkan bahwa masyarakat harus mengubah gaya hidupnya menjadi lebih sehat,” ungkap dr. Rafael  dalam Health Talk & Virtual Tour yang diadakan oleh Ajinomoto Visitor Center (25/1).

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Bijak menggunakan garam

Ilustrasi/Shutterstock.com/alesjab

Garam memegang peranan penting dalam memberikan rasa lezat pada makanan. Garam juga memiliki berbagai manfaat bagi tubuh. Manfaat garam atau sodium adalah menjaga keseimbangan cairan di tubuh, dan berperan dalam menjaga fungsi saraf serta otot.

Namun makanan dengan kandungan garam yang tinggi cenderung membuat orang makan berlebih sehingga mengarah pada obesitas dan penyakit lainnya seperti hipertensi. Selain itu, konsumsi garam yang tinggi dapat menyebabkan tingginya kadar natrium di dalam darah.

Badan kesehatan dunia, WHO (World Health Organization) menganjurkan batas konsumsi aman garam per hari untuk orang dewasa adalah maksimal 5 gram atau kurang dari satu sendok teh. Oleh karenanya, penting untuk menjaga asupan garam agar tubuh tetap mendapatkan manfaatnya tanpa menimbulkan berbagai risiko penyakit.

Menyadari pentingnya diet garam bagi kesehatan, Ajinomoto memperkenalkan kampanye “Bijak Garam”.

“Saat ini kami memiliki kampanye “Bijak Garam” yang mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diet rendah garam dan mengajak keluarga Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi asupan atau penggunaan garam dalam memasak. Salah satu faktor kendala sulitnya mengurangi garam dalam masakan adalah membuat rasanya tetap lezat dan tidak hambar,” ujar Grant Senjaya, Head of Public Relation Department PT AJINOMOTO INDONESIA.

Kampanye “Bijak Garam” ini bisa menjadi solusi cermat dalam mengurangi penggunaan garam dalam setiap masakan dengan mempertahankan cita rasa yang tetap seimbang. Pengurangan asupan garam atau diet rendah garam dapat diganti dengan penggunaan garam dengan bumbu umami seperti MSG.

Jadi, jika tetap ingin makanan yang dikonsumsi memiliki rasa yang enak, namun sekaligus ingin mengurangi garam, cara ini sangat cocok. Kandungan sodium pada MSG hanya 1/3 dari kandungan sodium pada garam biasa, dan juga sudah banyak penelitian sebelumnya yang menunjukkan penggunaan MSG bermanfaat untuk membantu mengurangi asupan garam sekaligus menjaga kelezatan makanan.

“Pentingnya bijak dalam mengatur asupan garam kami gaungkan juga melalui www.dapurumami.com/page/bijak-garam. Selain informasi mengenai pentingnya diet garam, kami juga membagikan tips cara membuat masakan rendah garam tetap enak dan bergizi, rubrik “Tanya Nutri Expert” agar konsumen dapat mengetahui informasi gizi langsung dari ahlinya dan “Jurnal Umami” yang menjadi sarana interaktif berbagi tips, resep, dan berbagai info kuliner,” ujarnya.

Bumbu umami terbukti meningkatkan rasa pada makanan. Namun, penggunaan bumbu umami masih banyak diragukan karena adanya berbagai informasi salah yang beredar di masyarakat. Untuk mengatasi keraguan tersebut, Ajinomoto mendukung PERGIZI PANGAN Indonesia dalam webinar berjudul “Benarkah Umami Menyebabkan Obesitas?” pada tanggal 2 Februari 2022 yang menghadirkan Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS, seorang Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia - Institut Pertanian Bogor.

#womenforwomen