Luhut Berikan Alasan PTM Belum Dihentikan Meski Kasus Omicron Terus Merajalela

Anisha Saktian Putri diperbarui 25 Jan 2022, 13:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Data kasus positif Covid-19 varian Omicron di Indonesia masih meningkat, pada 24 Januari terdapat 1.626 kasus.

Meski begitu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan, Pemerintah akan tetap melanjutkan pembelajaran tatap muka (PTM) kendati kasus Omicron terus melonjak di Indonesia.

Ia juga menyapaikan jika terjadi hal-hal luar biasa akan diambil keputusan tersendiri.

"Jadi, kami tidak ada rencana untuk menghentikan sekolah tatap muka," ujar Luhut saat memberikan keterangan pers Evaluasi PPKM, Senin (24/1/2022) melansir Liputan6.com.

Luhut juga mengatakan selama seminggu terkahit memang terjadi peningkatan khasus. Namun, peningkatan tersebut masih bisa terkendali dibandingkan varian Delta.

Melansir liputan6.com, ia mengatakan jumlah kasus konfirmasi dan aktif harian dinilai masih lebih rendah dari 90 persen jika dibandingkan dengan kasus puncak varian Delta. Kapasitas keterpakaian tempat tidur (Bed Occupancy Ratio/BOR) di Jawa-Bali juga jauh lebih baik dibandingkan dengan awal kenaikan varian Delta.

Namun ia kembali menegaskan jika Pemerintah tetap waspada terutama melihat angka Reproduksi Efektif (Rt) mulai mengalami peningkatan. Angka Rt diukur dengan 3 indikator, yaitu jumlah kasus positif aktif, jumlah kesembuhan, dan jumlah kematian. Angka ini memberikan kondisi seberapa besar kemampuan penyebaran virus.

"Saat ini, angka RT di Jawa sudah mencapai 1 dan Bali sudah lebih dari 1," ujarnya.

Seperti diketahui, hingga kini PTM 100 persen masih dilaksanakan yang diatur dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri tertanggal 21 Desember 2021Nomor 05/KB/2021, Nomor 1347 Tahun 2021, Nomor HK.01.08/MENKES/6678/2021, Nomor 443-5847 Tahun 2021 Tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

IDAI Minta PTM 100 persen dievaluasi

Pastikan Kesiapan Pihak Sekolah credit via Shutterstock.com

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia Piprim Basarah Yanuarso dalam diskusi 'IDAI menjawab kegalauan tentang vaksin Covid-19 pada anak' dalam video teleconference, akhir pekan lalu. Ia menyatakan jika sudah mengirimkan surat yang berisi tentang hal-hal yang perlu dievaluasi ulang terkait PTM 100 persen.

Untuk mengganti PTM 100 persen, IDAI pun merekomendasi seperti pembelajaran secara hybrid (daring dan luring) serta meminta anak-anak usia di bawah 6 tahun untuk tidak mengikuti PTM.

"Mungkin opsi hybrid menjadi pilihan terbaik agar bisa melindungi anak-anak kita. Untuk siswa pendidikan usia dini atau Paud IDAI rekomendasinya adalah sekolah daring dulu," ujar Piprim melansir dari Liputan6.com.

Peningkatan kasus Covid-19 di satu daerah dan lainnya tidak sama. Karena itu, PTM akan dievaluasi sesuai pada angka lonjakan kasus Covid-19 di tiap daerah.