Fimela.com, Jakarta Meski di beberapa negara, penyebaran varian Omicron sudah mulai mereda, namun di Indonesia baru akan mencapai puncaknya. Gelombang Covid-19 varian Omicron di Indonesia diprediksi mencapai puncaknya pada Februari 2022.
Banyak yang mempertanyakan apakah Omicron akan menjadi varian terakhir di tahun 2022? WHO pun memberikan jawabannya.
Pimpinan Teknis Covid-19 WHO Maria Van Kerkhove menyatakan telah banyak mendengar jika banyak orang mengatakan Omicron menjadi varian terakhir yang juga menjadi akhir dari pandemi. Namun hal itu dibantahnya, karena Omicron tidak akan menjadi varian terakhir yang menjadi perhatian, seperti melansir dari Liputan6.com.
Pejabat senior WHO Bruce Aylward menambahkan jika kemungkinan besar penularan tinggi dari Omicron akan membuat virus bereplikasi dan bermutasi. Hal tersebut semakin meningkatkan risiko kemuculan varian baru.
What's On Fimela
powered by
Konsekuensi Mahal yang Harus Dibayar
Van Kerkhove menyayangkan banyak yang beranggapan jika varian Omicron lebih ringan karena banyak yang tak bergejala. Padahal masyarakat tidak sepenuhnya memahami konsekuensi yang akan terjadi dalam jangka panjang.
Sebab saat transmisi tak terkendali, kita semua akan membayar harga mahal untuk kemunculan varian baru. Serta ketidakpastian yang akan dihadapi ke depannya.
Jadi, sekarang bukan saatnya untuk melonggarkan apalagi tak mengindahkan protokol kesehatan. WHO meminta negara-negara di dunia untuk kembali memperkuat pengendalian virus muncul dengan lebih baik untuk mencegah gelombang infeksi di masa depan saat varian baru muncul kembali.
Terus juga perbarui informasi kita untuk mengakhiri krisis yang sedang terjadi. Hal itu untuk menjaga kita dan orang-orang yang dicintai tetap aman.
#WomenForWomen