Fimela.com, Jakarta Konsumsi susu bagi masyarakat Indonesia terbilang cukup rendah. Terbukti dari data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 negara Indonesia menyatakan jumlah rata-rata konsumsi susu di Indonesia sebesar 16.27 kg/kapita/tahun.
Ada banyak faktor yang menyebabkan konsumsi susu di Indonesia cukup kurang. Salah satunya kondisi kesehatan yang tidak memungkinkan masyarakt untuk mengonsumsi susu. Seperti alergi susu dan lactose intolerance.
Menurut ahli gizi dr. Arif Sabta Aji, alergi susu dan lactose intolerance merupakan dua kondisi berbeda dan menjadi respon tubuh terhadap susu. Alergi susu bisa terjadi karena adanya sistem imun tubuh yang berlebihan.
Kondisi seseorang dengan alergi susu bisa ditangani dan hilang seiring bertambahnya usia. Gejala yang dialami seseorang dengan alergi susu adalah gatal-gatal saat mengonsumsi susu.
What's On Fimela
powered by
Lactose intolerance
Sementara, lactose intolerance atau intoleransi laktosa merupakan kondisi tubuh sejak lahir yang tidak memiliki enzim laktase untuk mencerna laktosa dalam susu. Akibatnya, kondisi ini menyebabkan sakit perut hingga diare dan tidak bisa ditangani. Seseorang yang lahir dengan kondisi lactose intolerance akan mengalaminya seumur hidup.
"Lactose intolerance adalah kelainan yang dialami kebanyakan orang Asia karena budaya. Tidak terbiasa minum susu. Karena itu orang Asia banyak yang lactose intolerance," kata dr. Arif Sabta Aji.
Meski demikian, orang dengan lactose intolerance tidak berarti tidak bisa minum susu. Teknologi yang terus berkembang mampu memproduksi susu bebas laktosa.
Solusi minum susu
Salah satunya MilkLife yang menjadi merek lokal yang menghadirkan susu bebas laktosa pertama di Indonesia. Untuk menjangkau kalangan yang lebih luas, MilkLife hadir dengan dua varian rasa, yakni Original dan Mocha.
Dengan hadirnya susu bebas laktosa ini, dr. Arif Sabta Aji menyarankan seseorang untuk konsumsi susu sebanyak 400ml atau sekitar dua gelas dalam sehari. Porsi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan susu harian.