Fimela.com, Jakarta Psikoterapis sekaligus pemimpin redaksi Verywell Mind Amy Morin mengatakan jika salah satu pertanyaan yang paling sering diajukan padanya adalah: Apa kekuatan utama yang harus diajarkan orangtua pada anaknya?
Ada beberapa, tetapi tipe yang benar-benar akan membantu mereka menjadi diri terbaik dan melewati tantangan terberat dalam hidup adalah kekuatan mental. Kekuatan mental menuntut orangtua untuk memperhatikan tiga cara.
Cara berpikir, merasa, dan bertindak. Berpikir besar, merasa baik, dan bertindak berani membantu kita menumbuhkan otot mental.
Tentu saja dibutuhkan latihan, kesabaran, dan pengautan terus menerus. Hingga akhirnya mencapai titik di mana orangtua melakukan hal ini secara alami.
Berikut tujuh hal yang selalu dilakukan anak-anak yang kuat secara mental. Dan bagaimana cara orangtua membantu anak-anak sampai di sana jika mereka belum melakukannya;
What's On Fimela
powered by
1. Memberdayakan diri mereka sendiri
Jika anak berkata "Teman saya mendapat skor lebih tinggi saat ujian, yang membuat saya merasa buruk tentang diri sendiri," mereka pada dasarnya memberi orang lain kekuatan atas emosinya.
Tetapi anak-anak yang merasa diberdayakan tidak bergantung pada orang lain untuk merasa baik. Mereka memilih, misalnya, untuk berada dalam suasana hati yang cerah bahkan saat orang lain sedang mengalami hari yang buruk atau mencoba melampiaskan kemarahannya pada anak kita.
Temuka frasa yang tepat bagi anak untuk dapat mereka ulangi sendiri. Berikut beberapa kata kunci paling efektif yang singkat dan mudah diingat.
- "Yang bisa saya lakukan adalah mencoba yang terbaik"
- "Aku cukup baik"
- "Aku memilih untuk bahagia hari ini"
2. Mereka beradaptasi dengan perubahan
Entah pindah sekolah baru atau tidak bisa bermain dengan teman selama pandemi, perubahan itu sulit. Anak mungkin merindukan hal-hal seperti dulu atau khawatir bahwa apa yang terjadi mungkin membuat hidup mereka lebih buruk.
Tapi anak-anak yang kuat secara mental memahami perubahan dapat membuat mereka tumbuh menjadi orang yang kuat. Saat anak dihadapkan pada perubahan besar, mintalah mereka berbicara secara rinci tentang bagaimana perasaan mereka.
Lebih penting lagi, bantu mereka menemukan dan mendefinisikan kata-kata yang tepat untuk menggambarkannya. Misalnya, sedih, bahagia, frustrasi, gugup, atau bersemangat.
3. Mereka tahu kapan harus mengatakan tidak
Setiap orang berjuang untuk bicara, mengatakan tidak, atau mengungkapkan perasaan mereka sesekali. Tetapi tergantung pada situasinya, memilih untuk tidak mengatakan ya membuat kita lebih kuat.
Anak-anak sering kesulitan mengatakan tidak karena itu bisa terasa canggung dan aneh. Namun dengan menemukan keberanian untuk melakukannya lebih sering, mereka akan menemukan bahwa itu menjadi lebih mudah seiring waktu.
Bantu mereka menemukan keberanian untuk mengatakan tidak dengan cara sopan, misalnya;
- "Tidak, aku tidak bisa." (kita tidak selalu perlu memberi alasan)
- Terima kasih telah mengundangku, tapi aku punya rencana lain."
- "Aku harus mengecek dan menghubungi kamu lagi." (Gunakan ini jika mereka perlu waktu untuk memikirkannya)
""Aku tidak benar-benar ingin melakukan itu hari ini, tapi aku menghargai permintaanmu."
4. Mereka memiliki kesalahannya sendiri
Anak-anak sering tergoda untuk menyembunyikan kesalahan mereka karena tidak ingin mendapat masalah. Mungkin mereka lupa mengerjakan PR atau tidak sengaja memecahkan vas mahal.
Mengakui kesalahan bisa membantu anak membangun karakter. Anak-anak yang cukup berani mempraktikkan ini menyadari kesalahannya. Dan secara mental mempersiapkan diri untuk sepenuhnya mengakui apa yang mereka lakukan.
Mereka juga meminta maaf dan mencari cara untuk menghindari kesalahan yang sama.
5. Merayakan kesuksesan orang lain
Normal bagi anak-anak untuk merasa cemburu saat teman mereka dapat mainan baru. Atau tim lain yang memenangkan permainan.
Tetapi perasaan negatif terhadap orang lain hanya menyakiti mereka, dan bukan pihak lain.Dorong anak untuk menyemangati orang-orang saat mereka melakukan pekerjaan dengan baik.
Anak-anak yang kuat secara mental mendukung rekan mereka. Dan fokus untuk melakukan yang terbaik tanpa mengkhawatirkan apa yang dilakukan orang lain.
6. Mereka gagal dan mencoba lagi
Kegagalan itu menyakitkan, dan bisa terasa memalukan, mengecewakan, dan membuat frutrasi. Tetapi orang yang berhasil mencapai tujuan mereka adalah gagal di sepanjang jalan.
Jika anak merasa sedih karena merasa gagal, beri tahu mereka tentang orang-orang yang juga melakukan kesalahan. Hal ini membuat anak percaya diri dan mereka akan tahu jika mendapatkan nilai buruk bukan berarti mereka buruk.
#WomenForWomen