Langkahmu akan Diringankan saat Ada Niat Baik di Hatimu

Endah Wijayanti diperbarui 04 Jan 2022, 13:17 WIB

Fimela.com, Jakarta Selalu banyak cinta dan hal istimewa dalam hubungan seorang anak dan ibu. Mungkin tak semuanya penuh suka cita, sebab ada juga yang mengandung duka lara. Masing-masing dari kita pun selalu punya cerita, seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela untuk mengikuti Lomba Ungkapkan Rasa rindu pada Ibu di Share Your Stories Bulan Desember ini.

***

Oleh:  Septi Mulyaningsih

Assalamualaikum, Ibu. 

Setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu Nasional. Namun, bagiku setiap hari adalah Hari Ibu karena engkau selalu memperjuangkan apa pun demi kebahagiaan putrimu ini.  Selama ini aku tak punya keberanian untuk mengucap, "Aku sayang Ibu." Itulah sebabnya aku ungkapkan rasa sayangku pada Ibu lewat sepucuk surat ini.

Ibu, tidakkah engkau tahu bahwa putri kecilmu ini sangat mengagumimu? Begitu banyak pengorbanan yang engkau berikan kepadaku. Sembilan bulan 10 hari, tak berhenti di situ saja perjuanganmu, banyak bulan, hari bahkan tahun yang Ibu lalui untuk merawat, membesarkan dan membimbingku hingga sampai di titik ini.

Aku sangat bersyukur dilahirkan oleh seorang Ibu sepertimu, yang selalu sigap di depanku dan menjadi orang pertama yang tetap berada di sisiku saat orang lain menganggap remeh diriku ini. Engkau selalu menjadi tameng yang kokoh saat hampir semua orang memakiku dan berusaha menjatuhkanku.

2 dari 3 halaman

Nasihat-Nasihat Ibu

Bersama Ibu./Copyright Septi Mulyaningsih

Ketika aku ingin sekali melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dan keluarga tidak setuju karena biayanya mahal, engkau adalah satu-satunya orang yang mendukungku dan memberi semangat. Aku ingat sekali wejanganmu dulu dan masih terngiang di kepalaku hingga saat ini.

 Ibu berkata, "Pendidikan itu penting, Nak! Entah setelah lulus mau jadi apa, minimal kita usaha dulu." 

Semua wejangan Ibu aku simpan terus di ingatanku. Mulai dari perjuangan mendapatkan beasiswa karena orangtua tak mampu membiayai kuliah sampai aku berhasil mendapatkan beasiswa dan alhamdulillah sekarang sudah semester 5.

Dengan izin Allah dan rida orangtua, semua yang tidak mungkin menjadi mungkin karena ridho Allah, ridho orangtua dan murkanya orangtua, murkanya Allah juga. Tahap demi tahap untuk mendapatkan beasiswa dapat kulalui dengan mudah, Alhamdulillah.

Meskipun aku berasal dari keluarga yang sederhana, aku harus dapat mengangkat derajat orangtua. Kesuksesan tidak selalu tentang seberapa banyak uang yang dihasilkan, tetapi seberapa manfaat kita untuk orang lain. Engkau mengajarkanku artinya sebuah ketulusan dalam melakukan hal apapun. 

Ibu bilang, "Tidak boleh memulai sesuatu dengan kata 'Lah', karena itu hanya membuat otakmu bekerja karena terpaksa dan akhirnya jadi beban. Kerjakanlah semuanya dengan niat dari hati, Nak! Itu yang akan memudahkan setiap langkahmu."

3 dari 3 halaman

Harapan untuk Ibu

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/Alessandro+Biascioli

Pada saat kita mencari kos untuk tempat tinggalku saat menempuh pendidikan, engkau dengan ikhlas kepanasan, berjalan kesana-kemari di bawah terik matahari. Ibu mengorbankan jiwa dan raga demi masa depan putrinya ini.

Sungguh tiada terkira pengorbananmu untukku selama ini. Aku sayang Ibu, meski ku tak mampu membalas semua jerih payah Ibu. InsyaAllah aku akan selalu berusaha menjadi anak yang bisa membuat Ibu bangga. Ibu, aku sampaikan rasa kasih dan sayangku melalui bait-bait puisi yang kurangkai dengan sepenuh hati. 

UNTUK UMI

Tutur katamu menenangkan segala sendu

Merapikan emosi yang luluh lantak tak beraturan

Membinasakan amarah di ujung ubun-ubun

Hingga tercipta damai jiwa yang terangkai dengan apik

 

Meski engkau selalu dihina dari mulut ke mulut

Tak pernah sedikitpun kudengar kata keluh

Senantiasa menerima dengan tabah perlakuan yang tak berperi

Sungguh kokoh pondasimu, Umi

 

Pun saat aku kehilangan arah dan siap untuk terhanyut

Tangan mulus nan suci itu merengkuhku untuk kembali

: Pulang ke istana megah kita tanpa membawa rasa sesal yang berkerak

"Jangan pikir berat yang berujung sesat, Nak!" Bisikmu di telinga mungil ini

 

Denganmu aku memperjuangkan masa depan

Meski berjalan di tengah terik matahari 

Tidak peduli berapa kilometer jarak yang kita tempuh

Hanya fokus satu tujuan hingga terwujud sebuah pencapaian

 

Saat kenyataan tak sesuai harapan, kau selalu menguatkan

Akan selalu ada hari-hari sulit yang melilit

"Percayalah! Segala kesusahan itu akan segera berakhir," Ucapmu sembari menatap mataku

Syair mutiara itu yang membuatku untuk bangkit kembali

 

Semoga Ibu selalu diberi kesehatan oleh Allah Swt. dan selalu bahagia. Aamiin.

Dengan cinta, 

Septi

 

#ElevateWomen