Fimela.com, Jakarta Buat sahabat fimela dan keluarga penggemar pedas, cabai jadi bumbu dapur yang tidak pernah ketinggalan. Namun sayangnya cabai termasuk bahan makanan yang mudah busuk. Tapi jangan khawatir, ada beberapa tips supaya cabai awet saat disimpan. Sahabat fimela pun tidak perlu bolak-balik membeli cabai. Apa saja tipsnya? Simak infonya yuk!
1. Petik di pagi hari
Jika sahabat fimela mempunyai pohon cabai sebaiknya petik cabai di pagi hari. Memetik cabai di pagi hari dapat mencegah kontaminasi organisme penyebab cabai menjadi cepat busuk. Cara memetik yang baik yaitu dengan dipetik tangkai buah cabai. Lakukanlah hal tersebut secara hati-hati agar ranting cabai tidak patah.
2. Simpan tanpa dicuci
Kalau kamu ingin menyimpan cabai jangan dicuci terlebih dahaulu. Karena kadar air akan meningkatkan kelembapan dan dapat meneyebabkan cabai cepat busuk. Maka ketika menyimpan cabai pastikan dalam kondisi kering tanpa di cuci. Lalu masukkan ke wadah dengan dilapisi kertas dan tutup rapat.
What's On Fimela
powered by
3. Simpan di kulkas
Cabai yang disimpan di kulkas bisa tahan 5-6 hari. Sedangkan cabai yang disimpan di suhu ruangan hanya bertahan 2 hari. Supaya lebih awet, letakkan cabai di bagian dalam kulkas yang suhunya terjaga di 5 derajat Celcius. Jangan letakkan cabai di pintu kulkas yaa! pastikan juga bagian dalam kulkas tidak basah untuk menjaga kelembapan cabai meningkat.
4. Simpan dengan bawang putih
Setelah meletakkan cabai di wadah kedap udara yang dilapisi tisu kering, kamu bisa tambahkan 1 butir bawang putih. Cara ini bisa menjaga cabai lebih awet namun, jangan lupa untuk rajin ganti tisu dalam wadah.
5. Jangan mencampur cabai
Jauhkan cabai dari bahan-bahan makanan yang mudah menyerap aroma, misalnya keju dan susu. Selain itu, jangan menyimpan cabai di satu wadah dengan sayuran yang mudah bususl, seperti sayur-mayur hijau.
Nah, itu dia tips menyimpan cabai agar tidak busuk. Buat sahabat fimela yang penggemar cabai dan pedas wajib mengetahui hal di atas yaa agar cabai yang ingin kamu konsumsi tidak cepat busuk.
Ditulis: Adjeng Dwi Fitriani