Agar Bahagia, Syukuri Semua yang Ada dan Percaya Dirilah

Endah Wijayanti diperbarui 30 Des 2021, 11:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Selalu banyak cinta dan hal istimewa dalam hubungan seorang anak dan ibu. Mungkin tak semuanya penuh suka cita, sebab ada juga yang mengandung duka lara. Masing-masing dari kita pun selalu punya cerita, seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela untuk mengikuti Lomba Ungkapkan Rasa rindu pada Ibu di Share Your Stories Bulan Desember ini.

***

Oleh: Dwi Puji Asrini

Ibu, maafkan aku yang masih saja sibuk dengan pekerjaan dan belum bisa menjengukmu. Hanya telepon saja yang bisa mengobati rasa rindu bertemu ibu.

Ibu, maafkan pula setiap telepon tak jarang aku berkeluh kesah tentang pekerjaan dan segala kesulitan di luar sana. Terimaksih telah menjadi teman curhat yang baik untukku.

Bu, waktu telepon beberapa hari yang lalu, ingin sekali aku mengucapkan Selamat Hari Ibu. Namun aku malu karena memang tidak biasa kita merayakannya. Ketika aku tanya ini hari apa, ibu malah menjawab hari Rabu, padahal yang aku maksudkan ini adalah Hari Ibu. Maklum hari-hari ibu habiskan di rumah, di sawah, tanpa mengenal apa itu hari ibu. Tambah lagi ibu-ibu di kampung kita memang hampir tidak ada yang pernah merayakan atau bahkan mengenal hari ibu.

 

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Ibu yang Selalu Menyemangatiku

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/parinyabinsuk

Meski begitu, izinkan aku mengucapkan selamat hari ibu, untuk ibu tercinta yang telah mendampingiku dalam suka dan duka. Menjadi guru sejati untukku yang sedia memberi nasihat dan petuah ketika aku dalam putus asa karena study ataupun pekerjaan.

Ingat sekali waktu aku SMA, ibu setia menemani berjalan di awal waktu subuh hingga sampai pertigaan jalan tempat aku menunggu bus menuju kota. Kebetulan ibu dan bapak menyarankanku untuk bersekolah di luar kota, karena memang hanya di kota itu jurusan yang aku minati ada.

Saat berjalan aku sering mengeluh lelah. Namun ibu selalu mengatakan berjalanlah perlahan, nanti akan sampai tujuan juga. Dengan setia ibu menungguku sampai aku naik bus, dan menghilang diujung jalan. Lalu ibu sendirian pulang ke rumah dengan berjalan kaki.

Setiap Sabtu aku pulang ke rumah membawa sejuta cerita, tentang teman-teman, tentang sekolah, situasi kos dan sebagainya. Ibu hanya menjawab “iya” di setiap akhir ceritaku, sambil melempar senyum kecil. Sesekali ibu bertanya apakah aku senang sekolah di sana. Ia, aku senang sekolah di sana, bu. Banyak kawan baru, pengalaman baru, dan juga ilmu yang aku dapatkan, begitu jawabku.

 

3 dari 3 halaman

Bersyukur dan Bersabar

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/witthayap

Ada cerita yang tak terlupakan. Suatu hari aku beranikan diri meminta uang kepada ibu untuk membeli baju baru, karena kebetulan teman satu kelasku akan merayakan ulang tahun. Tetapi waktu itu adik-adikku membutuhkan uang juga untuk membeli buku karena baru saja masuk sekolah.

Saat itu merasa kesal sekali, karena tidak dapat membeli baju baru. Ibu membuka lemarinya kemudian mengambil dres warna pink yang ia punya. Awalnya aku meolak, karena merasa bukan untuk remaja sepertiku, dres itu terlalu tua untukku. Tetapi karena tidak ada baju yang lainnya, dengan terpaksa aku pakai saja baju ibu.

Lumayan lah setelah dicuci dan disetrika, lalu diberi minyak wangi akhirnya kelihatan bagus dan aku pakai juga. Sampai di rumah teman yang ulang tahun, seperti biasa kami makan, ngobrol, dan sebagainya. Nggak nyangka waktu namaku dipanggil untuk maju ke depan, ternyata aku mendapat tepukan meriah karena dress yang aku pakai sangat unik menurut teman-teman. Ternyata benar apa kata ibu, “Syukuri apa yang kita punya dan percaya diri saja.”  Kayaknya waktu itu aku pulang dengan wajah cerah ceria.

Tidak hanya itu saja, Bu. Ketika aku gagal dalam pekerjaan dan merasa terpuruk, ibu juga yang menguatkanku dengan selalu mengatakan, “Itu belum rezekimu, Nak. Sabar dulu.” Mendengar kata itu, rasanya plong dan kembali bersemangat untuk meraih semua yang masih tertunda. Ah, ibu rasanya tak habis kutulis cerita tentangmu.

Ibu, terima kasih telah menjadi kawan menyenangkan ketika aku masih kecil. Terima kasih telah menjadi teman setia dalam suka dan duka. Terima kasih pula telah menjadi sahabat sejati hingga hari ini. Untuk ibu tercinta, semoga Allah senantiasa memberi kesehatan dan panjang usia, supaya aku bisa membahagiakanmu. Peluk dan cium untuk ibu tercinta.

Semarang, 29 Desember 2021

#ElevateWomen