Lady Boss: Rahasia Andrea Gunawan Bentuk Personal Branding dan Kepercayaan Diri

Nizar ZulmiSyifa Ismalia diperbarui 26 Jan 2022, 10:09 WIB

Fimela.com, Jakarta Menjadi perempuan berdaya bisa dilakukan dengan berbagai cara. Selain mengembangkan diri dari segi wawasan, penampilan dan kemandirian, keberanian untuk bersuara juga diperlukan untuk memberi dampak lebih.

Hal itu dilakukan Andrea Gunawan, atau yang juga dikenal sebagai Catwomanizer. Selain menjadi salah satu wadah curhat soal relationship, ia juga aktif mengampanyekan kesehatan seksual, yang sudah ia prakrasai sejak 2011 lalu.

"Jadi pertama kali ngomongin tentang kesehatan seksual dan hubungan yang sehat karena 10 tahun lalu di twitter dan 3 tahun lalu di IG, 'kayaknya belum banyak nih yang ngomongin'. Pada saat itu aku ngomongin berdasarkan pengalaman sendiri juga. Jadi lebih ke sharing sebenarnya," tutur Andrea Gunawan saat wawancara eksklusif di kantor FIMELA, beberapa waktu lalu.

(Foto: Bambang E Ros/Fimela.com)

Andrea menyadari di Indonesia edukasi dan kesehatan seksual masih jadi hal yang tabu untuk dibahas. Padahal menurutnya isu tersebut sangat dekat dengan masyarakat, sehingga diperlukan sosialisasi yang baik sebagai pencegahan maupun penanganan.

"Kalau untuk ngomongin tentang kesehatan seksual atau pendidikan seks sendiri di Indonesia memang sangat tabu dan juga masih sangat kontroversial dan juga menurut aku sebenarnya penting banget untuk diobrolin, dibicarakan dan diedukasikan karena banyaknya orang-orang itu cuma ngelakuin aja (hubungan seksual). Pura-pura nggak mau ngomongin, tapi ketika ada masalah misalnya kehamilan tidak direncanakan ataupun ketika terkena infeksi seksual akhirnya bingung harus apa. Padahal sebenarnya dengan edukasi yang cukup, semuanya bisa dicegah," tuturnya.

Tak hanya membahas tentang kampanye yang konsisten ia jalankan, di sesi ini Andrea Gunawan juga berbagi beberapa insights mengenai personal branding dan membangun percaya diri. Apalagi di era media sosial seperti sekarang, penting bagi kita untuk mempresentasikan diri dengan baik. 

"Menurut aku penting banget personal branding, apalagi di media sosial. Karena medsos itu jendela pertama yang orang bisa lihat. Bukan jendela sih. Kita semua adalah produk/barang dan media sosial itu adalah etalase. Jadi kalau orang mau lihat siapa kita sebelumnya, orang akan lihat dari medsos kita dan tentunya akan ada impression sendiri, judgement sendiri tentang kita," terangnya.

Tak ketinggalan Andrea Gunawan juga menceritakan sejumlah pengalaman dan perspektif menarik tentang dunia yang ia geluti. Seperti apa cerita lengkapnya? Simak kutipan lengkapnya berikut ini.

2 dari 3 halaman

Di Balik Predikat Influencer

(Foto: Bambang E Ros/Fimela.com)

Dikenal sebagai sexual health activist, Andrea Gunawan selalu memberikan saran yang sangat rasional untuk para followers yang curhat dengannya. Namun, jika menurutnya followers butuh bimbingan dari psikolog dan psikiater, dia akan menyarankannya.

Apa yang membuat Anda tertarik menjadi relationship dan sexual health activist?

Jadi pertama kali ngomongin tentang kesehatan seksual dan hubungan yang sehat karena 10 tahun lalu di Twitter dan 3 tahun lalu di IG kayaknya belum banyak nih yang ngomongin. Pada saat itu aku ngomongin berdasarkan pengalaman sendiri juga. Jadi lebih ke sharing sebenarnya. Dan dari situ akhirnya kerjasama dengan beberapa NGO. Jadi saling membantu meningkatkan awareness tentang hubungan yang sehat dan karena hubungan yang sehat itu ada hubungan seksualnya juga. Jadi termasuk.

Di Indonesia sendiri soal seksual masih banyak yang anggap tabu, persepsi Anda?

Kalau untuk ngomongin tentang kesehatan seksual atau pendidikan seks sendiri di Indonesia memang sangat tabu dan juga masih sangat kontroversial dan juga menurut aku sebenarnya penting banget untuk diobrolin, dibicarakan dan diedukasikan karena banyaknya orang-orang itu cuma ngelakuin aja. Pura-pura nggak mau ngomongin, tapi ketika ada masalah misalnya kehamilan tidak direncanakan ataupun ketika terkena infeksi seksual akhirnya bingung harus apa. Padahal sebenarnya dengan edukasi yang cukup, semuanya bisa dicegah

Di momen apa Anda akhirnya merasa nyaman dengan predikat 'influencer' hingga dating coach?

Kalau untuk predikat dating coach itu sebenarnya masih bawaan dari kerjaan di perusahaan sebelumnya. Karena aku sempat kerja di matchmaking agency. Tapi kalau untuk influencer sendiri, ya ketika memutuskan untuk menjadi content creator, khususnya di IG otomatis rasanya label influencer itu mengikuti. Jadi yaudah, mau gimana lagi.

Dengan banyaknya permasalahan dan sudut pandang, bagaimana Anda membentuk prinsip soal relationship advice?

Kalau dari aku sendiri ketika orang datang untuk meminta advice yang aku coba, ya yang aku lakukan adalah aku lihat dari sudut pandang mereka dulu. Tapi setelahnya aku berikan saran yang logis menurut aku. Karena menurut aku sendiri, aku orangnya cukup rasional, cukup logis dan nggak gitu menye-menye pakai emosi. Apalagi kalau yang nanya itu biasanya mereka crowded by their own judgement. Lagi kalut banget dan mungkin mereka butuh pandangan yang lebih rasional dari orang yang bisa dibilang mereka nggak kenal jadi nggak bias sama kondisi mereka. Mungkin kalau mereka tanya ke teman tentang pasangannya, mungkin mereka akan belain dia atau nyalahin pasangannya atau gimana. Padahal sebenarnya mungkin kalau dilihat secara objektif ada posisi yang netral yang bisa memberikan saran. Ketika followers yang minta relationship advance ke aku, biasanya aku akan melihat dari sudut pandang mereka. Tapi sebisa mungkin aku tidak memberikan saran kalau mereka tidak meminta. Jadi kebanyakan aku tau juga mereka cuma mau sharing aja. Cuma mau butuh didengar dan divalidasi. Jadi aku mencoba melihat dari situ.

(Foto: Bambang E Ros/Fimela.com)

Adakah batasan-batasan tertentu yang kamu buat saat memberikan saran atau opini di medsos?

Kalau untuk batasannya sendiri, aku tahu limitasi diri aku sendiri. Karena aku bukan Psikolog dan aku tidak memposisikan diri aku sebagai konsultan juga. Jadi aku di sini sebagai content creator, yang mungkin kalau teman-teman ada yang mau datang curhat atau minta divalidasi mungkin. Kalau kebetulan aku ada waktunya dan aku kebetulan baca, ya aku akan sebisa mungkin memberikan sudut pandang rasional dari aku. Tapi tentunya sesuai dengan kompetensi aku juga. Jadi memang aku rasa masalahnya ini harus ke Psikolog atau Psikiater, tentunya aku akan arahkan ke psikiater ataupun psikolog.

Apa curhatan followers yang masih sangat Anda ingat sampai sekarang? Tentang apa dan kenapa itu berkesan?

Sebenarnya kalau ngomongin soal curhatan banyak banget. Apalagi follower aku tuh yang aku senang tuh kadang-kadang mereka bisa share juga sih. Misalnya apa yang terjadi di hari mereka. Apa yang membahagiakan, apa yang membuat mereka merasa bersyukur. Apa yang membuat mereka bersedih misalnya. Tapi yang paling aku ingat banget sampai sekarang adalah hmm karena.. jujur tiap minggu itu pasti minimal 1 atau 2 DM yang masuk ke IG aku. Meminta rekomendasi klinik aborsi. Yang paling berkesan, mungkin berkesan secara negatif sih. Karena setiap minggu itu pasti ada 1 atau 2 DM yang masuk ke IG aku meminta rekomendasi klinik aborsi itu. Like, kenapa mintanya ke Catwomanizer? Kayak Catwomanizer ini tau tentang rekomendasi klinik aborsi, padahal di Indonesia itu unfortunately, aborsi itu masih illegal, kecuali kalian adalah korban pemerkosaan atau mungkin karena ada cacat janin dan itu harus di-approve sama dokternya dulu. Jadi, nggak bisa untuk kehamilan yang tidak direncanakan misalnya. Unfortunately di Indonesia kenyataannya seperti itu. Jadi makanya kenapa aku senang banget ngomongin tentang kesehatan seksual dan organ reproduksi karena supaya hal-hal seperti itu bisa dicegah

Influencer biasanya tak lepas dari kritik, komentar seperti apa yang Anda terima dan tidak?

Biasanya komentar negatif dari netizen tadi ketika lagi edukasi seksual dan kesehatan organ reproduksi. Karena mereka merasa bahwa kami-kami ini meng-encourage ataupun mendukung gaya hidup yang menurut mereka tidak sesuai dengan norma-norma dan mungkin juga ajaran agama yang berlaku di Indonesia. Padahal sebenarnya, edukasi pendidikan seksual itu bukan hanya tentang gimana caranya melakukan hubungan seks tapi lebih kepada gimana caranya kita practice responsible sexual behaviour atau hubungan seksual yang bertanggung jawab.

Dan itu cakupannya luas banget sebenarnya. Termasuk mengenali organ reproduksi kita sendiri. Gimana cara kita merawat, menjaga. Dan juga gimana cara kita memproteksi diri sendiri dari infeksi menular seksual. Gimana caranya kita menjaga pasangan kita. Dan orang-orang terdekat kita juga. Sebenarnya seperti itu. Malah kalau untuk anak kecil misalnya, kenapa pendidikan seksual itu penting? karena selain untuk mengetahui organ-organ reproduksi mereka sendiri, yang penting itu mengajarkan tentang conscience, tentang boundaries atau Batasan-batasan. Supaya anak juga tahu Batasan apa sih sebenarnya. Bagian tubuh mana yang boleh dipegang, sama siapa. Sehingga mereka mulai bisa kalau memang untuk mencegah pelecehan seksual dari kecil sebenarnya.

Pernah mendapat ancaman atau cemooh karena profesi Anda? Bagaimana cara menanggapinya?

Kalau untuk profesi konten creator atau influencer sendiri, pernah banget dapet cemoohan. Karena banyak yang berpikir, 'ah gila unboxing aja lu dapet segini' seakan-akan meremehkan. Ah Cuma unboxing doang, jalan-jalan gratis dibayar. Padahal sebenarnya ada kerjaan lho di balik semua yang mungkin mereka lihat 'ah dikasih gratis'. Ada yang harus di-review, mungkin harus ada yang dikorbankan juga. Kalau untuk aku pribadi khususnya ketika mengambil kerjaan skincare misalnya. Aku trial dulu, aku coba dulu sekitar 3 minggu, sebulan, dua bulan. Dan kalau nggak cocok, apa yang terjadi? Aku mengorbankan kulit aku sendiri. Waktu itu aku pengobatan 4 bulan lebih karena jerawatan parah. Jadi itu kan biaya aku harus keluarin sendiri juga, dan kemudian produknya nggak cocok di aku, yang aku lakukan adalah aku bilang 'nggak bisa. Nggak cocok di kulit aku', aku gimana bisa nunjukin benefitnya? Jadi aku refund. Jujur refund itu berat buat aku juga karena nominalnya nggak sedikit.

Nah, orang-orang yang mikir kaya 'ah lu gitu doang gampang banget. Masa lu segitu aja untuk nge-review 30 detik misalnya dapat sekian misalnya. Again, mungkin orang-orang yang meremehkan posisi influencer atau KOL, kadang-kadang mereka lupa kalau sebenarnya brand kalau hire KOL / Influencer itu mereka seakan-akan membeli iklan di tv atau billboard. Kalau untuk cemoohan atau ancaman dari segi konten, ini juga ada. Jadi malah waktu itu ada segerombolan ibu-ibu yang mengidentifikasi sendiri sebagai emak-emak, mereka mau ngelaporkan konten-konten yang berbau pendidikan seksual itu ke polisi. Ini menurutku lebay banget. Karena aku tau Batasan-batasannya, koridor-koridornya, gitu. Aku bukannya nge-share pornografi misalnya. Jadi waktu itu follower juga bilang 'tenang aja ci ini nggak bakal bisa dilaporin, aku juga udah tanya suami aku, polisi. Nggak bakal mau ngurusin ginian. Ini apaan, nggak ada duitnya juga. Jadi dari situ aku kayak mendapat re-asurance juga bahwa 'I'm doing the right thing'. Dan sebenarnya lewat konten-konten aku, orang juga lebih aware tentang seks yang bertanggungj awab, termasuk pentingnya untuk has get test regularly, apalagi kalau masih suka bobo liar atau ganti-ganti pasangan.

3 dari 3 halaman

Self Love dan Perkuat Diri

(Foto: Bambang E Ros/Fimela.com)

Setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mencintai dirinya sendiri, begitu juga dengan Andrea Gunawan. Menurutnya, tegas pada diri sendiri merupakan self love terbaik, karena dengan begitu, kita tidak bisa ditindas dengan siapapun.

Anda juga dikenal sebagai image consultant, sepenting apa personal branding di era digital seperti sekarang menurut kamu?

Menurut aku penting banget personal branding, apalagi di media sosial. Karena medsos itu jendela pertama yang orang bisa lihat. Bukan jendela sih. Kita semua adalah produk/barang dan media sosial itu adalah etalase. Jadi kalau orang mau lihat siapa kita sebelumnya, orang akan lihat dari medsos kita dan tentunya akan ada impression sendiri, judgement sendiri tentang kita. Melalui apa yang kita post, apa yang kita katakan di media social. Khususnya dalam ranah professional, khususnya saat sedang mencari kerja. HR itu pasti akan melihat medsos kita bukan hanya linkedin. Kita ngepost kayak apa, kita nulis di twitter kayak apa. Jadi semua itu akan dilihat harus hati-hati juga. Dan kalau konteks personal, kalau kita lagi cari pasangan, cari online dating. Itu kan profile kita termasuk foto-foto yang dipilih untuk ditampilkan. Gimana cara kita menulis profile bio kita, itu semua mencerminkan. Mencerminkan siapa diri kita, jadi personal branding apalagi di medsos itu penting banget. Khususnya kalau kita punya bisnis. Gimana caranya supaya orang-orang atau calon customer kita percaya bisnis kita dan tahu siapa sih di balik bisnis kita ini dengan personal branding diri kita sendiri juga.

Apa hal esensial bagi seseorang untuk membentuk personal branding?

Menurut aku yang penting banget dari personal branding itu authenticity, yaitu ciri khas diri kita masing-masing dan itu yang membedakan diri kita dengan jutaan orang lainnya yang ada di media social. Nah itu yang bikin kita lebih menarik, dan sulit dilupakan oleh orang-orang yang nantinya akan mampir melihat personal branding kita di media social kita.

Bagaimana cara Anda mencintai diri sendiri?

Cara mencintai diri sendiri menurut aku, salah satunya dengan tegas kepada diri sendiri dan orang lain. So people do not take an advantage of us. Maksudnya supaya kita tidak mudah dibodohi, ditipu dan juga nggak gampang diinjak oleh orang lain. Satu lagi adalah dengan berani setting boundaries untuk diri kita sendiri juga berani untuk mengatakan tidak. Karena yang banyak kejadian di Indonesia ini seringnya banyak nggak enakan. Sebenarnya kalau kita nggak enakan, kita sendiri juga yang dirugikan. Kalau memang orang lain nggak memperhatikan perasaan kita, kenapa kita harus mikirin perasaan mereka? Jadi ada baiknya kita memprioritaskan kebahagiaan kita, asal kita tidak menyakiti orang lain. Yaudah, jalani aja.

Apa keputusan terbesar yang Anda ambil dalam hidup?

Titik balik yang paling monumental di hidup aku adalah ketika aku dipecat dari kantor lama di tahun 2017 bulan Desember. Ketika itu aku kelilit hutang kartu credit dan posisinya aku nggak ada duit sama sekali, nggak ada tabungan sama sekali. Cuma gaji bulan itu aja. Yang karena autodebit di kartu kredit. Waktu itu aku ingat di rekening aku tinggal Rp15 ribu aja. Dan jujur waktu itu aku hancur sekali dan aku bukan tipe yang bisa minta tolong. Apalagi bantuan finansial dari pasangan atau keluarga. Jadi di saat itu aku merasa sendiri, nggaj punya kerjaan, kelilit utang kartu kredit dan nggak punya tabungan. Jadi pada saat itu titik baliknya adalah ketika aku memutuskan jadi konten creator di IG dan aku benar-benar determined cari uang dari IG. Jadi posisinya aku masih cari kerja sampai Maret 2018 dan tapi nggak ketemu yang cocok dengan yang aku mau. Dan mungkin gajinya yang nggam pas. Jadi di Maret itu aku memutuskan 'oke mulai di IG' dengan posisi follower aku sekitar 3000 dan aku menargetkan di Desember 2018, followers aku 100 ribu. Jadi waktu itu aku tiap hari bikin konten, buka diskusi tentang topik-topik seputar hubungan sehat, termasuk juga soal virginity, tentang sugar dady, sugar baby, tentang FWB. Pokoknya tentang fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat saat ini dan pada saat itu belum banyak dibicarakan konten creator lain di Instagram.

(Foto: Bambang E Ros/Fimela.com)

Tips apa yang bisa Anda berikan kepada perempuan untuk menumbuhkan percaya diri?

Cara menumbuhkan rasa percaya diri menurut aku dengan mengenali dan menerima kekurangan dan kelebihan kita. Kita semua pasti punya insecurity tapi ada baiknya kita punya solid support system jadi kita bisa meminta reassurance kepada orang terdekat kita ketika membutuhkannya.

Boleh ceritakan tentang produk kamu?

Jadi pada tanggal 10 Oktober yang lalu, aku dan beberapa partner aku launching produk IPL di rumah. Sebenarnya kami berani launching produk ini karena pas pandemi tahun lalu aku langganan ke klinik, tapi pas psbb semua klinik tutup, dan mencari alternatif lain yaitu home IPL device yang bisa aku lakukan sendiri di rumah. Buat teman-teman yang belum tahu juga IPL ini apa sih, IPL ini alat untuk membersihkan bulu-bulu yang tidak diinginkan. Misal di kaki, tangan, under arm bahkan sampai di brazillian area dan tentunya bisa dipakai perempuan dan laki-laki.

Ini jadi cara Anda menumbuhkan percaya diri?

Sebenarnya apapun pilihan kalian, yang penting kalian nyaman dan pede. Kalau memang yang membuat kalian merasa pede adalah membersihkan bulu-bulu di tempat yang tidak diinginkan tadi, ya so be it. Tapi kalau kalian ingin membiarkannya ya gak apa-apa juga. Yang penting nyaman dan pede.

Apa yang mendasari Anda mengembangkan produk ini?

Karena aku sendiri pun sudah merasakan manfaat IPL di rumah saat PSBB dan PPKM dan aku merasa juga ada teman-teman lain yang pengin membersihkan bulu tapi kalau ke klinik itu rasanya mahal, mager dan kalau ke klinik juga takut karena masih covid. Jadinya di rumah bisa jadi solusi atau di mana aja dan selain itu kalau memang teman-teman yang mau waxing misalnya untuk Brazilian wax itu atau IPL divergent area kendalanya adalah kalian mau kalau keliatan malu di hadapan terapis atau nanti terapisnya ngenalin kalian. Jadi solusinya, kenapa nggak kerjain sendiri di rumah? Dan Velvet ini painless. Jadi gak usah takut ada rasa sakit dan resultnya juga keliatan dimulai dari 5 minggu.

Ada berbagai stigma kuno yg terkesan miring di masyarakat tentang perempuan. Seperti ketergantungan pada laki-laki, lemah, sulit ambil keputusan, bagaimana cara menghadapinya?

Tentunya dengan membuktikan diri kalau kalian tidak sesuai dengan stigma yang ada di masyarakat. Dengan membuktikan diri, kalau kalian juga bisa meskipun kalian wanita. Salah satunya dengan mandiri secara finansial. Jadi kita tidak bergantung pada ortu, pasangan. Karena biasanya kalau kalian bergantung pada oran gtua dan pasangan, itu memberikan Batasan banget. Jadi kalau stuck in toxic relationship sama keluarga, pasangan. Kalau uangnya masih sama mereka, gimana kalian membebaskan diri?