Diary Fimela: Karan Narawata, Brand Fashion Lokal yang Ingin Kenalkan Outfit Polo ke Seluruh Nusantara

Fimela Reporter diperbarui 31 Des 2021, 11:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Para pelaku bisnis di bidang fashion lokal, terkadang membuat brand yang berbeda dari produk lainnya guna menjadi brand fashion yang ikonik. Selain itu, hal tersebut tentu dilakukan agar brand-nya dapat dikenal hingga ke seluruh penjuru Nusantara.

Sama halnya dengan Karan Narawata, salah satu brand fashion lokal yang terbentuk sejak Desember 2020 dan menawarkan produk fashion Polo lokal. Karan Narawata membangun bisnis Polo karena mendengar cerita lucu dari seorang kerabatnya ketika tengah bermain golf. Hal ini pun diungkap oleh Co-Founder Karan Narawata, Nadia Alysha Ardelia Ichtiar.

Concern awal kita pada Karan Narawata itu memang sebagai fashion Polo. Ide ini muncul pas ada satu temen kita yang cerita, ketika main golf, dia sempat ditegur oleh management tempat golfnya karena gak pakai Polo. Kebetulan golf juga jadi olahraga yang common dilakukan ketika awal pandemi. Dari situ kita, as a team, akhirnya terpintas untuk membuat fashion Polo lokal,” ujar Nadia pada Fimela.com saat diwawancarai, Sabtu (12/12).

Ia pun mengatakan bahwa saat itu masih jarang ditemukan brand Polo lokal. Dengan demikian, Nadia dan tim bergerak untuk membangun bisnis ini dalam proses pembentukan selama 3 bulan hingga akhirnya resmi diluncurkan.

 

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

Filosofi Nama Karan Narawata

Berbagai koleksi Polo lokal dari Karan Narawata/copyright instagram/karan.id

Nama brand Karan Narawata memiliki filosofi tersendiri yang diambil dari bahasa Sansekerta. KARAN berarti dinamakan atau disebutkan, sedangkan NARAWATA diartikan tersiar merata tiada henti. Mengambil nama tersebut, Nadia berharap agar Karan Narawata bisa menjadi brand fashion ternama dalam menyiarkan pesan positif secara merata dan tiada henti di Nusantara.

Karan Narawata pun terbentuk akibat intensitas Nadia dan tim untuk bertukar pikiran, melakukan riset dan analisis pasar. Selain itu, mereka juga membuat serangkaian sampel hingga mendapatkan produk yang terbaik.

3 dari 5 halaman

Jarang Menemukan Brand Lokal yang Menjual Polo

Koleksi Polo dari Karan Narawata yang cocok untuk dipakai bermain golf/copyright instagram/karan.id

Nadia mengungkap hal yang melatarbelakangi untuk membangun bisnis ini karena jarang menemukan brand lokal yang menjual Polo. “Rata-rata Polo pasti dari luar. Itu menjadi salah satu reason kita bisa menjadi salah satu brand fashion yang bergerak spesifik di bidang Polo,” katanya.

Ketika Nadia ingin menginsiasi bisnis ini, tren pasar yang sedang hype adalah berbagai kaos polos. Seketika, ia berpikir bahwa Polo mempunyai keunikan tersendiri dan cocok digunakan di berbagai kegiatan.

Untuk itu, Nadia dan tim memasarkan produknya kepada kerabat terdekat guna menunjukkan nilai dari produk yang mereka buat tersebut. Ia pun ingin menarik rasa penasaran masyarakat terhadap Polo sekaligus memperkenalkan bahwa Polo dapat digunakan secara formal maupun casual. Selain kerabat, ada pun mereka memasarkan melalui media sosial serta kolaborasi dan kerja sama dengan influencer.

“Mencoba menarik rasa curious pasar sih terhadap Polo. Harapannya itu supaya bisa menyebar dari circle kita ke circle-circle mereka lainnya. Kita juga coba cari opportunity dengan melakukan kolaborasi, contohnya dengan cafe atau coffee shop dan juga kerja sama dengan influencer. Selain itu, kami membuka shop di common marketplace yang ada dan aktif memasarkan di media sosial,” jelas Nadia.

Pilihan dan Bahan Produk Karan Narawata

Sampai saat ini, produk fashion yang ditawarkan masih fokus pada Polo Shirt sebagai produk utamanya dengan dua tipe, yakni Polo Basic dengan 6 varian warna dan Polo Threetone dengan 3 varian warna. Karan Narawata pun merilis topi sebagai aksesori bertajuk Grand Cap Series.

Polo Basic berbahan CVC Pique, di mana bahan tersebut yang paling umum digunakan pada Polo. Sedangkan Polo Threetone, bahan yang dipilih oleh Karan Narawata adalah Threetone 30s yang sifatnya lembut dan sejuk. Nadia menyebut kedua bahan ini cenderung masuk ke Polo secara casual.

4 dari 5 halaman

Berbagai Tantangan dan Kendala

Selain golf, Polo dari Karan Narawata cocok untuk digunakan ketika bermain tennis ataupun badminton/copyright instagram/karan.id

Bisnis yang masih terbilang baru ini membuat Nadia harus menghadapi berbagai tantangan dan kendala. Menurunya, tantangan terbesar yang ia hadapi adalah dari segi branding. “As we know, untuk branding sendiri pasti tidak instan dan akan selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Jadi kami berusaha untuk berinovasi dari segi konten dan kualitas produk agar dapat menyampaikan pesan tentang brand kami ke publik,” ungkapnya.

Karan Narawata lahir di masa pandemi dan membuat Nadia harus cekatan serta cerdas untuk menemukan sebuah solusi dengan mengatur segala permasalahan yang berisiko untuk brand-nya tersebut. Seperti yang diketahui, era pandemi ini menjadikan perilaku konsumen pun berubah-ubah.

“Solusinya kita harus pintar-pintar coba putar otak, bagaimana caranya bisa ngehadirin produk yang ekonomis pada masa pandemi, di mana konsumsi pasar trennya sempat menurun. Selain itu, kami juga harus bisa manage cashflow internal kami, terutama masalah biaya operasional, yakni bagaimana caranya agar tetap sehat dan sustainable walau dalam kondisi kritis sekalipun,” papar Nadia.

Usaha yang dilakukan Nadia dan tim dengan terus berinovasi dalam segi produk, varian warna, seri-seru baru guna menjangkau pasaran lebih luas lagi. Karena upayanya tersebut, Karan Narawata pun secara tren omzet, di mana cash flow serta asset yang mereka miliki ini berkembang.

5 dari 5 halaman

Tips dan Saran untuk Pejuang Usaha Lainnya

Nadia Alysha Ardelia Ichtiar, Co-Founder Karan Narawata.

Selain Karan Narawata, Nadia dan tim tengah mengerjakan projek terkait clothing dari instansi pemerintah dan swasta yang bernama JNJ Project. Dengan berbagai kesibukannya, di sisi lain mereka juga merupakan pekerja kantoran dan mahasiswa.

Oleh karena itu, tips yang dibagikan oleh Nadia adalah membangun sistem management yang baik dengan mengedepankan skala prioritas. “Jadi, mana sih yang paling prioritas? Kemudian kita coba bagi skalanya,” ujar Nadia.

Sementara, pesan dan saran untuk para pejuang usaha di masa pandemi ini adalah mencoba memperbanyak inovasi yang disesuaikan dengan kondisi pasar saat ini.

“Coba untuk mendengar dan membaca perilaku dan menyesuaikan model usaha dan produk yang akan dirilis sesuai dengan kondisinya. Semangat ya!” tutupnya.

Penulis: Atika Riyanda Roosni

#Elevate Women