Review Buku Belahan Jiwa: Untuk Wanita yang Kuhadiahi Bunga Wol Rajutan Ibuku

Endah Wijayanti diperbarui 25 Des 2021, 14:15 WIB

Fimela.com, Jakarta "Sejak menikahimu, aku tidak pernah berpikir bahwa pernikahan kita akan gembira-gembira saja. Kenyataannya, memang macam-macam ujiannya. Namun, kita bisa melewatinya, Honey. Ketika menulis buku ini, usia kita akan segera genap 40 tahun," sebuah paragraf dalam bab "Pernikahan Itu..." di buku Belahan Jiwa karya Tasaro GK ini memberi sudut pandang yang sangat menarik sekaligus menginspirasi. Pernikahan tidak selalu menghadirkan kemudahan, sebab akan ada ujian dan tantangan baru yang dihadapi. Namun, setiap ujian kehidupan yang bisa dilewati bisa menghadirkan meningkatkan kedewasaan.

Enam belas tahun membangun rumah tangga, banyak hal yang dilalui bersama. Bagi yang sudah menikah, pengalaman dan kisah yang dibagikan di buku ini mungkin akan terasa sangat dekat dengan keseharian. Mulai dari soal melewati tahun pertama pernikahan, menjaga hubungan baik dengan mertua, mengatur keuangan, mengatasi rasa bosan dan cemburu, hingga membahas perkara perselingkuhan. Sementara bagi yang belum menikah, membaca buku ini akan memberi sudut pandang yang lebih luas soal kehidupan setelah menikah.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Buku Belahan Jiwa Karya Tasaro GK

Belahan Jiwa./Copyright Endah

Judul: Belahan Jiwa: Untuk Wanita yang Kuhadiahi Bunga Wol Rajutan Ibuku

Penulis: Tasaro GK

Penyunting: Dyah Agustine dan Nurul Amanah

Proofreader: Febti Sribagusdadi R. dan Ana D. Itsna

Ilustrator sampul: Dadi Permadi

Desainer sampul: Kulniya Sally dan Krisna Bayu S. A.

Desainer isi dan layouter: Achmad Syazidin dan Deni Sopian

Cetakan I, Desember 2020

Penerbit: Qanita, PT Mizan Pustaka

Menemukan belahan jiwa adalah kerinduan yang menggayuti setiap jiwa. Kita mendamba agar keberadaannya melengkapi kekosongan dalam diri. Kita menghabiskan pencarian panjang dengan berbagai ujian agar bisa bertemu sang kekasih hati, seseorang yang dalam bayangan akan menjadi belahan jiwa sempurna. Namun, kala kita sudah temukan sosoknya, apakah pencarian ini akan terhenti dalam gemerlap pesta pernikahan?

Pernikahan bagai sebuah lorong panjang untuk menguji seberapa tangguh pasangan kekasih meneguhkan cinta. Kala terjangan masalah mengguncang: kecewa, bosan, kurangnya perhatian, dan keraguan, akankah kita rela mengorbankan segalanya demi belahan jiwa? Hanya waktu yang mampu menyingkap seberapa kuat sebuah cinta hingga kita dengan yakin mengatakan dialah sang Belahan Jiwa.

***

"Engkau yang dulu mengingatkanku bahwa dalam pernikahan, hal yang lebih penting untuk dipersiapkan adalah kesanggupan mengambil risiko." (hlm. 25)

Tiap pasangan punya cara sendiri dalam memaknai pernikahan. Bagi Tasaro dan istri yang sudah berumah tangga selama dua windu, pernikahan bahagia bagi mereka adalah siap untuk menyambut masa manis dan pahit, meyakini siapa pilihan hati (tidak gagap menghadapi segala konsekuensi), menikmati kebahagiaan (tak perlu terlalu mendramatisasi), dan jalan saja biar Tuhan yang menilai. Membaca tulisan yang memuat refleksi pengalaman mengarungi rumah tangga bersama menghadirkan gambaran yang lebih luas soal kehidupan pernikahan.

Buku ini memuat esai-esai personal yang menghangatkan hati. Disertai dengan kiat dan tips mengatasi sejumlah persoalan yang umum muncul di rumah tangga, buku setebal 165 halaman ini bisa jadi referensi yang menarik bagi siapa saja yang ingin mengetahui kehidupan setelah menikah.

"Rasa cemburu, ketika dijaga agar tetap berada di tempatnya, bisa menjadi bumbu sedap bagi sebuah pernikahan. Namun, jika kemudian perasaan itu bercampur dengan rasa takut berlebihan, gengsi, haraga diri yang terganggu, dan energi negatif lainnya, 'adonan'-nya bisa menjadi racun mematikan." (hlm. 84)

"Hidup tersusun oleh pilihan-pilihan. Setiap pilihan memiliki konsekuensi. Orang bebas menentukan pilihan, tetapi sama sekali tak bisa memilih konsekuensi." (hlm. 140)

Pernikahan perlu persiapan yang matang. Bukan sebatas persiapan yang terkait dengan materi atau harta benda, melainkan juga persiapan mental yang matang. Perlu ada kesamaan visi misi, komitmen kuat yang dipegang bersama, hingga menjunjung keselarasan nilai-nilai yang diyakini. 

Masalah dalam pernikahan bisa datang silih berganti. Ujian dan cobaan yang hadir mungkin datang dengan cara yang tak pernah diduga. Mempertahankan sebuah pernikahan tidak selalu mudah, tapi selalu ada cara untuk bisa saling menguatkan bersama pasangan demi membangun keutuhan hubungan. 

Belahan Jiwa, buku ini bisa jadi referensi yang menarik bagi siapa saja yang ingin mendapat sudut pandang dan inspirasi baru terkait pernikahan. Pernikahan menawarkan perjalanan sekaligus perjuangan yang tidak mudah tapi ada hikmah dan kebahagiaan yang bisa diraih bersama dengan saling menguatkan dan menjaga kesakralan janji suci yang dipegang bersama.

#ElevateWomen