Fimela.com, Jakarta Selalu banyak cinta dan hal istimewa dalam hubungan seorang anak dan ibu. Mungkin tak semuanya penuh suka cita, sebab ada juga yang mengandung duka lara. Masing-masing dari kita pun selalu punya cerita, seperti tulisan yang dikirimkan Sahabat Fimela untuk mengikuti Lomba Ungkapkan Rasa rindu pada Ibu di Share Your Stories Bulan Desember ini.
***
Oleh: Pipiet Fitrianingsih
Aku setuju kalau ibu adalah sosok malaikat yang siap pasang badan untuk semua anak-anaknya. Begitu juga dengan mamaku, sosok pekerja keras, tak pernah mengeluh dan penyabar. Hampir satu tahun lebih berlalu begitu cepat aku tak berkirim kabar, membuatku rindu akan kehadirannya.
Jauh sebelum ia sakit, aku sering menghabiskan waktu hanya untuk bercerita yang tidak ada ujungnya sama mamaku. Hal kecil apa pun bisa kami jadikan bahan obrolan. Bahkan ketika masih sehat bugar selepasnya berdagang di kawasan blok M dia tak segan menunggu anak gadisnya pulang.
Ketika malam tahun baru tiba mama bercerita betapa meriahnya perayaan tahun baru di tempatnya berdagang, melebihi ramainya lebaran, dan dagangannya lebih cepat habis. Rona kebahagiaan terpancar jelas diwajahnya saat itu, mama yang tidak mengerti betul perayaan tahun baru terkagum-kagum dengan indahnya kembang api yang menghiasi langit jakarta, dan bisingnya suara terompet dari berbagai arah.
Hari berganti begitu cepat, kelambatan gerak fisiknya dan gerakan tremor di tangannya membuat mama harus istirahat total. Kami pun tinggal berjauhan lagi, aku di Jakarta dan mama dikampung. Hanya lewat telepon kami sering bercengkrama, panasnya telinga tak membuat kami berhenti bercerita dari masalah pekerjaan bahkan asmara. Kondisi itu pun tak lama kami lalui, pendengaranya sudah mulai terganggu membuat aku susah berkomunikasi.
Seiring waktu, anak gadisnya semua menikah dan ia punya cucu. Mama tinggal bersama kakakku, dengan keterbatasan nya aku masih sering menemani dan bercerita apa saja aku ceritakan walaupun kadang ak harus mengulanginya.
What's On Fimela
powered by
Tinggal Doa dan Kenangan
Tapi di suatu hari tepat di akhir pekan jatahku menemaninya, aku merasakan ada yang berbeda dari mamaku, dia lebih banyak diam dan tertidur. Aku tidak tahu kalau hari itu adalah hari-hari terakhirnya bersama kami.
Firasat tak enak aku abaikan, karena aku tidak mau hal buruk terjadi kepada mama. Tepat di pagi hari Senin, 9 Maret 2020 pukul 04.00 WIB Allah memanggilnya tanpa kata yang diucapkan darinya untuk kami anak-anaknya.
Ya Allah sebuah tamparan keras buat aku, betapa aku sering menyia-nyiakan waktu bersamanya dengan alasan klise karena lelah. Lelahnya bekerja membuat aku jadi enggan mendengarkan cerita-ceritanya, sekadar menemani dan berbagi dengannya. Penyesalan yang tak berujung yang kini aku bisa rasakan.
Mama saat ini aku hanya mampu melihat foto-fotomu di galeri HP. Tak ada lagi kata dan tawa. Terkadang di saat sedih mendera terlihat jelas di pelipis mata akan wajahmu. Andai aku bisa putar waktu, mungkin rindu ini tak begitu menggebu.
Hanya doa dan kenangan yang saat ini bisa aku panjatkan. Semoga Allah mengampuni dosa mama. Khusnul khotimah, dan senantiasa diberi safaat-Nya, amin.
#ElevateWomen