Dari Panduan untuk Pengendara, Kini MICHELIN Guide Jadi Referensi Kuliner Kelas Dunia

Fimela Reporter diperbarui 17 Des 2021, 08:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Michelin Star sepertinya bukanlah istilah yang asing bagi penikmat kuliner ataupun penjelajah gastronomi. Bagaimana tidak? Sebuah restoran haruslah memiliki penilaian nyaris sempurna, atau bahkan sempurna, untuk bisa mendapatkan Michelin Star ini.

Sebab, Michelin Star adalah lambang tolok ukur kualitas restoran yang tentunya menyajikan hidangan lezat, selalu terjaga konsistensinya, serta memiliki penilaian yang bagus atas tempat, chef, hingga kru yang melayani.

MICHELIN Guide melambangkan rekomendasi tertinggi dengan tiga bintang. Tetapi faktanya, tidak banyak lokasi kuliner di seluruh dunia yang mendapatkan bintang Michelin.

Sekarang Michelin tidak hanya mengulas tempat makan, tapi juga memberikan rekomendasi tempat menginap terbaik setelah mengakusisi Tablet, agen perjalanan online pertama yang berspesialisasi pada hotel buktik dan hotel mewah.

Kamu bisa melihat penilaian dan rekomendasi tersebut dari buku yang diterbitkan Michelin sebagai panduan bagi para penjelajah kuliner selama lebih dari satu abad lama, dengan warna merah yang khas berjudul MICHELIN Guide.

Bersama dengan pengalaman panjangnya, MICHELIN Guide memiliki fakta menarik yang mungkin belum banyak diketahui orang. Berikut ini adalah beberapa faktanya.

2 dari 4 halaman

Referensi untuk Para Supir

Dari hanya sebagai panduan restoran untuk para pengendara, MICHELIN Guide kini menjadi referensi kuliner kelas dunia dengan penilaian menggunakan bintang Michelin. (dokumen/FleishmanHillard Indonesia)

Pada tahun 1900, jumlah mobil yang lalu lalang di jalanan Perancis tak lebih dari 3 ribu unit. Untuk meningkatkan minat terhadap kepemilikan mobil yang tentunya akan meningkatkan permintaan akan ban, produsen ban mobil asal Perancis, dua bersaudara Edouard dan Andre Michelin menerbitkan MICHELIN Guide.

Cetakan pertamanya sebanyak 35 ribu eksemplar dibagikan secara gratis kepada para pemotor dan supir. Buku panduan ini berisi informasi tentang peta jalan, lokasi pom bensin, bengkel maupun tambal ban dari para mekanik terdaftar, hotel, serta tempat makan di seluruh Perancis yang mereka rekomendasikan ketika para supir ingin melepas Lelah di sepanjang perjalanan.

Sukses dengan edisi Perancis, pada tahun 1904 Michelin bersaudara mengeluarkan MICHELIN Guide untuk Belgia dan menyusul di tahun 1907 juga mengeluarkan panduan untuk Aljazair dan Tunisia, dan untuk negara-negara lain di Eropa pada tahun-tahun berikutnya. Tingginya minat terhadap buku ini bahkan membuat MICHELIN Guide Perancis dicetak dalam Bahasa Inggris pada tahun 1909.

 Pernah Jadi Pengganjal Meja Kerja

Dalam salah satu kunjungannya ke rekanan distributor ban, Andre Michelin menyaksikan MICHELIN Guide jadi pengganjal meja kerja. Dengan prinsip ‘orang akan menghargai apa yang mereka bayar’, Michelin memutuskan untuk tidak lagi membagikannya secara gratis, tapi mengenakan biaya sebesar 750 francs pada tahun 1922. Sekaligus melakukan beberapa perombakan, yakni menambahkan daftar restoran dalam kategori tertentu, daftar rekomendasi hotel, serta menghilangkan halaman iklan di buku panduan.

Mengetahui popularitas yang meroket untuk bagian rekomenasi restoran dan tempat makan, Michelin mulai merekrut dan menggunakan para penilik (inspector) makanan untuk secara anonim mengunjungi dan mereview restoran.

 

3 dari 4 halaman

Penggunaan Penilai (Inspector) Anonim

Dari hanya sebagai panduan restoran untuk para pengendara, MICHELIN Guide kini menjadi referensi kuliner kelas dunia dengan penilaian menggunakan bintang Michelin. (ilustrasi restoran Pexels/tom balabaud)

Tren kuliner, teknik memasak dan penyajian makanan hingga ke atas piring senantiasa berubah sepanjang masa, namun selama lebih dari satu abad lamanya, MICHELIN Guide memegang teguh terhadap misi penerbitan pertamanya, yakni mendorong budaya traveling & menikmati kuliner (terbaik) di luar rumah.

Prinsip yang dipegang hingga saat inilah yang membedakan MICHELIN Guide dari panduan kuliner maupun melancong lainnya. Salah satu kunci dari tetap dipegang teguhnya prinsip ini adalah penggunaan penilik (inspector) makanan dan hotel.

Para penilik akan menilai restoran maupun hotel dan hasil penilaian mereka menentukan apakah restoran atau hotel tersebut diberi berapa bintang atau tidak. Tak semua daftar restoran/hotel dalam MICHELIN Guide mendapat bintang. Para inspector merupakan karyawan Michelin dengan minat dan keahlian di bidang kuliner serta perhotelan.

Yang menjadikan penilaian para penilik ini istimewa karena memegang prinsip sebagai berikut:

- Anonimitas

- Independen

- Ahli di Bidangnya

- Keandalan yang Terjaga

- Memiliki Passion di Bidangnya

- Mengusung Kualitas Prima

4 dari 4 halaman

Menggunakan Tanda Bintang Sebagai Simbol

Dari hanya sebagai panduan restoran untuk para pengendara, MICHELIN Guide kini menjadi referensi kuliner kelas dunia dengan penilaian menggunakan bintang Michelin. (ilustrasi restoran Pexels/Pixabay)

Pada tahun 1926, buku MICHELIN Guide mulai memperkenalkan tanda bintang

Awalnya hanya satu bintang diberikan terhadap restoran yeng memenuhi kualifikasi, namun di tahun 1931 diperkenalkan peringkat dari 0, 1, 2 dan 3 bintang. Seiring dengan disempurnakannya berbagai kriteria penilaian, standar pemeringkatan dengan 1-3 bintang dipublikasikan tahun 1936 yang digunakan hingga kini.

Bintang satu diartikan sebagai restoran yang sangat baik di kategorinya. Bintang dua bermakna masakan yang baik sekali dan layak untuk dikunjungi kembali, serta bintang tiga sebagai peringkat paling atas berarti hidangan yang luar biasa dan patut didatangi secara sengaja.

Sistem Penilaian MICHELIN Guide

Ada lima kriteria penilaian para penilik restoran, yakni (1) kualitas produk, (2) teknik memasak dan rasa makanan, (3) kepribadian chef yang tercermin dalam pengalaman kuliner, (4) keseimbangan dan keterpaduan rasa, serta (5) konsistensi berbagai kualitas-kualitas di atas dari berbagai kunjungan-kunjungan yang berbeda.

Sedangkan untuk hotel, para inspector menitikberatkan penilaian pada keunggulan desain interior dan arsitektur, karakter yang mencerminkan kepribadian dan keaslian hotel itu sendiri, kualitas dan konsistensi pelayanan, kenyamanan, perawatan, serta yang tak kalah penting adalah destinasi itu sendiri, dimana hotel diharapkan dapat berkontribusi dalam memberikan pengalaman lokal yang menakjubkan, sesuai dengan harga yang ditawarkan.

 

*Penulis: Vania Ramadhani Salsabillah Wardhani.

 

#Elevate Women