Fimela.com, Jakarta Falcon Publishing menerbitkan buku terbarunya yang berjudul BUYA HAMKA: Sebuah Novel Biografi karya A. Fuadi pada penghujung 2021, tepatnya 8 Desember 2021. Novel BUYA HAMKA mengangkat Kisah hidup dan keteladanan tokoh dan ulama besar Indonesia, Buya Hamka.
Buku yang ditulis setebal 376 halaman ini menjadi salah satu biografi kisah hidup Hamka yang paling dinantikan. Dan tentu saja kualitas kepenulisan A. Fuadi menegaskan betapa buku ini patut dinantikan oleh penikmat novel pada umumnya dan pengikut Buya Hamka secara khusus.
Penulis bestseller Anak Rantau ini memang 'bertetangga' dengan Buya Hamka. A. Fuadi lahir di Bayur, Maninjau, yang tak jauh dari kampung Hamka. Kesamaan latar belakang tersebut memperkaya kultur sosial Maninjau dan ranah Minang sehingga bukan sekadar bumbu dalam novel BUYA HAMKA ini.
“Buya Hamka adalah novel kelima saya. Perbedaan dengan novel saya yang lain, Hamka ini tokoh yang nyata. Orang mengenal Hamka sebagai ulama atau penulis. Tapi, ada sisi lain yang menarik diangkat. Saya menjalani riset dengan ngobrol dengan anak dan cucu Hamka, banyak yang saya dapatkan, selain membaca buku-buku tentang Hamka yang sudah ada," kata A. Fuadi kepada awak media, baru-baru ini.
What's On Fimela
powered by
Sejarah dan Drama
Beberapa tantangan kala menulis novel Hamka ini diakui oleh A. Fuadi. Terlebih ketika dirinya harus mengemas kisah tokoh yang nyata dalam sejarah, namun dikemas dalam bahas novel dengan beberapa dramatisasinya.
"Novel Hamka ini adalah sebuah cerita tokoh sejarah, coba dinarasikan dengan narasi novel. ada dramatisasi cerita tapi tetap patuh pada sejarah. Selama ini Buya Hamka dikenal dari sisi keagamaan dan sastrawan. Tapi ada sisi kehidupannya yang lain," ujar A. Fuadi.
Selain itu, kala menulis novel ini, A. Fuadi bukan kekurangan bahan. Namun dirinya mengaku justru kelebihan bahan. "Tantangannya waktu nulis novel Hamka ini bukan kurang tapi kebanjiran bahan. Beliau ada buku otobiografi, lalu anak-anaknya dan orang lain juga nulis," ujarnya.
"Sementara saya nulis dengan cara yang baru. Akhirnya sampai pada kenyataan bahwa beliau merupakan taman bunga yang terbuka. Akhirnya kita memilh tangkai bunga yang menarik, dramatis, jadi buket bunga yang baru. Bahan mungkin sama tapi adukannya dan susunannya berbeda," sambung Fuadi.
Menyambut Film
Di sisi lain, film Buya Hamka sendiri sudah selesai masa syutingnya dan sedang menjalani masa post production. Fajar Bustomi sebagai sutradara mengaku sangat senang dengan peluncuran novel Buya Hamka sebelum filmnya dirilis.
"Syuting udah selesai. masih post production film Buya Hamka. Alhamdulillah novel mau keluar, tanda-tanda film akan keluar sepertinya. Saya anjurkan, sebelum menonton filmnya, ada baiknya membaca novel Buya Hamka ini. Karena ini bisa menjadi rujukan sebelum menonton filmnya,” ujar Fajar Bustomi.
Sementara Alim Sudio, penulis skenario film Buya Hamka mengatakan bahwa dirinya sangat senang kala mengetahui bahwa penulis novel diserahkan kepada A. Fuadi yang namanya sudah sangat tenar sebagai seorang penulis.
“Menerjemahkan kisah Buya Hamka dalam skenario film dan menuangkannya dalam sebuah buku adalah dua proses yang berbeda. Bahagia mengetahui Ahmad Fuadi yang melakukannya. Tapi menjadi kesatuan utuh yang tersampaikan dengan sangat baik, dalam setiap narasi dan dialog yang dituangkannya,” tutur Alim.
Komsi Komsa
Selain novel Buya Hamka, satu novel lain yang diluncurkan dan tak kalah berkualitas adalah KOMSI KOMSA karya E. S. Ito. KOMSI KOMSA karya E. S. Ito adalah salah satu karya fiksi sejarah yang tidak kalah menarik yang menjadi unggulan pada terbitan Falcon Publishing kali ini.
Digadang-gadang sebagai salah satu 'Dan Brown-nya Indonesia', penulis yang juga berasal dari Sumatera Barat ini menghadirkan sebuah pengalaman membaca berkelas dengan kisah seorang pemuda Indonesia yang berpetualang ke berbagai negara di dunia, menjadi seorang penyelundup dan terlibat dalam berbagai konflik sejarah yang ada di dunia internasional.
“Membaca sejarah itu membosankan. Saya tidak menyalahkan pembacanya. Tapi bagaimana cara menulis sejarah agar tidak membosankan itu yang diperlukan. Saya menulis Komsi Komsa ini, sebagai usaha ketiga saya agar orang mau membaca tentang sejarah. Saya memasukkan tokoh fiksi bernama Sam, agar bisa bebas. Disini ada berbagai macam sejarah besar dunia yang tokohnya terlibat dicerita ini. Komsi Komsa sendiri berasal dari bahasa Perancis yang artinya gitu-gitu aja,” ujarnya.
Kedua novel ini tidak hanya mengangkat tema-tema yang masih relevan di zaman sekarang, tetapi juga penting sebagai salah satu khazanah literasi di Indonesia. A. Fuadi yang piawai dalam memberikan kisah-kisah inspiratif dipadukan dengan teladan dan kharisma yang ada dalam kisah hidup Buya Hamka tentu menjadi sebuah daya tarik yang berkelas.
Dan Komsi Komsa yang bukan saja menghibur dalam segi cerita, tetapi juga menjadi salah satu genre yang digemari oleh pembaca Indonesia. Novel BUYA HAMKA dan KOMSI KOMSA bisa dipesan melalui 30 toko buku online pada periode pre order tanggal 8–20 Desember 2021. Selain akan mendapat tanda tangan penulis, para pembaca juga bisa menikmati bonus menarik lainnya.