Fimela.com, Jakarta Kampung Adat Wae Rebo tepatnya berada di Desa Satar Lenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Kampung adat ini baru saja dinobatkan menjadi juara 1 Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021 untuk kategori Daya Tarik Wisata.
Anugerah Desa Wisata Indonesia atau ADWI adalah ajang pemberian penghargaan kepada 50 desa wisata dengan prestasi berdasarkan penilaian dari Kemenparekraf. Piala penghargaan untuk Desa Wae Rebo diterima oleh Ketua Masyarakat Adat Wae Rebo Frans Mudir.
UNESCO juga telah menjadikan Desa Wae Rebo sebagai warisan budaya dunia, menyingkirkan 42 negara lain, pada tahun 2012 lalu, karena keunikan tempat ini tidak hanya dari sejarahnya, tapi juga alamnya yang begitu menarik perhatian hingga mancanegara. Kampung Wae Rebo juga terkenal dengan sebutan kampung di atas awan, karena terletak di ketinggian 1000 mdpl, dikelilingi oleh perbukitan asri.
What's On Fimela
powered by
Wae Rebo
Untuk bisa mencapai Wae Rebo, pengunjung harus menempuh perjalanan sekitar 6km dari Desa Dintor ke Desa Denge, menggunakan motor. Sedangkan perjalanan dari Desa Denge ke Wae Rebo memakan waktu sekitar 3 jam pendakian, menyebrangi sungai, dan melintasi bibir jurang.
Masyarakat adat Wae Rebo adalah keturunan orang Minang, suku adat asli Sumatera Barat. Konon, ribuan tahun yang lalu, nenek moyang mereka melakukan penjelajahan menggunakan kapal, hingga mendarat di Pulau Flores, tepatnya di Nanga Paang, sebelah timur Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai.
Pendiri Desa Wae Rebo Empo Maro, sebelumnya dikabarkan berpindah-pindah, hingga pada 1080 tahun lalu, menetap di Lembah Golo Pando yang sekarang ini disebut sebagai Wae Rebo. Hingga saat ini, Desa Wae Rebo dikenal dunia sebagai desa dengan banyak keunikan, termasuk rumah adat mereka.
Wae Rebo
Rumah adat di Desa Wae Rebo dikenal dengan nama Mbaru Niang dengan arsitektur yang disebut Niang Dangka. Arsitekturnya mengadopsi Rumah Gadang khas Minang, dengan tanduk rangkap dua yang dijadikan satu.
Niang Dangka memiliki tinggi 15 meter dengan susunan 5 lantai, yang tiap lantainya adalah digunakan sebagai tempat tinggal dan ruang untuk ritual adat. Satu Mbaru Niang bisa ditinggali 6 sampai 8 keluarga.
Kopi merupakan hal yang harus dicicipi ketika mengunjungi Desa Wae Rebo. Menurut warga sekitar, kopi pertama kali ditanam di Wae Rebo pada tahun 1960-an, yaitu kopi robusta.
#Elevate Women