Fimela.com, Jakarta Susah makan pada umumnya adalah fase yang akan dialami semua anak. Terutama di usia satu tahun, anak mulai sulit untuk diminta makan atau sangat pemilih. Biasanya, hal ini dikarenakan pada usia tersebut mereka mulai memiliki kemampuan untuk menentukan kendali atas diri mereka. Singkatnya, mereka mulai memiliki preferensi pilihan selera sendiri.
Maka dari itu, penting untuk diketahui bahwa keinginan untuk tidak makan atau hanya ingin makan makanan tertentu adalah wajar. Itu merupakan praktik dari pembelajaran mengambil keputusan sendiri.
Agar masalah ini dapat segera tertangani, ada berbagai faktor yang menjadi penyebab anak sulit makan. Misalnya faktor yang terkait dengan kesehatan seperti alergi makanan atau terdapat masalah medis yang mengganggu nafsu makan anak. Untuk itulah para orangtua sangat harus mengetahui apa yang menjadi penyebab dari sulitnya anak untuk makan.
Selain masalah medis, ada faktor lain yang cukup umum menjadi penyebab anak usia satu tahun susah makan. Disadur dari Healthxchange.sg, yuk kita kenali penyebab anak sulit makan beserta cara mengatasinya.
What's On Fimela
powered by
1. Masalah: Hanya makan jenis makanan tertentu
Ada 3 strategi yang dapat dicoba:
- Tawarkan finger-foods atau makanan yang bisa dimakan dengan mudah oleh anak. Makanan seperti ini biasanya lebih mudah diterima anak karena anak dapat memakannya sendiri tanpa merasa kesulitan.
- Sebagai orangtua, kamu dapat memberikan contoh yang baik dengan makan berbagai makanan dan tidak memaksakan komentar tentang suka dan tidak suka atas penilaianmu sendiri terhadap makanan yang kamu makan.
- Sajikan makanan favorit anak dalam porsi kecil bersama dengan makanan lain yang ingin dikenalkan.
- Terus tawarkan makanan baru, tetapi jangan memaksa, membujuk, atau menyuap anak untuk memakannya. Dengan menawarkan secara berulang (hingga 20 kali) dengan 2-3 hari antara setiap percobaan, kebanyakan anak akan mencoba makanan baru. Jika tidak, terimalah bahwa anak memiliki selera tertentu, sama seperti orang dewasa. Ini biasanya merupakan fase yang akan berlalu dan mungkin membaik seiring waktu, jadi dapat dicoba lagi beberapa bulan kemudian.
2. Masalah: Menolak sayuran
Pilihan sayuran tidak harus selalu yang berwarna hijau dan berdaun. Cobalah sayuran tidak berdaun kuning, putih atau oranye seperti jagung, kembang kol, jamur kancing, labu, wortel, dan lainnya. Berikan sayuran yang memberi kesan seperti bukan sayur pada umumnya sehingga anak tidak akan merasa mereka diminta memakan sayur.
Jangan lupa, tambahkan sayuran ke makanan atau saus, ketimbang disajikan sendiri secara utuh atau dalam bentuk aslinya. Misalnya seperti menambahkan wortel parut dan jamur kancing cincang ke saus spageti. Sehingga anak kemungkinan besar tidak akan menyadari bahwa yang kamu sajikan adalah makanan yang mengandung sayuran.
3. Masalah: Menolak untuk mengunyah
Biasanya anak tidak ingin mengunyah karena terlalu terbiasa makan makanan yang diblender atau dicincang halus. Untuk mengatasinya, tingkatkan tekstur makanan secara bertahap. Misalnya, jika bubur anak diblender, sedikit demi sedikit kurangi bubur atau persingkat waktu memasak sehingga tekstur makanan anak tidak akan terlalu lembut lagi.
Orangtua juga harus mengamati apakah anak memiliki keterampilan oromotorik yang dibutuhkan untuk mengunyah. Oromotorik adalah dasar keterampilan makan, mencakup semua kegiatan yang menggunakan sistem gerak otot dari rongga mulut, termasuk juga koordinasi gerak di antara organ-organ rongga mulut ini.
Masalah: Membutuhkan waktu lama untuk makan dan menyimpan makanan di dalam mulut
Pertimbangkan bahwa anak mungkin tidak memiliki keterampilan oromotorik untuk mengunyah makanan yang disajikan. Maka dari itu, pastikan ukuran porsi tidak terlalu berlebihan. Cobalah menyajikan porsi yang lebih kecil dan kemudian tawarkan lebih banyak ketika anak selesai makan.
Minimalkan hal-hal yang bisa mengalihkan perhatiannya hingga lupa untuk mengunyah. Gangguan ini seperti TV, mainan, gim, atau berlarian.
Pastikan anak lapar dengan tidak menawarkan makanan ringan, susu, dan minuman dalam waktu satu jam sebelum makan. Perlu diketahui, akan sulit untuk mengubah pola makan anak ketika sudah mengakar, jadi saran terbaik adalah dengan tidak membiarkan masalah ini berkembang lebih lama.
5. Masalah: Anak ingin memilih makanannya
Pada balita dengan usia sekitar 18 bulan, adalah hal yang lumrah untuk menjadi lebih mandiri. Ini termasuk menginginkan ada suara tertentu dalam makanan yang disajikan orangtuanya.
Para orangtua dapat mencoba memberi anak pilihan dua jenis makanan. Misalnya lebih baik menanyakan apa yang lebih dipilihnya antara nasi atau mie, daripada mengajukan pertanyaan terbuka seperti “apa yang ingin dimakan anak” atau "apakah anak ingin makan nasi".
Untuk orangtua yang mencoba mendapatkan kembali kendali atas pilihan makanan anak, hadiah mungkin cara yang cocok untuk mengatasi ini. Berikan anak hadiah kecil yang mereka sukai. Seperti misalnya, membacakan lebih lama cerita pengantar tidur untuk mengganti kentang goreng hariannya dengan nasi, kemudian perlahan-lahan mengurangi frekuensi pemberian kentang goreng menjadi lebih sedikit.
*Penulis: Vania Ramadhani Salsabillah Wardhani.