Fimela.com, Jakarta Memiliki momongan menjadi salah satu keinginan bagi pasangan suami istri yang sudah merasa siap menerima kehadiran buah hati. Namun setelah lebih dari 12 bulan menikah, rasa khawatir sering dialami oleh istri.
Nggak melulu kondisi fisik, sebuha situasi bernama emergency fertility bisa juga menyerang. Meski begitu, emergency fertility sering diremehkan karena nggak punya situasi darurat seperti sakit, pendarahan, atau melahirkan.
Meski begitu, emergency fertility berperan krusial dari belum berhasilnya program kehamilan yang dijalankan. Kondisi psikis seperti stres, depresi, menangis di hadapan dokter, hingga rasa ingin bunuh diri sering dialami istri ketika sudah berkonsultasi di rumah sakit.
Lantas, apa saja sih hal yang perlu dilakukan agar emergency fertility bisa segera diatasi?
What's On Fimela
powered by
Mindset yang Positif
Salah satu aspek yang berdampak akibat emergency fertility adalah munculnya kondisi psikis yang memburuk. Maka dari itu, penting untuk menjaga mindset dan pikiran yang serba positif.
Peran keluarga juga penting untuk segera mengatasi emergency fertility yang dialami istri. Beberapa orang sekitar seperti suami, teman, hingga keluarga, perlu bahu membahu untuk membantu memperbaiki kondisi psikis sang istri.
Kondisi Fisik juga Perlu Diperhatikan
Meski psikis menjadi aspek utama, kondisi fisik juga perlu diperhatikan. Hal ini menjadi penting agar program kehamilan bisa berjalan secara lancar.
Rahim yang sehat, ovulasi, serta organ reproduksi lainnya perlu diperhatikan bagi sang istri. Sementara itu, suami juga perlu menjaga fisik dengan berolahraga serta kualitas tidur ideal.
Konsultasi dengan Dokter Fertilitas
Setelah emergency fertility bisa segera diatasi, program kehamilan bisa segera dijalankan. Jika masih ragu dalam proses pemrograman, konsultasi ke dokter ahli bisa menjadi solusi agar teredukasi tentang program kehamilan.
Dokter Spesialis Kebidanan Kandungan OMNI Hospital Pekayon, Konsultan Fertilitas dr. Marinda Suzanta., D.Mas.,F.ART, Sp.OG (K-Fer) mengatakan jika edukasi penting dalam menjalankan program kehamilan.
"Jadi 80 persen keberhasilan kehamilan itu, di-support oleh program edukasi yang dilakukan oleh tim fertilitas. Edukasi ini perlu disampaikan secara gamblang ke pasien. Mengapa? Karena ketika bicara kesuburan artinya fertilitas itu butuh yang namanya motivasi. Jika tidak ada motivasi dari dokter, hasil akhirnya akan susah," jelas dr Marinda.
Momen Ideal dalam Berkonsultasi dengan Dokter Fertilitas
Secara teori, usia pernikahan 12 bulan dengan rutin berhubungan seksual 3 kali seminggu tanpa alat kontrasepsi bisa segerea mengunjungi dokter jika istri tak kunjung hamil. Meskipun kini sedang dalam situasi pandemi, nggak perlu takut dalam berkonsultasi di rumah sakit atau menemui dokter fertilitas.
Langkah yang perlu dilakukan adalah riset dalam memilih rumah sakit dengan protokol kesehatan ekstra ketat termasuk memisahkan pasien COVID-19 dan non COVID-19. Jadi, nggak perlu khawatir untuk berkunjung ke dokter di masa pandemi seperti sekarang ya Sahabat Fimela.