Diary Fimela: Cerita Avoskin, Brand Lokal yang Besar dari Mimpi untuk Jadi Kebanggaan Indonesia

Annissa Wulan diperbarui 06 Des 2021, 15:00 WIB

Fimela.com, Jakarta Pernah dengar atau bahkan menggunakan produk dari brand Avoskin? Ya, mungkin sudah banyak dari Sahabat FIMELA yang merupakan pengguna setia brand skincare lokal satu ini.

Di Diary Fimela kali ini, kita akan mendengar perjalanan Avoskin sebagai brand lokal, langsung dari CEO Avoskin Anugrah Pakerti atau yang biasa dipanggil Aan. Ketertarikan Aan pada dunia perawatan kulit sebenarnya telah dimulai sejak dirinya duduk di bangku SMP.

"Sebenarnya sejak SMP, saya sering diajak ke ibu ke dokter kulit karena saya punya masalah jerawat. Di SMA pun saya sudah mulai menggunakan produk perawatan kulit, mengeksplorasi sendiri, coba-coba," cerita Aan di awal wawancara dengan Tim FIMELA.

Ketertarikan Aan pada dunia perawatan kulit semakin kuat di tahun 2014, saat ia menjalani kuliah di semester akhir dan melihat banyak teman-temannya menggunakan produk-produk yang tidak jelas kandungannya, tidak ada izin BPOM, yang akhirnya hanya terjebak pada janji hasil yang instan. Dari sini, Aan mencoba mencari solusi, menciptakan brandnya sendiri.

"Saya mencoba mencari ide, saya ingin menjadi solusi dari apa yang banyak dikeluhkan orang-orang, lewat brand skincare lokal. Di Avoskin, kita menggunakan bahan-bahan natural, memiliki landasan science, terdaftar jelas di BPOM, dan memiliki misi lebih dari sekedar merawat kulit, tapi juga ada unsur edukasi, pemberdayaan perempuan, dan ingin jadi kebanggan Indonesia."

Pada awalnya, Aan ingin menciptakan produk-produk perawatan kulit yang berkandungan alpukat atau avocado, yang juga menjadi asal muasal nama Avoskin itu sendiri. Tapi seiring berjalannya waktu, dengan riset dan pengembangan produk yang lebih luas, produk-produk di Avoskin menggunakan bahan-bahan yang lebih banyak dan luas, tidak hanya alpukat.

Diakui Aan bahwa memulai membangun bisnis sendiri, khususnya menciptakan brand skincare, tidaklah mudah. Ada banyak faktor tantangan yang dulu dihadapi oleh Aan.

"Dulu cukup sulit. Dari sisi cost, kita nggak ada skala ekonomi seperti sekarang, termasuk cost untuk memasarkan produk itu sendiri. Lalu, media sosial, dulu kan nggak seperti sekarang. Sekarang, kita banyak dibantu oleh orang-orang baik yang mau review produk kita secara sukarela."

Ya, sama seperti bisnis apapun yang lain, tantangan terbesar di awal adalah bagaimana mengedukasi pasar. Ini juga yang dirasakan Aan ketika memperkenalkan Avoskin kepada pasar.

 

Anugrah Pakerti, CEO Avoskin. Foto: Document/Avoskin.
Beberapa produk Avoskin. Foto: Instagram.
2 dari 3 halaman

Avoskin ingin bisa mengedukasi pasar yang lebih luas tentang brand skincare lokal bersama brand-brand lainnya

Produk-produk Avoskin. Foto: Instagram.

"Kita itu dulu begitu masuk ke pasar, tujuannya bukan jualan, tapi bagaimana kita bisa mengedukasi pasar yang lebih luas. Nah, proses edukasi ini kan yang sebenarnya memakan waktu dan butuh kesabaran."

Resmi diperkenalkan pada 10 Oktober 2014 dengan tim yang kecil, saat ini Avoskin bisa kamu temui di berbagai drugstore dan e-commerce, dengan total tim yang membantu Aan sebanyak 250 orang, termasuk kedua temannya Ahmad Ramadhan sebagai COO dan Aris Nurul Huda sebagai CIO Avoskin. Kemunculan banyak brand skincare lokal lainnya pun tak dianggap Aan sebagai persaingan, justru tanda bahwa industri itu sendiri telah hidup.

"Saya malah senang dengan banyak brand lokal sekarang, karena berarti kita sudah mendapatkan kepercayaan masyarakat. Kalau dilihat dari sisi market, berarti sudah nggak cuma satu brand saja yang mengedukasi pasar, tapi ada banyak layer, yang kemudian kita punya peran masing-masing. Kalau masalah konsumen memilih brand apa, itu sudah preferensi masing-masing."

Banyaknya brand skincare lokal yang sekarang mulai bermunculan dilihat Aan sebagai kesempatan untuk bisa mengedukasi pasar yang lebih masif dan kesempatan yang lebih besar untuk membuat ekosistem di Indonesia lebih menarik. Karena menurutnya, dulu sebelum K-Beauty mendunia, prosesnya kurang lebih sama seperti apa yang terjadi di Indonesia saat ini.

"Dulu, di Korea patternnya sama. Brand lokal bermunculan, lalu kepercayaan masyarakat meningkat. Nah, kalau layernya banyak, itu menandakan bahwa industrinya hidup."

Melewati pandemi juga menjadi cerita lain bagi Aan. Sebelum pandemi, diakuinya, Avoskin mempersiapkan ekspansi ke pasar offline secara cukup gencar, namun begitu memasuki masa pandemi, Avoskin memfokuskan diri 100% di digital.

"Kita lihat di 2021 ini mobilitas sudah mulai meningkat ya, jadi kita juga sudah mulai improve dari sisi offline activity. Tapi memang kita di Avoskin, fokusnya dari awal di digital."

Sampai dengan saat ini, Avoskin telah memiliki 3 rangkaian produk, yaitu Regular, Miraculous, dan Your Skin Bae dengan range harga dari Rp70.000 hingga Rp300.000. Mungkin Sahabat FIMELA juga penasaran apa ya rahasia Avoskin bisa bertahan dan terus berkembang hingga sekarang?

"Harus terus relevan sama pasar. Kita di Avoskin berusaha untuk terus mendekatkan diri ke customer dengan menonjolkan sisi originalitas kita, tidak dibuat-buat. Di tahun 2018 dan 2019, Avoskin sempat ikut event beauty, ada pengalaman yang sampai sekarang saya nggak bisa lupa. Itu antrean konsumen sampai mengular keluar booth. Waktu itu saya terharu lihatnya karena pengalaman itu benar-benar menunjukkan cinta dam antusias konsumen yang sangat besar sama Avoskin."

Ramainya booth Avoskin saat mengikuti beauty event SurabayaXBeauty. Foto: Instagram.
Ramainya booth Avoskin saat mengikuti beauty event JakartaXBeauty. Foto: Instagram.
3 dari 3 halaman

Avoskin ingin jadi inspirasi bagi industri lain untuk membentuk narasi yang lebih positif di pasar yang lebih luas

Tim Avoskin di kantor HQ Avoskin Yogyakarta. Foto: Document/Avoskin.

Mendapatkan rasa cinta yang begitu besar dari masyarakat, membuat Avoskin terus berinovasi, tidak hanya memberikan yang terbaik, tapi juga berusaha untuk giveback kepada alam dan juga manusia. Program-program yang fokusnya alam sudah dimulai oleh Avoskin sejak tahun 2015.

Berawal dari kerjasama dengan WWF, lalu rutin dengan berbagai komunitas peduli alam untuk melakukan aktivitas-aktivitas, seperti menanam pohon, mengadopsi orang utan, dan meremajakan hutan.

Untuk support people, Avoskin membantu orang-orang yang terdampak pandemi. Sedangkan untuk support planet, Avoskin juga membantu memberi makanan bagi para satwa yang kebun binatangnya sempat berhenti beroperasi selama pandemi.

"Ini bentuk kepedulian brand, karena saya ingin menunjukkan bahwa brand kecantikan itu tidak boleh hanya bicara tentang kecantikan saja, tapi juga apa yang bisa kita berikan kepada orang dan alam. Saya harap brand kecantikan bisa jadi kontributor utama, bahkan inspirasi bagi industri lain untuk melakukan hal yang sama, dalam skala yang lebih masif."

Tidak hanya itu, sejak 2019, Avoskin juga telah memperkenalkan dan menerapkan konsep keberlanjutan pada produk-produk mereka. Disebut Green and Clean Beauty Concept, yaitu konsep yang mengacu pada penggunaan bahan-bahan yang lebih ramah lingkungan dan lebih ramah di kulit.

"Kalau secara payung campaign, kita melakukan aktivitas yang lebih ramah lingkungan, memastikan mulai dari rantai pasok kami. Kita memilih supplier yang memiliki value yang sama seperti Avoskin, jadi sekarang kita punya packaging yang terbuat dari limbah tebu."

Hingga sekarang, Avoskin telah memiliki sister brand yang juga mungkin telah banyak Sahabat FIMELA yang mengenalnya, yaitu Lacoco, Looke Cosmetics, dan Oasea. Perjalanan yang panjang dan belum selesai, Aan berharap ia melalui brand-brandnya bisa terus mengedukasi masyarakat yang lebih luas lagi, agar terjadi narasi yang lebih positif nantinya di pasar.

"Nggak mudah, karena nggak semua orang aware dengan misi ini. Tapi saya selalu percaya bahwa bisnis itu 3P-nya harus ketemu; Profit, People, Planet, jangan maunya nyari profit aja, tapi people sama planetnya nggak diurus. Saya pengen edukasi ini bisa menciptakan narasi yang lebih positif lagi ke depannya di pasar, agar yang gerak nantinya nggak cuma brand aja, tapi juga konsumennya, brand lain, akhirnya industrinya juga ikut bergerak."

Bagi Aan, memulai sebuah bisnis bukan masalah memiliki modal besar, tapi harus berangkat dari niat untuk mengembangkan, membesarkan. Segala hal, baginya, memang harus dimulai dari sesuatu yang sederhana.

"Brand-brand besar lainnya, kita di Avoskin juga dulu mulainya nggak langsung besar kok, semua dari sesuatu yang sederhana pasti, semua tergantung niatnya. Dari awal sampai sekarang, saya cuma berharap Avoskin bisa jadi salah satu brand lokal kebanggaannya Indonesia."

Kolaborasi Avoskin dengan Torajamelo. Foto: Instagram.
Kolaborasi Avoskin X Tissaflo, presentasi program #LoveAvoskinLoveEarth. Foto: Instagram.

#Elevate Women