Fimela.com, Jakarta Coffee shop akhir-akhir ini tengah menjadi salah satu jenis bisnis favorit bagi banyak pelaku usaha. Bagaimana tidak? Kini nyaris semua orang dari berbagai kalangan usia serta latar belakang memilih coffee shop sebagai tempat menghabiskan waktu. Entah untuk bertemu teman, mengerjakan tugas, bahkan menjadi tempat rapat dan pertemuan penting. Singkatnya, bagi banyak orang, coffee shop adalah jawaban dari berbagai kebutuhan.
Dari menjamurnya jenis usaha ini, tentu membuat setiap pelaku usaha di bidang ini berlomba-lomba untuk menciptakan dan menyediakan tempat serta menu unik yang sungguh-sungguh berbeda dari coffee shop lainnya. Hal inilah yang dilakukan oleh Vidyardi Laksmono, Founder Grandma's Group, yang juga merupakan salah satu dari tiga owner coffee shop Grandma’s House.
Coffee shop Grandma’s House yang dibangun Vidy bersama dua temannya menawarkan konsep yang tidak biasa. Seperti namanya, coffee shop ini memang memiliki konsep rumah nenek yang hangat serta menyenangkan di saat yang sama.
Vidy menceritakan awal pembentukan ide dari Grandma’s House ini. Ia mengatakan, pada awalnya ia sempat ragu apakah harus membangun usaha bakwan malang atau coffee shop. Sampai akhirnya, kedua sahabatnya berkata bahwa mereka juga tertarik untuk membangun coffee shop. Itulah yang membuat kerja sama akhirnya terjalin dan menciptakan Grandma’s House seperti yang kita tahu sekarang.
Perencanaan Grandma’s House ini terbilang cukup lama. Vidy menjelaskan bahwa perencanaan dimulai sejak pertengahan tahun 2019, lalu akhirnya digarap pada Oktober 2019 dengan mematangkan ide dan konsep. Pada Februari 2020, Grandma’s House pun mengadakan grand opening.
"Jeda yang lama ini terjadi karena kita terus mencari formula terbaik. Tentunya dengan cita rasa yang berbeda dengan coffee shop yang lain," ujar Vidy.
Berdasarkan penjelasan Vidy, bukan hanya sekadar menjadi pilihan tempat nongkrong, tapi Grandma’s House juga menjadi tempat untuk datang dan minum kopi bagi semua orang tanpa melihat perbedaan apapun.
"Kami (owner) punya tujuan yang sama, yaitu semua orang boleh ngopi. Jadi, tidak ada perbedaan gender, kasta, atau ras yang membatasi itu. Karena itu muncullah cita rasa rumah nenek yang di mana harganya pun terbilang bersahabat dibandingkan coffee shop lain di Bintaro. Inilah akhirnya yang kita jadikan sebagai visi misi," ucap Vidy.
10 Persen dari Penjualan Dialokasikan untuk Keluarga Lansia
Untuk harga secangkir kopi di Grandma’s House berkisar dari 18 ribu rupiah. Dengan 18 ribu, kita sudah bisa membeli Kopi Susu Cinta Nenek yang merupakan salah satu menu andalan di Grandma’s House. Adapula menu lainnya, yakni Kopi Susu Cinta Kakek dan Kopi Susu Cinta Cucu.
Dari sini kita bisa lihat bahwa Grandma’s House memiliki menu yang juga secara konsisten menyesuaikan konsep mereka. Vidy menjelaskan bahwa nama-nama menu ini dibuat sedemikian rupa karena ia dan timnya ingin menawarkan hal-hal unik dalam keluarga untuk dijadikan ikon dalam setiap menu.
Kemudian, Grandma’s House juga memiliki penjualan yang tidak biasa. Sepuluh persen dari penjualan di Grandma’s House akan dialokasikan ke Grandma’s Foundation. Foundation ini dimiliki oleh Vidy, dan memiliki tujuan untuk menyejahterakan keluarga lansia, kaum duafa, serta anak yatim dan piatu. Saat ini Grandma’s Foundation telah dikenal banyak orang, khususnya di daerah Jakarta dan Jawa. Jadi selain memberikan rasa kopi yang berbeda dari coffee shop lain, Grandma’s House juga memfasilitasi konsumennya untuk beramal.
Selain itu, Vidy berkata bahwa mereka juga memiliki komunitas untuk bermain sepakbola bersama. Tujuan dari komunitas ini sederhana, yaitu menjalin keakraban dengan orang-orang baru melalui olahraga sepakbola, yang mana para anggotanya juga turut mendukung bisnis coffee shop Grandma’s House agar lebih berkembang lagi dari waktu ke waktu.
Komunitas yang saat ini hampir mencapai 100 anggota ini dikatakan oleh Vidy sebagai,"Salah satu faktor pendukung kita ketika merintis, ya, teman-teman dari komunitas ini."
Perjuangan Bisnis yang Tidak Mudah
Ada berbagai tantangan yang dihadapi Vidy dan tim. Seperti dalam hal ide, sudah pasti mereka dituntut untuk bisa menawarkan konsep yang masih segar demi menarik perhatian masyarakat apabila mengingat bagaimana menjamurnya usaha coffee shop saat ini.
Vidy berkata bahwa yang terpenting terkait hal ini adalah bagaimana ia dan tim mengemas citra yang ingin mereka tampilkan kepada masyarakat.
"Yang diusahakan saat ini, Grandma’s House memiliki identity sebagai rumah nenek yang menawarkan kehangatan yang bisa dinikmati oleh seluruh kalangan," ucap Vidy.
Tantangan juga datang dari dampak akibat pandemi. Grandma’s House sebenarnya hampir memiliki empat karyawan, tapi ketika pandemi memburuk, karyawan pun hanya berjumlah dua orang. Bahkan di saat itu pula Grandma’s House hampir mengalami kebangkrutan karena sepinya konsumen.
Di tengah-tengah krisis tersebut, Vidy dan tim membahas banyak hal terkait masalah ini. Meski mengalami keadaan yang sangat sulit dan kebangkrutan seolah sudah di depan mata, Vidy dan timnya berpikir bahwa sebisa mungkin jangan sampai mereka tutup. Mereka tidak boleh menyerah karena memikirkan nasib karyawan.
Vidy berkata, "pada akhirnya ketika kita hampir bangkrut, kita berpikir jangan sampai menyudahi karyawan yang sudah setia sama kita."
Solusi yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mengurangi biaya transportasi untuk para karyawan.
Harapan Masa Depan untuk Grandma's House
Berhasil melewati situasi sulit dan nyaris mengalami kebangkrutan, kini Grandma’s House sudah berhasil bangkit dan akan semakin berkembang lebih besar lagi. Dari pengalaman masa lalu yang sudah dialami, Vidy mengungkapkan harapannya untuk Grandma’s House di masa depan.
Ia berharap Grandma’s House berhasil membuka cabang di tempat lain setelah sebelumnya sudah mempersiapkan diri membuka cabang di pertengahan tahun 2020. Kegagalan ini disebabkan oleh dampak dari pandemi yang membuat keuangan Grandma’s House mengalami kesulitan. Itulah mengapa Vidy berharap kali ini Grandma’s House benar-benar bisa membuka cabang di tempat lain.
Sebagai penutup, Vidy juga memiliki pesan penting bagi para pejuang bisnis di luar sana, khususnya mereka yang berada di situasi yang sama dengan dirinya.
"Terus berjuang. Terus dihitung matang-matang. Kalau sekiranya memang harus berhenti, berhentilah dengan bijak. Karena, banyak perusahaan lain yang berhenti tanpa memikirkan karyawannya," tutup Vidy.
*Penulis: Vania Ramadhani Salsabillah Wardhani.