Kenapa Merasa Murung setelah Emosi Meledak? Berikut Penjelasan Psikiater

Endah Wijayanti diperbarui 04 Des 2021, 07:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Baru saja marah-marah kepada pasangan, lalu sesaat kemudian muncul perasaan bersalah dan murung. Atau mungkin baru saja membentak anak karena sebuah kesalahan, tak lama kemudian ada rasa sedih dan terluka sendiri. Pernah mengalami atau berada di situasi yang sama atau mirip seperti itu? Kenapa bisa muncul rasa murung setelah emosi meledak?

Munculnya perasaan murung setelah emosi meledak atau berapi-api sebenarnya merupakan naluri yang diperlukan manusia untuk bertahan hidup dan mengendalikan krisis. Hal ini disampaikan oleh Yoon Hong Gyung, seorang dokter kejiwaan dalam buku yang ia tulis, How to Respect Myself. Dalam buku tersebut, ada penjelasan menarik terkait proses pembentukan emosi dan sinyal dari otak. 

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Alat Pengaman yang Dibuat oleh Otak

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/farknotarchitect

Jadi, begini, saat emosi meledak atau membuncah, otak akan menangkapnya sebagai suatu krisis. "Senyawa neurotransmiter adrenalin yang bersifat menyerang akan memancar dan senyawa penggerak dopamin akan berkumpul di pusat nalur. Pada waktu yang sama, lobus frontal yang mengontrol akal menjadi non-aktif," jelas dr. Yoon.

Ketika otak membaca kondisi tersebut sebagai situasi darurat, maka insting akan lebih didahulukan daripada akal. Maka, bagian otak yang paling dalam (sistem limbik) akan terbangun. 

Saat emosi meledak, debaran jantung lebih cepat dan napas menjadi sesak. Perubahan yang terjadi di dalam tubuh seperti itu akan ditangkap sebagai konfirmasi atas munculnya krisis. Terjadi proses aksi reaksi antara otak dan tubuh, dan hal ini terjadi berulang kali.

Penting untuk Memahami Hal Ini

Bila ledakan emosi itu tidak direm dengan tepat, tubuh akan semakin tegang. Saat mencapai titik jenuh, kita bisa "meledak". Ulah tanpa terkendali seperti membentak, berteriak, dan melempar barang bisa terjadi. "Hal ini terjadi ketika adrenalin menyentuh angka tertinggi dan aktivitas dopamin mencapai maksimum. Setelah ketegangan tubuh dan otak mencapai titik tertinggi, otak akan serta-merta terperosok ke dalam perasaan murung. Ini merupakan fase jeda akibat otak dan tubuh diaktifkan secara berlebihan," papar dr. Yoon. 

Ketika emosi kita membuncah atau meledak, otak kita tahu bahwa kita berada di kondisi yang ekstrem. Kalau tidak segera direm, dikhawatirkan malah akan membahayakan nyawa sendiri. Maka dari itu, otak akan segera menghentikan sekresi adrenalin. Di kondisi inilah kita bisa merasa murung, dan perasaan letih, tidak berdaya, hingga menyalahkan diri sendiri bisa muncul.

Perasaan murung yang muncul setelah emosi meledak tak ubahnya pertanda adanya alat pengaman yang dibuat oleh otak. Kalau kamu pernah merasakan pengalaman atau berada di situasi seperti ini, cobalah untuk memberi jeda pada diri sendiri untuk kembali tenang. Atur kembali napas perlahan hingga debaran jantung bisa kembali normal.

#ElevateWomen