Aku dan Ayah Sama-Sama Belajar Menjadi Sosok Terbaik Menurut Versi Masing-Masing  

Endah Wijayanti diperbarui 03 Des 2021, 10:15 WIB

Fimela.com, Jakarta Membahas kisah dan cerita tentang ayah memang tak ada habisnya. Begitu banyak momen tak terlupakan yang kita miliki bersama ayah tercinta. Mulai dari momen paling bahagia hingga momen paling sedih. Setiap hal yang berkaitan dengan ayah selalu berkesan seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2021 Surat untuk Ayah berikut ini.

***

Oleh: Mazza Syadzwa

Ayahku bukan ayah ideal. Tidak seperti di cerita-cerita keluarga hangat yang selalu sabar, humoris, ataupun peka terhadap hal-hal kecil.

Ayahku bukan ayah ideal. Dia bukan ayah yang memanjakan anaknya dengan bergelimang harta, membeli barang mahal, lalu menghabiskan akhir tahun di negri seberang. Bukan yang membesarkanku berdasarkan buku-buku parenting, apalagi seperti Kak Seto yang hafal tiap waktu tahapan psikologis anak.

Tapi ayah yang secara nyata berjuang untuk keluarganya. Yang saat siang berjuang mencari nafkah, yang kala pulang berusaha menutupi lelah, yang dalam malam diam-diam memikirkan masa depan. Tapi aku tidak pernah menjadi sasaran amarahnya. Seberat apapun rasa kecewa yang ia punya, pada akhirnya yang aku lihat hanya senyuman menandakan semua baik baik saja.

Tapi jika aku boleh memilih, aku akan tetap memilihnya menjadi ayahku. Aku akan tetap menjadi anak dari sosok tidak ideal, tapi juga sosok yang tak pernah berhenti berusaha menjadi versi terbaik untuk anak-anaknya. 

 

2 dari 2 halaman

Terus Belajar Menjadi Versi Terbaik Diri

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/CandyRetriever

Aku mencintainya begitu besar. Sebagaimana ia selalu mencintaiku yang juga bukan sosok putri ideal.

Ayahku bukan ayah ideal, tapi ia ayah yang tidak akan pernah melepas tanganku meski jalan yang kupilih seringkali terlalu licin. Ayah yang tak akan pernah lelah berjalan bersama hingga aku sampai pada panggung kesuksesan nanti, pun hingga tugasku jadi putrinya usai, hingga tanganku ia antarkan pada lelaki paling tepat. 

Ayahku bukan ayah ideal, tapi aku berterimakasih padanya karena tidak menjadi sosok ideal itu. Karenanya kini kita sama-sama belajar menjadi ayah dan putri terbaik menurut versi kita. 

Ayahku bukan ayah ideal. Ia hanya manusia biasa yang tetap jadi idolaku sesederhana apa pun ia.

#ElevateWomen