Ayah, Mencoba untuk Selalu Bahagia tanpa Hadirmu adalah Usahaku Setiap Hari

Endah Wijayanti diperbarui 30 Nov 2021, 07:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Membahas kisah dan cerita tentang ayah memang tak ada habisnya. Begitu banyak momen tak terlupakan yang kita miliki bersama ayah tercinta. Mulai dari momen paling bahagia hingga momen paling sedih. Setiap hal yang berkaitan dengan ayah selalu berkesan seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2021 Surat untuk Ayah berikut ini.

***

Oleh: Asyifa HK

Seperti kata orang, Ayah adalah cinta bagi anak perempuannya. Ayah adalah kisah terbaik dalam hubungan cinta bersama anak perempuannya. Dan Ayah adalah pulang terbaik dari setiap keterpurukan. Aku tidak peduli apa pun itu, tapi tolong kali ini izinkan aku berbicara dengan Ayahku di sini sebentar.

Hai Ayah, bagaimana kabar Ayah? Aku tahu, Ayah selalu terlihat baik-baik saja walau aku tidak tahu apa yang membebani Ayah. Ah, tentu saja salah satunya aku.

Di sana, apa Ayah bahagia dengan keluarga Ayah? Kuharap iya. Di sini, aku bahagia. Mencoba yah, mencoba untuk itu. Mencoba untuk selalu bahagia tanpa hadirmu adalah usahaku setiap hari.

Bagaimana? Apa Ayah selalu rindu aku? Aku tidak bisa membohongi diriku Yah, setiap kali temanku romantis dengan Ayahnya, hatiku selalu bergerak ingin. Selalu. Selalu kutampar diriku, karena yang terlalu melankolis ini. Maaf Ayah, karena lagi-lagi aku menginginkanmu. Maaf. Maaf jika di sini aku terkesan egois. 

Ayah, kenyataan bahwa sejak aku kecil Ayah telah pergi, membuatku sesak. Aku baru ingat, pertama kali kita bertemu. Begitu takut dan takut saat melihat rupamu. Kupikir, Ayah adalah orang yang jahat.

 

2 dari 2 halaman

Tetap Berusaha Mencintai Ayah

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/Vanatchanan+Buahom

Lebih parahnya, aku asing dengan kata 'Ayah'. Setiap kali aku melihatmu, aku selalu gemetar dan takut. Entahlah, aku tidak tahu. Mungkin karena ketidakbiasaanku atas hadirmu. Jujur saja, perlu bertahun-tahun aku bisa menerima semuanya dengan baik. Perlu usaha tangis yang entah sudah berapa waktu aku buang. Ayah, aku mencintaimu, tapi aku tidak mengerti. 

Ayah baik, aku tahu. Rasanya, di umur yang sekarang aku ingin sekali mengatakan, kalau Ayah adalah cinta pertamaku. Seperti teman-temanku yang lain, seperti orang-orang diluaran sana yang dengan bangga mengatakan itu. Aku ingin. Tapi aku tidak bisa naif pada diriku sendiri, dan bukan Ayah yang salah, Ayah tidak salah untuk itu.

Posisi dan keadaan yang membuat Ayah harus jauh dariku, bahkan aku sempat membencimu terlebih dahulu, lalu sekarang aku bari berani menulis tentangmu. Posisi Ayah dan keadaan kita bertiga yang membuat aku tidak bisa mengatakan secara gamblang jika Ayah adalah cinta pertamaku. Karena aku tidak bisa bohong.

Andai saja, Ayah di posisi Ayah yang lain, aku yakin kita akan menjadi pasangan paling serasi. Sikap Ayah dan sikapku yang luar biasa membuatku merasa, jika memang aku benar-benar seperti Ayah. Aku memang anak perempuan Ayah. Aku mencintai Ayah, sangat, tapi aku tidak mengerti. 

Terima kasih, sudah menjadi Ayah yang baik walaupun tidak bisa memangku aku kecil yang jatuh, terima kasih sudah memelukku walaupun bukan saat aku sakit dulu. Terima kasih untuk segalanya. Terima kasih Ayah sudah sempat memberikan peranan-peranan itu dibagian episode hidupku. Aku mencintaimu, sangat. Terima kasih Ayah. 

#ElevateWomen