Insiden Terus Meningkat, Waspada dan Kenali Kanker Paru NSCLC EGFR (-) Sejak Dini

Fimela Reporter diperbarui 26 Nov 2021, 17:23 WIB

Fimela.com, Jakarta Dalam rangka bulan kesadaran kanker paru, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bekerjasama dengan perusahaan farmasi multinasional yang berfokus dalam penelitian dan pengembangan obat dan vaksin inovatif, Merck Sharp & Dohme (MSD), melakukan sosialisasi pentingnya kewaspadaan terhadap kanker paru bukan besar (NSCLC) EGFR (-).

Kanker paru menjadi penyebab nomor satu kematian akibat kanker di dunia. Dengan mengakibatkan sekitar 11 persen atau 2.206.771 kasus baru kanker. Di Indonesia penyebab 8,8 persen atau 34.783 kasus baru (GLOBOCAN 2020). Lebih dari 80 persen merupakan tipe kanker paru Sel Bukan Kecil (non small cell lung cancer atau NSCLC) dan sekitar 40% dari NSCLC terjadi mutasi reseptor pertumbuhan epidermal (EGFR).

Setelah ditemukan kanker paru, rata-rata kesintasan 5-tahunan atau prosentase pasien hidup sekurangnya lima tahun adalah sebesar 21%. Rata-rata kesintasan 5-tahunan untuk laki-laki sebesar 17%, sedangkan untuk wanita sebesar 24%. Adapun kesintasan 5-tahunan untuk NSCLC sebesar 25%, dibandingkan dengan 7% untuk kanker paru sel kecil.

“Sebanyak 80% pasien kanker paru datang sudah stadium lanjut, sehingga prosentase kesintasan menjadi lebih rendah. Oleh sebab itu, sangatlah penting untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat akan faktor risiko, gejala dan pertimbangan khusus pengobatan kanker paru. Maka, YKI berharap masyarakat melakukan pencegahan kanker dengan menerapkan pola hidup sehat, tidak merokok, dan melakukan deteksi dini kanker, sebab kanker yang ditemukan dalam stadium dini mudah diobati bahkan bisa sembuh,” ujar Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP, Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia.

George Stylianou, Managing Director MSD di Indonesia, mengatakan, “Kami senang dapat berkolaborasi dengan Yayasan Kanker Indonesia, karena tantangan kanker paru tidak dapat dihadapi oleh hanya satu pemangku kepentingan saja. Itu sebabnya kami bekerja sama dengan pemerintah, organisasi pasien, tenaga kesehatan profesional, dan akademisi untuk menemukan solusi akses terhadap obat inovatif dan peluang untuk terus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit mengerikan ini.”

“Di MSD, kami bekerja dengan urgensi untuk mengutamakan pasien dan memastikan obat kanker inovatif kami dapat diakses oleh pasien yang membutuhkan. Kita masing-masing didorong oleh visi bersama untuk memberi semua pasien kanker lebih banyak—lebih banyak cara untuk mengobati kanker mereka, lebih banyak kualitas dalam hidup mereka, lebih banyak waktu,” lanjut George.

What's On Fimela
Dalam rangka bulan kesadaran kanker paru, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bekerjasama dengan Merck Sharp & Dohme menyosialisasikan pentingnya kewaspadaan terhadap kanker paru bukan besar (NSCLC) EGFR (-). (dokumen/Yayasan Kanker Indonesia)
2 dari 5 halaman

Subtipe NSCLC

Dalam rangka bulan kesadaran kanker paru, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bekerjasama dengan Merck Sharp & Dohme menyosialisasikan pentingnya kewaspadaan terhadap kanker paru bukan besar (NSCLC) EGFR (-). (dokumen/Yayasan Kanker Indonesia)

Dr. Ralph Girson Ginarsa, SpPD-KHOM, spesialis penyakit dalam dan konsultan hematologi onkologi medik, menjelaskan bahwa terdapat beberapa subtipe NSCLC yaitu adenokarsinoma, karsinoma sel skuamosa, dan sel besar karsinoma. Adenokarsinoma berawal dari sel-sel yang biasanya mengeluarkan zat seperti lendir dan biasanya ditemukan pada orang yang merokok atau yang dahulu perokok, namun juga ditemukan pada orang yang tidak merokok, umumnya ditemukan pada perempuan, dan cenderung pada orang yang lebih muda dibandingkan jenis kanker paru lainnya. Jenis ini ditemukan di bagian luar paru dan kemungkinannya ditemukan sebelum menyebar.

Subtipe berikutnya adalah karsinoma sel skuamosa yang dimulai dari sel-sel skuamosa yang merupakan sel datar di dalam saluran udara paru. Penderita subtipe ini sangat erat kaitannya dengan kebiasaan merokok, dan cenderung ditemukan di bagian tengah paru di dekat saluran bronkus. Sedangkan subtipe sel besar karsinoma dapat ditemukan di bagian manapun di paru dan cenderung tumbuh dan berkembang dengan cepat sehingga lebih sulit untuk diobati. Ada satu subtipe sel besar karsinoma yang dikenal dengan sel besar karsinoma neuroendokrin, yang merupakan kanker yang tumbuh pesat dan serupa dengan kanker paru sel kecil.

Sementara itu, reseptor faktor pertumbuhan epidermal (EGFR) merupakan protein pada sel yang membantu pertumbuhannya. Sebuah mutasi pada gen EGFR akan menyebabkannya tumbuh berlebihan sehingga menyebabkan kanker. Jika EGFR negatif, artinya sel tumor pada kanker paru tidak memiliki mutasi EGFR.

Lebih lanjut Dr. Ralph mengatakan, “Gejala pada kanker paru NSCLC maupun jenis kanker paru lainnya seringkali tidak nampak pada stadium awal, sebab seringkali kanker paru memiliki gejala yang serupa dengan penyakit umum lainnya seperti TBC atau sebagai dampak dari kebiasaan merokok jangka panjang. Namun perlu diwaspadai jika seseorang merasa letih, lesu, dengan penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, kondisi batuk yang semakin parah, dahak berdarah, suara serak, nafas pendek, dengan infeksi paru yang berulang disertaki demam, nyeri pada area dada, dan nafsu makan hilang.”

Karena kebanyakan pasien datang dengan kanker paru pada stadium lanjut, perlu diketahui faktor risiko kanker paru. Merokok merupakan faktor risiko pertama kanker paru bersanding dengan jumlah rokok dan berapa lama kebiasan itu dilakukan. Perokok pasif termasuk yang terkena risiko. Paparan karsinogen atau zat kimia penyebab kanker seperti radon, asbestos, residu gas batu bara, arsenik, juga merupakan faktor risiko kanker paru. Selain itu, kanker paru juga lebih banyak ditemukan pada mereka yang diatas usia 40 tahun. Faktor keturunan juga merupakan faktor risiko.

“Bagi mereka diatas usia 55 tahun yang sering terpapar dengan faktor risiko tersebut, deteksi dini kanker paru dapat dilakukan dengan skrining tahunan melalui tes pencitraan. Jika diduga terdapat kanker paru, akan dilakukan scan CT, PET atau MRI, kemudian pengujian lendir, dan pengujian yang lebih lanjut lainnya,” jelas Dr. Ralph.

3 dari 5 halaman

Opsi Perawatan untuk NSCLS

Dalam rangka bulan kesadaran kanker paru, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bekerjasama dengan Merck Sharp & Dohme menyosialisasikan pentingnya kewaspadaan terhadap kanker paru bukan besar (NSCLC) EGFR (-). (dokumen/Yayasan Kanker Indonesia)

Terdapat opsi perawatan untuk NSCLS berdasarkan tingkat stadium kanker paru, kesehatan pasien secara umum, fungsi paru dan juga jenis kanker yang ada. “Bagi perokok, harus segera berhenti dan biasanya akan menunjukkan hasil yang lebih baik,” ujar. Dr. Ralph.

Dr. Ralph menjelaskan bahwa terdapat 3 metode utama terapi kanker paru, namun bergantung pada ukuran, cakupan, tipe kanker paru, dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Untuk jenis NSCLC pada stadium awal (stadium I) dimana kanker masih berada pada salah satu organ paru, terapi dilakukan dengan pembedahan dan dapat dilanjutkan dengan kemoterapi untuk mengurangi risiko kambuh. Opsi lain setelah pembedahan dapat dilakukan terapi radiasi.

Pada stadium II, kelenjar getah bening yang terdapat kanker dan kanker yang ada diangkat, kemudian diikuti dengan kemoterapi, dan kemungkinan dengan imunoterapi. Opsi lainnya juga dilakukan radiasi.

Pada stadium IIIA, NSCLC telah berukuran lebih dari 7 cm atau telah mengena jaringan getah bening diantara dua organ paru, maka terapi dilakukan dengan radiasi, kemoterapi, dan atau pembedahan bergantung pada ukuran tumor, lokasi di paru, kesehatan pasien, serta daya tahan pasien.

4 dari 5 halaman

Opsi Perawatan untuk NSCLS

Dalam rangka bulan kesadaran kanker paru, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) bekerjasama dengan Merck Sharp & Dohme menyosialisasikan pentingnya kewaspadaan terhadap kanker paru bukan besar (NSCLC) EGFR (-). (dokumen/Yayasan Kanker Indonesia)

Pada stadium IIIB, NSCLC telah menyebar ke kelenjar getah bening pada paru lainnya atau pada leher maupun struktur lainnya di dada. Kanker ini tidak dapat diangkat hanya dengan pembedahan, namun dengan kemoradiasi. Imunoterapi diberikan jika kanker dapat terkendali setelah 2 kali kemoradiasi. Pasien yang kurang sehat hanya diberikan radiasi saja atau kemoterapi saja.

Pada stadium IV, kanker sudah menyebar ke bagian tubuh lain dan menjadi sulit untuk disembuhkan. Terapi paliatif diberikan dengan fokus pada pengurangan rasa nyeri seperti dengan terapi fotodinamik (PDT) atau terapi laser. Namun jika kondisi pasien kuat, pengobatan atau perawatan dengan pembedahan, kemoterapi, terapi target, imunoterapi, maupun radiasi.[vi]

Menimbang panjangnya proses penyembuhan kanker paru NSCLC, Dr. Ralph menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan pencegahan kanker paru utamanya dengan berhenti merokok dan deteksi dini kanker paru, “Kanker dapat disembuhkan jika ditemukan dan segera dirawat oleh dokter pada stadium awal. Selain itu, dibarengi dengan penerapan pola hidup sehat, makan makanan bergizi, tidak mengonsumsi alkohol, berolah raga secara teratur, cukup istirahat dan jauhi stress.”

*Penulis: Vania Ramadhani Salsabillah Wardhani.

 

5 dari 5 halaman

#Elevate Women