Pilu Hati Ini, Ayah Berpulang sebelum Buah Hatiku Terlahir ke Dunia

Endah Wijayanti diperbarui 28 Nov 2021, 13:48 WIB

Fimela.com, Jakarta Membahas kisah dan cerita tentang ayah memang tak ada habisnya. Begitu banyak momen tak terlupakan yang kita miliki bersama ayah tercinta. Mulai dari momen paling bahagia hingga momen paling sedih. Setiap hal yang berkaitan dengan ayah selalu berkesan seperti tulisan kiriman Sahabat Fimela yang disertakan dalam Lomba Share Your Stories November 2021 Surat untuk Ayah berikut ini.

***

Oleh: Maya Aprianty

Ayah, begitu banyak cinta yang kau tanam padaku. Ayah, begitu banyak tulus yang kau berikan padaku. Ayah, begitu banyak pelajaran yang engkau bekalkan untuk kehidupanku di dunia ini. Ayah, aku sayang kamu.

Hai, perkenalkan Aku Maya, anak kedua dari dua bersaudara. Aku beruntung dibesarkan oleh keluarga yang dikelilingi dengan cinta, meskipun keluarga kami sederhana. Ayah, Mama dan Kakak perempuanku. Ya, kami berempat hidup bahagia meskipun terkadang masalah kehidupan datang, ya.

Namanya juga hidup, masalah pasti ada dan memang tidak ada manusia yang sempurna didunia ini, tapi bagiku keluargaku sempurna. Aku dilahirkan memang memiliki banyak kesamaan dengan Ayah, dari mulai paras, wajah, tinggi dan mungkin yang lainnya juga yang tidak aku sadari, karena itu aku sering dibilang “fotokopian Ayah”. Ayah aku memang bukan manusia yang sempurna, tapi untuk aku, kakak dan mama, ayah adalah laki-laki sempurna yang dikirim Tuhan untuk melengkapi kehidupan kami di dunia ini.

 

2 dari 3 halaman

Ayah Senantiasa Membantuku Menjaga Kandunganku

Ilustrasi./Copyright pexels.com/@leonardo-gonzalez-643448

Sejak kecil hingga dewasa bahkan setelah menikah, Ayah tetap menjagaku. Di matanya, aku selalu menjadi putri kecilnya yang ia sayangi, tentunya kakakku pun juga sangat Ayahku sayangi. Kakakku sangat mandiri, hebat, dan dapat memutuskan apa yang ia mau. Tidak seperti aku yang apa-apa nanya, “Bagus nggak, Yah?” “Menurut Ayah gimana?” dan banyak lagi hal lainnya yang selalu kutanyakan pada Ayah.

Bagian kehidupanku yang tidak bisa aku lupakan bersama Ayah adalah ketika aku dikaruniai anak pertama yang memang sangat ditunggu kehadirannya oleh Ayahku. Namun sayang, Allah hanya memberi amanah itu hingga usia kandungan tujuh bulan saja, dan calon anakku alias cucu pertama Ayah sudah tidak bernyawa di dalam perutku. Sedih? Jangan ditanya. Aku berusaha untuk tegar dan ikhlas menerima takdir Tuhan yang harus aku jalani.

Tapi sedihku memuncak ketika kesedihan dan kekecewaan yang teramat di wajah Ayah saat itu, kata Ayah, “Kenapa yang diinginkan dan ditunggu-tunggu malah begini?" Ayah berkata seperti itu bukan tanpa alasan, karena ayah tahu ada seorang yang hamil di luar nikah, menikah saat d iperut ada janin berusia jalan enam bulan, bayangkan, memakai baju pengantin, dengan perut yang sedang hamil enam bulan, saat itu sepertinya tak banyak yang menyadarinya, termasuk aku.

Tahu ketika mendengar wanita tersebut sudah lahiran, ya kecuali memang orang yang tahu keseharian wanita tersebut, pasti curiga. Tapi mengapa untuk kami yang menunggu kehamilan yang membawa kebahagiaan dan bayi yang ditunggu-tunggu Tuhan ambil? Saat itu aku hanya bisa ikhlas dan berpikir positif, pasti ada hikmah yang Tuhan simpan dibalik peristiwa ini.

Waktu terus berlalu, akhirnya aku mengandung anak kedua, setelah yang pertama keguguran. Satu tahun tiga bulan lamanya penantian itu datang. Bahagia tak terhingga akan kehadiran bayi kecil.

 

3 dari 3 halaman

Semoga Ayah Bahagia di Sana

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/id/g/LightField+Studios

Ketika umur kandunganku menginjak sekitar tujuh bulan Ayahku mengantar jemput aku kerja, karena mitosnya usia kandungan tujuh bulan itu bayi di perut kembali muda. Aku dan ayahku satu kantor, jadi ya sambil menyelam minum air lah, memang biasanya aku bawa motor sendiri semenjak keguguran anak pertama itu.

Rutinitas antar jemput aku terkadang membuat tingkah ayahku aneh, merasa anakku di dalam perut menendang-nendang tubuh ayah dari belakang, tapi aku rasa itu handphoneku yang bergetar, hehe.

Delapan bulan sudah bayi di perutku. Namun sayang ayahku pergi untuk selamanya. Saat cucu keduanya akan lahir ke dunia, malah ayah yang pergi meninggalkan dunia.

Campur aduk sudah perasaanku, kenapa Tuhan tidak mempertemukan ayahku dan cucunya di dunia? Kenapa Tuhan mengambil Ayahku saat sebentar lagi aku melahirkan? Kenapa Tuhan mengambil ayahku? Penyeimbang hidupku dan keluargaku? Kenapa, Tuhan?

Meskipun ayah telah pergi untuk selamanya, aku yakin ayah akan selalu ada di dekatku dan menjagaku seperti dulu. Ayah adalah panutanku. Ayah adalah sahabatku. Ayah adalah teman curhatku. Ayah adalah lelakiku yang selalu aku peluk erat dari belakang jika sedang di motor. Ayah adalah cahayaku.

Ayah pergi meninggalkan kami dengan senyum manis dan kepergian ayah diiringi oleh banyak teman-teman, rekan, warga. Ya, ayahku adalah pak RT seumur hidup dan aku rasa ayah sudah menjadi pak RT  terbaik yang pernah ada dilingkungan rumahku. Terbukti dengan banyaknya kami yang mengantarkanmu ke tempat peristirahatan terakhirmu, Ayah.

Aku harap Ayah diberikan kebahagiaan di alam sana, aku yakin cucu pertamamu ada bersamamu, bahagia di alam berbeda, doa kami akan selalu ada untuk ayahku tersayang. I love you.

 

#ElevateWomen