Cerita Jurnalis Peliput Covid-19 di Rumah Sakit yang Bertaruh Keselamatan

Novi Nadya diperbarui 24 Nov 2021, 21:48 WIB

Fimela.com, Jakarta Jurnalis video asal Pekanbaru Dermawansyah mendapati sebutan wartawan berani mati saat bertugas meliput perkembangan Covid-19 di Riau. Regional Liputan6.com menuliskan jika Mawan terbilang nekat dibanding jurnalis lainnya. 

Saat banyak orang menghindari orang yang terpapar Covid-19, pria asal Kabupaten Rokan Hulu ini justru mencari langsung pasiennya. Ia pun rutin masuk ke ruang isolasi tempat pasien bergejala berat dirawat.

Selama meliput Covid-19, Mawan melihat pasien berada di ambang hidup dan mati. Dia menyaksikan langsung bagaimana virus corona memberikan dampak buruh bagi kesehatan, khususnya bagi yang memiliki penyakit bawaan.

Biasanya, Mawan masuk ke ruang Pinere Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pekanbaru. Ruangan yang beberapa bulan lalu penuh sesak oleh pasien virus corona karena lonjakan kasus Covid-19 di Riau.

Sejumlah lokasi isolasi terpadu pernah dimasukinya. Dengan sorot kamera, dia menyaksikan bagaimana setiap warga terkonfirmasi Covid-19 berjuang sembuh agar kembali kepada keluarganya.

2 dari 3 halaman

Tak Hanya Tuntutan Profesi

Memang, pekerjaannya ini tak lepas dari tuntutan profesi. Namun, ada misi khusus bagi dirinya yaitu memberi pemahaman kepada masyarakat bahwa virus corona itu memang benar adanya.

"Dulu kan banyak orang ngomong Covid-19 itu tidak ada, bilang ini konspirasi, bilang hoaks, saya ingin memberikan pemahaman melalui berita bahwa virus corona itu memang ada," cerita Mawan kepada Liputan6.com, Minggu petang, 21 November 2021.

Mawan menuturkan, tak semua jurnalis bisa masuk ke ruang Pinere RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru ataupun lokasi isolasi terpadu pemerintah. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, salah satunya pernyataan siap terpapar.

Jika mendapat izin, Mawan tak ujuk-ujuk meliput begitu saja. Harus ada pendamping dari petugas medis.

Biasanya, adalah juru bicara Satgas Covid-19 di Riau, dr Indra Yovi, yang merupakan dokter spesialis paru dan bertugas di ruang tersebut.

Pendampingan ini sangat penting, mengingat ada beberapa rahasia medis pasien yang tak boleh diketahui khalayak ramai.

"Bagian wajah itu tidak boleh diambil karena kerahasiaan pasien," ucap Mawan.

3 dari 3 halaman

Menyiksanya Hazmat

Selama liputan di ruang isolasi, protokol kesehatan Covid-19 adalah hal mutlak. Bukan sekadar masker, melainkan protokol medis yang mau tidak mau harus diikutinya.

Sebut saja memakai pelindung mata dari kaca dan sarung tangan. Masker berlapis-lapis yang dilem agar tidak longgar. Hingga menggunakan hazmat berlapis serta sepatu bot seperti petugas medis.

Kekhawatiran selalu menyelimuti Mawan selama liputan. Terbesit di pikirannya, bagaimana jika nanti terpapar. Namun dirinya dikuatkan oleh doa dan keyakinan bahwa tugasnya memberitakan Covid-19 adalah mulia.

"Yang penting safety, dan niat baik melaporkan perkembangan penanganan Covid-19 ke masyarakat," tutur Mawan.

Menurut Mawan, memakai hazmat bukanlah hal nyaman. Satu jam saja, keringat sudah bercucuran karena udara panas terperangkap di dalam hazmat.

Terakhir kali masuk ke ruang Pinere RSUD Arifin Ahmad, kata Mawan, jumlah pasien Covid-19 sedang banyaknya. Ruangan hampir penuh, ada anak-anak juga.

"Ada yang sesak, ada yang tengah kritis, di situlah terlihat bagaimana virus corona ini kalau sudah berat, di sini juga terlihat perjuangan dokter berusaha menguatkan pasien agar sembuh," jelas Mawan. 

#ElevateWomen