Fimela.com, Jakarta Meskipun level PPKM di banyak daerah di Indonesia telah menurun, bukan berarti bisa lengah dan mengabaikan protokol kesehatan. Apalagi sebentar lagi menjelang perayaan Natal dan tahun baru, dikhawatirkan akan ada lonjakan kasus baru jika tidak dicegah sedini mungkin.
Dalam hal ini, pemerintah menyiapkan berbagai strategi untuk mencegah lonjakan kasus COVID-19. Salah satunya adalah dengan menerapkan PPKM Level 3 di seluruh wilayah Indonesia mulai 24 Desember 2021 sampai 2 Januari 2022.
Dilansir dari Liputan6.com, juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito, mengatakan bahwa setidaknya ada 4 indikator yang menjadi pemicu lonjakan COVID-19 menjelang libur Nataru (Natal dan Tahun Baru). Keempat indikator tersebut adalah mobilitas, cakupan vaksinasi, kepatuhan protokol kesehatan, dan angka reproduksi efektif.
Masing-masing indikator dijelaskan seperti berikut:
Mobilitas
Mobilitas atau pergerakan masyarakat saat ini terus meningkat, bahkan jika dibandingkan dengan saat lonjakan kasus kedua di bulan Juli lalu. Peningkatan mobilitas ini terjadi pada 5 titik, yaitu pusat perbelanjaan (retail dan rekreasi), ruang terbuka publik/taman, perkantoran, dan Lokasi transit. Merujuk pada pengalaman libur Idul Fitri 2021 lalu, mobilitas yang tinggi menjadi salah satu pemicu lonjakan kasus kedua tersebut.
Cara mengendalikan mobilitas ini agar tidak memicu kenaikan kasus COVID-19 adalah dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam berkegiatan, serta mengurangi mobilitas yang tidak diperlukan, serta dibarengi dengan peningkatan skrining COVID-19 dengan memperbanyak testing, dan juga tetap melaksanakan protokol kesehatan dengan baik.
Cakupan Vaksinasi
Cakupan vaksinasi dosis ke-2 masih rendah di berbagai daerah. Dilihat dari persentase kabupaten/kota dengan kepatuhan memakai masker dan menjaga jarak yang juga rendah. Kekebalan tubuh yang optimal hanya dapat dicapai setelah seseorang divaksin dengan dosis lengkap. Selanjutnya, untuk dapat melindungi suatu daerah dengan lebih maksimal tentunya vaksinasi harus dilakukan setidaknya mencakup 70% dari populasi.
Sayangnya dari 34 Provinsi di Indonesia, 22 Provinsi masih memiliki cakupan vaksinasi dosis lengkap yang lebih rendah dari angka nasional, yaitu 40,42%. Dari 22 Provinsi, terdapat 4 provinsi yang ternyata lebih dari 40% kab/kota melaporkan memiliki kepatuhan rendah dalam memakai masker dan menjaga jarak. Empat provinsi tersebut adalah Riau, Lampung, Sulawesi Tenggara, dan Maluku.
Protokol Kesehatan
Protokol kesehatan sangat penting untuk dijalankan, dengan atau tanpa vaksinasi, karena protokol kesehatan merupakan modal dasar dan utama dalam menghadapi pandemi.
Cakupan vaksinasi yang rendah, terlebih apabila tidak didukung dengan kepatuhan protokol kesehatan, dapat meningkatkan potensi penularan Covid-19 di tengah masyarakat. Untuk itu, peningkatan cakupan vaksinasi dan kepatuhan protokol kesehatan sangatlah penting dilakukan.
Angka Reproduksi Efektif
Angka reproduksi efektif atau angka Rt menggambarkan tingkat penularan pada masyarakat. Semakin kecil angka Rt, maka semakin rendah potensi penularannya. Saat ini angka Rt nasional maupun di beberapa daerah sudah mulai mengalami peningkatan, meskipun angkanya masih di bawah 1. Namun peningkatan angka ini harus terus ditekan dan dipertahankan tetap rendah, agar mobilitas yang ada saat ini tidak memicu lonjakan kasus.
Keempat indikator ini patut diwaspadai oleh seluruh masyarakat. Dengan menjaga mobilitas, meningkatkan cakupan vaksinasi, menerapkan protokol kesehatan serta menekan angka reproduktif efektif, diharapkan tidak ada lonjakan kasus COVID-19 menjelang Nataru (Natal dan Tahun Baru) kali ini.
#ElevateWoman with Fimela