Alasan Terpilihnya Caitlin North-Lewis Main di Film Paranoia

Rivan Yuristiawan diperbarui 11 Nov 2021, 23:24 WIB

Fimela.com, Jakarta Film produksi Miles Films, Paranoia tayang di bioskop mulai 11 November 2021. Nama bintang muda, Caitlin North-Lewis kemudian mencuri perhatian dengan perannya sebagai Laura di film tersebut.

Dalam ceritanya, Laura adalah anak dari Dina (Nirina Zubir) dan Gion (Lukman Sardi) yang berkonflik di film tersebut. Ternyata, ada alasan spesifik mengapa sosok Caitlin North-Lewis dipilih untuk memerankan karakter Laura.

Riri Riza selaku sutradara mengakui jika dirinya sempat mengalami kesulitan untuk menemukan pemain yang pas untuk memerankan karakter Laura. Pasalnya, Laura digambarkan sebagai anak yang lemah dan tertekan terhadap masalah yang terjadi pada orangtuanya, dan menurut Riri Riza tak banyak aktris muda yang mampu dan proper untuk memerankan karakter tersebut.

"Terus terang kalau (karakter) yang lain ketika menulis, di ujung-ujung proses nulis kita tahu semuanya udah (kebayang), kita sudah punya prediksi mental itu siapa sih yang cocok dan punya endurance, etos, sama kayak kami kalau bikin film. Tapi untuk pemeran Laura ini agak beda, saya terus terang menemukannya agak berulang-ulang kali," kata Riri Riza saat press screening belum lama ini.

"Teman-teman bisa lihat bagaimana Laura itu sangat free, bebas dan banyak sekali momen di mana kamera itu praktis hanya melihat dia. Mungkin dia tuh orang yang paling banyak secara intimate kamera mendekat ke dia, kenapa? karena memang perasaan takut itu mengancam kepada seseorang yang paling ringkih di dalam situasi ini. Saya mencari seorang anak gadis yang ringkih tapi sekaligus berani dan terus terang di perfilman Indonesia tidak banyak. Kalau yang ringkih banyak, tapi yang berani dengan keberadaannya dia sebagai seorang remaja itu saya mesti mencari berulang-ulang dan akhirnya ketemu (di sosok Caitlin North-Lewis)," paparnya kemudian.

2 dari 3 halaman

Mendukung

Caitlin North Lewis dan Nicholas Saputra di sela-sela syuting film Paranoia. (Instagram @allaboutnicsap)

Sementara itu, Mira Lesmana yang bertindak sebagai produser pun memberikan tanggapannya terkait kehadiran Caitlin North-Lewis di film Paranoia. Menurutnya, Caitlin memiliki banyak aspek yang mendukung untuk memerankan karakter Laura dengan pendekatan yang sesuai dengan jalan cerita filmnya.

"Menurut saya kita justru beruntung banget karena Caitlin memang tinggal di Bali dan dia juga punya aksen Bali. dia memang Indo, tapi kalau di mata saya sih mukanya cukup Jawa walaupun rambutnya pirang. Ketika kita pertama kali menilai Caitlin kita minta interview dulu sama dia, dan waktu itu di keadaan PSBB dia sedang berada di dalam Nias, kami zoom dan tanya Caitlin sama siapa, dia bilang sendiri, 'udah biasa kayak gitu? udah biasa'. Terus kita juga ajukan beberapa pertanyaan dan kita dengar dialeknya dan ini pas banget sih kami pengin punya pemain yang terbiasa tinggal di Bali dan seperti kata Riri, berani. Ketika zoom kita ceritakan bagaimana karakternya Laura, apakah dia oke untuk memerankan seseorang yang sedang menemukan sensualitas dia dan itu sesuatu yang wajar. Tapi untuk banyak banget, terus terang di Indonesia itu yang sulit. bukannya si aktornya tidak berani tapi biasanya dia terkait dengan sebuah produk dan produk itu tidak membolehkan dia untuk melakukan ini dan itu. Caitlin itu orang yang bilang, 'I can do this, I can do that'," jelas Mira Lesmana.

3 dari 3 halaman

Tentang Film Paranoia

Caitlin North Lewis dan Nicholas Saputra di sela-sela syuting film Paranoia. (Instagram @mirles)

Film Paranoia sendiri merupakan film pertama produksi Miles Films yang bergenre thriller. Bercerita tentang tentang Dina (Nirina Zubir) yang melarikan diri dari suaminya, Gion (Lukman Sardi). Ia diburu karena selain lari bersama anak mereka, Laura (Caitlin North-Lewis), ia juga membawa sebuah barang berharga. Dalam persembunyian, seorang pria tak dikenal yang bernama Raka (Nicholas Saputra), muncul dan mengusik hubungan Dina dan Laura.

Dalam proses produksinya, film Paranoia dilakukan di tengah masa PSBB COVID-19 dengan menerapkan konsep bubble production. Film tersebut juga meraih empat nominasi dalam penghargaan Festival Film Indonesia 2021.