Fimela.com, Jakarta Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim bercerita tentang pengalamannya melepas dua orang anaknya yang berusia 3 dan 4 tahun kembali ke sekolah mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT). Meski mengetahui risiko besar membiarkan anak-anaknya yang belum divaksin ke sekolah, ia mengaku siap menerima konsekuensinya.
"Saya mengerti 100 persen risiko kesehatan Covid-19, mengirimkan anak kecil (ke sekolah) dan tidak divaksin. Saya menerima risiko itu, karena risiko satunya permanen dan lebih parah lagi. Ini saya bicara sebagai orangtua dulu bukan sebagai menteri," ujar Nadiem di acara Hari Inspirasi OASE, Kamis (4/11).
Hal itu dilakukan Nadiem bukan tanpa perhitungan, justru ia sudah memperhitungkan secara matang. Sebab dampak pembelajaran jarak jauh bagi anak usia dini sangat sulit diterapkan, bagi orangtua juga anak itu sendiri.
"Saya menerima beban pendidikan saat anak (belajar) di rumah. Tapi saya melihat anak-anak mengalami berbagai macam perlilaku seperti resah, merasa kesepian, gampang marah. Tapi saat mulai kembali ke sekolah selama 1 minggu perilakunya jauh lebih manis, nurut, bahagia, dan enggak ngelawan-ngelawan," bebernya.
Analisis Perubahan Perilaku Anak-Anak
Nadiem mencoba menganalisis terhadap perubahan sikap anak-anaknya saat menjalani PJJ dan PTMT. Berdasarkan teorinya, saat anak berada di sebuah lingkungan di mana posisi mereka bukan 'raja' akan melakukan adaptasi sosial.
"Beradaptasi sosial dengan anak-anak lain, guru dan mentor mereka, tidak bisa kurang ajar, survive di lingkungan komunitasnya, itu yang mengasah mereka. Ini cerita berdasarkan personal saja," tambah Nadiem.
Meski di balik itu, kekhawatiran yang dirasakannya sama seperti orangtua lain. Yaitu takut anak terpapar Covid-19 sampai membuatnya susah tidur.
#ElevateWomen