Fimela.com, Jakarta Di bulan Oktober yang istimewa kali ini, FIMELA mengajakmu untuk berbagi semangat untuk perempuan lainnya. Setiap perempuan pasti memiliki kisah perjuangannya masing-masing. Kamu sebagai perempuan single, ibu, istri, anak, ibu pekerja, ibu rumah tangga, dan siapa pun kamu tetaplah istimewa. Setiap perempuan memiliki pergulatannya sendiri, dan selalu ada inspirasi dan hal paling berkesan dari setiap peran perempuan seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Elevate Women: Berbagi Semangat Sesama Perempuan di Share Your Stories Bulan Oktober ini.
***
Oleh: Febriani Azzahrah
Aku akan bercerita mengenai sebuah kisah tentang seorang sahabat dan tulisan ini telah mendapatkan izin dari beliau. Aku akan bercerita dalam gaya "aku". Semoga kisah ini mampu diambil hikmah juga penyemangat bagi perempuan-perempuan hebat dimana pun.
*
Mita sebut saja namaku begitu. Aku seorang sarjana tapi ketika menikah, aku fokus menjadi ibu rumah tangga untuk mengabdi pada suami juga mengurus keluarga. Rahmad, itulah nama suamiku. Saat kami menikah, Kak Rahmad telah bekerja tapi hanya sebagai tenaga kontrak yang telah menginjak tahun ke-5.
Aku sempat berpikir untuk bekerja. Selain sebagai usaha untuk membantu perekonomian keluarga juga agar ijazah yang diperoleh dapat dimanfaatkan. Aku sangat tahu, gaji Kak Rahmad sangat kecil dan dibawah UMR. Untuk memenuhi kebutuhan susu anak-anak kami pun begitu terseok. Ya, kami dianugerahi 3 orang berlian yaitu 2 orang putri yang berumur 7 tahun dan 6 tahun serta seorang putra yang baru berusia satu tahun empat bulan.
"Bi, Umi izin bekerja ya?" pintaku dengan memelas.
"Umi... Umi cukup mengurus anak-anak saja. Urusan keuangan biarkan Abi yang cari. Yakinlah akan selalu ada rejeki," ujar suamiku dengan keyakinan dan senyuman khasnya.
Kalimat itu selalu saja keluar dari mulut suamiku ketika aku sedikit mengeluh masalah keuangan atau pun susu anak. Suamiku disela-sela tugas utamanya, ia bekerja sebagai ojek on line atau pun ojek langganan.
Di pertengahan Agustus 2019, tiba-tiba suamiku sakit kepala dan muntah-muntah lalu pingsan. Dengan bantuan beberapa teman suamiku yang kebetulan sedang berada di kantor, Kak Rahmad dibawa ke dokter. Setelahnya kami pulang ke rumah orang tuaku yang berjarak 50 km dari tempat tinggal kami(rumah dinas) di kota guna pengobatan juga pemulihan.
Suamiku divonis terkena serangan stroke akibat asam lambung juga tekanan darah yang tinggi. Sejak saat itu, Kak Rahmad mengurangi pekerjaan sampingannya sebagai tukang ojek on line.
Suami Terkena Stroke
Tepatnya akhir Desember 2020, suamiku kembali mendapatkan serangan stroke dengan keluhan awal sakit kepala juga muntah-muntah sama persis dengan serangan pertama. Kali ini jauh lebih dahsyat serangan yang ia dapatkan.
Berbulan-bulan Kak Rahmad mendapatkan terapi secara tradisional untuk pemulihan dan alhamdulillah begitu banyak mengalami kemajuan. Suamiku sudah mulai bisa berjalan walau pun lambat begitu juga dengan berbicara hanya tangan kanannya saja yang masih sedikit kaku.
Penantian Kak Rahmat selama 14 tahun mengabdi pada negara pun akhirnya terjawab. Selasa 14 Februari 2021, Kak Rahmad dijadwalkan penyerahan SK dan kontrak kerja sebagai ASN. Sebenarnya kondisi Kak Rahmad belum benar-benar pulih tapi acara hari itu tidak dapat diwakilkan. Terlihat semangat menggebu diwajah suamiku. Kami pun berangkat menuju rumah yang sudah lebih dari satu bulan kami tinggalkan pada malam sebelum acara penyerahan SK.
"Mi... ini SK Abi. Alhamdulillah Mi. Nanti kalau sudah gajian, Abi mau beli sepatu baru ya?" ujar Kak Rahmad sepulang dari acara tersebut dengan wajah berseri juga semangat.
"Alhamdulillah Bi... buah kesabaran. Nanti kalau gajian, gaji pertama, silahkan Abi gunakan untuk keperluan Abi." jawabku dengan semangat juga.
"Mi... nanti kita jalan-jalan dan liburan ya?"
" Iya Bi." jawabku.
Setiap hari setelah SK diterima, semangat suamiku begitu besar. Aku begitu bahagia dan berharap kesembuhan total segera ia miliki. Hingga hari sabtu tanggal 13 Maret 2021 tiba-tiba aku dikagetkan mendapati suamiku seperti berusaha menghampiriku ketika aku pulang dari warung bersama Si Bungsu dan Si Tengah, hanya Si Sulung yang bersama Kak Rahmad. Seketika tubuhnya mengejang, mata tertutup dengan air mata.
Aku panik dan menitikkan air mata melihat keadaan suami tercintaku, ia mendapatkan serangan stroke ketiga. Aku pun segera menelpon saudara suamiku dan kami dengan segera membawa ke rumah sakit. Sabtu malam kondisi suamiku benar-benar turun dan akhirnya aku mengambil keputusan untuk membawanya ke rumah orang tuaku. Selasa 16 Maret 2021, Allahu Robbi lebih menyayangi dengan memanggilnya kembali.
Duniaku terasa seperti runtuh seketika. Tidak ada tempatku berbagi dan sebagai penguatku disaat lemah. Aku semakin tenggelam dalam rasa sedih juga pesimis bagaimana bisa menjalani hidup juga membesarkan tiga buah hati. Sebuah penyesalan, suamiku belum merasakan jerih payahnya. Gaji dari bulan Januari 2021 belum diterima dan sedang dalam proses pencairan.
"Ya Allah ya Tuhanku, coba saja Engkau izinkan Abi merasakan gajinya satu tahun saja sebagai ASN." ucapku dalam hati dengan bulir air mata yang tak terasa keluar. Tapi aku segera tersadar, semua sudah tertulis dan tidak ada yang dapat memajukan atau memundurkan semua ketetapan-NYA.
"Mbak Mita, kami kemarin didaftarkan BPJS ketenagakerjaan dan dimasukan pada dua jaminan yaitu jaminan kematian dan jaminan kecelakaan kerja. InshaaAllah akan ada santunan." ujar Nisa teman kerja suamiku.
"Alhamdulillah Mbak Nisa, semoga ada rejekinya anak-anak. Aku mohon bantuan Mbak Nisa ya?"
"InshaaAllah Mbak, aku cari info dahulu nanti Mbak siapkan semua dokumen-dokumen yang dipinta." ujar Nisa kembali.
Semua berkas pengajuan klaim pun telah siap dan dengan meninggalkan Si Bungsu yang belum genap satu tahun, aku berangkat ke kota untuk mengurus semuanya. Nisa telah menungguku. Karena sudah siang kami pun harus kembali datang esok harinya.
Semangat demi buah hati lah yang menggerakkanku tapi kecewa yang didapat. Jaminan kematian tidak dapat diklam karena premi telah terputus di bulan Februari 2021 sedangan Kak Rahmad meninggal tanggal 16 Maret 2021. Ya, proses ini terjadi karena adanya proses peralihan status kepegawaian suamiku.
Nisa masih berusaha mencari info juga menyemangatiku. Ia mencoba untuk mengecek di PT Taspen, apakah premi sudah dibayar sehingga ahli waris mendapatkan uang duka. Tapi ternyata sama dengan BPJS Ketenagakerjaan, premi belum dibayar. Duniaku rasanya semakin runtuh. Rasanya aku ingin ikut ke alam baka bersama suamiku. Bagaimana aku akan menjalani hidup dan membesarkan tiga buah hati?
Bangkit dan Berjuang demi Anak-Anak
"Mbak Mita nggak boleh putus asa! Harus yakin dengan ketentuan Allah. Yakinlah akan ada rejeki untuk tiga berlian peninggalan Abi." Nisa menyemangatiku. Aku sungguh beruntung mengenal Nisa yang awalnya aku tidak begitu peduli dengannya.
"Mbak... Aku ingin berbagi cerita Mbak pada teman-teman. Semoga aja ada hati yang tergerak untuk berbagi rejeki buat Mbak dan tiga berlian. Apalagi sekarang bulan Ramadhan dan sebentar lagi idul fitri. Bolehkan?" pinta Nisa kemudian.
"MasyaAllah Mbak Nisa, terima kasih banyak ya." ucapku dengan air mata berlinang.
Uang pensiun tidak akan pernah kami dapatkan karena suamiku bulanlah PNS walaupun sama-sama ASN.
"Kuatkan hamba ya Rabb."
Tepatnya tujuh hari menjelang hari raya idul fitri, Mbak Nisa dan tiga orang teman suamiku yang lain berkunjung ke rumah orang tuaku, mereka membawa berbagai makanan anak-anak, beras juga uang belasan juta yang telah dikumpulkan. Jumlah uang yang diserahkan sebelumnya telah aku ketahui dari Nisa.
"Mbak Mita, alhamdulillah rezekinya tiga berlian. Uang yang terkumpul itu berjumlah belasan juta dari sedekah juga zakat mal. Aku hanya berpesan, uangnya benar-benar dimanfaatkan terutama untuk sekolah dua berlian dan modal usaha."
"Terima kasih banyak Mbak Nisa. InshaaAllah akan benar-benar dimanfaatkan."
Kini aku membuka warung kecil-kecilan dirumah juga meneruskan menjual kue-kue yang telah aku lakukan sejak awal bulan Ramadhan. Hingga kini sebenarnya aku terkadang masih merasa hampa terutama ketika anak-anakku sakit karena kangen dengan ayahnya. Untuk mengobati rasa kangen mereka, aku mengajak mereka berziarah ke makan Kak Rahmad yang bisa kami tempuh dalam beberapa menit dengan berjalan kaki.
Setiap kali melihat wajah ketiga berlian peninggalan suamiku, semangat berjuang menjalani hidup dan melakukan yang terbaik untuk ketiganya tumbuh subur. Merekalah tujuan hidupku kini, terlebih amanah suamiku yang ingin anak-anaknya mendapatkan pendidikan di pesantren. Aku yakin ini yang terbaik dan akan ada hikmah didepan kelak. Aamiin.
#ElevateWomen