Fimela.com, Jakarta Di bulan Oktober yang istimewa kali ini, FIMELA mengajakmu untuk berbagi semangat untuk perempuan lainnya. Setiap perempuan pasti memiliki kisah perjuangannya masing-masing. Kamu sebagai perempuan single, ibu, istri, anak, ibu pekerja, ibu rumah tangga, dan siapa pun kamu tetaplah istimewa. Setiap perempuan memiliki pergulatannya sendiri, dan selalu ada inspirasi dan hal paling berkesan dari setiap peran perempuan seperti tulisan Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam Lomba Elevate Women: Berbagi Semangat Sesama Perempuan di Share Your Stories Bulan Oktober ini.
***
Oleh: Dice Mariyetti
Menjadi seorang ibu adalah sesuatu yang sangat diimpikan oleh seorang wanita di seluruh dunia. Melahirkan dan membesarkan seorang individu baru yang telah Tuhan amanahkan. Tak terkecuali aku yang merupakan seorang wanita yang telah beranjak dewasa atau tepatnya sudah mempunyai cukup umur.
Aku menikah d iusia hampir memasuki kepala tiga. Bagi orang zaman dulu usia tersebut sudah termasuk perempuan tua. Namun karena aku adalah seorang yang berprofesi sebagai karyawati perusahaaan swasta, hal tersebut tidak terlalu menjadi persoalan. Karena kesibukan kerja membuatku melupakan untuk segera menikah.
Tepat di usiaku yang memasuki kepala tiga, Tuhan mempertemukanku dengan sesorang yang kelak akan menjadi suamiku dan bapak dari anak-anakku. Setelah menikah betapa inginnya aku segera memiiki seorang anak.
Mengingat usiaku yang sudah tidak teralu muda lagi, jika aku tidak menunda kehamilan, aku pikir betapa tuanya aku nanti saat anakku masih belia. Aku mengikuti beberapa program kehamilan. Membaca berbagai macam buku dan artikel mengenai kesuburan.
Tepat usia pernikahan menginjak dua bulan akhirnya aku hamil. Saat itu aku merasa menjadi wanita yang paling beruntung. Dan masih tak percaya ada makhluk hidup yang sedang berkembang di rahimku.
Kami memiliki bayi pertama berjenis kelamin perempuan. Aku membesarkannya dengan penuh suka cita. Walau sebagai ibu baru begitu banyak kendala yang harus kuhadapai. Dari ketidaktahuanku cara mengasuh bayi tapi semua tetap kulakoni sendiri dengan tulus.
Mengambil Sebuah Pilihan
Sampai bayi keduaku lahir dua tahun berikutnya. Saat itulah aku memutuskan hal yang terberat dalam hidupku yaitu menjadi seorang ibu seutuhnya. Meninggalkan atribut sebagai wanita karier.
Awalnya bagiku itu adalah keputusan yang terbaik. Namun setelah beberapa tahun terlewati ada rasa gundah gulana menyertaiku. Melihat teman-teman yang masih berjibaku dengan pekerja. Bisa pergi kemana pun mereka suka. Mereka juga memiliki banyak waktu untuk me-time. Sedangkanku, hari-hari selalu dihabiskan didapur dan memebersihkan rumah. Persis seperti upik abu.
Keresahan itu akan hilang jika aku berpikir kembali apa tujuanku untuk menikah dan berkeluarga? Selama penghasilan suami masih bisa mencukupi kebutuhan, tak perlu rasanya bagiku untuk bekerja. Hanya kadang untuk mengusir rasa bosan aku mulai belajar tentang bisnis online. Siapa tahu suatu saat nanti jika anak-anak sudah meulai beranjak dewasa dan sudah bisa sedikit mandiri. Aku pasti memiliki banyak waktu untuk berbisnis tanpa meninggalkan pekerjaanku sebagi ibu rumah tangga.
Perempuan sudah dikodratkan untuk menjadi ibu rumah tangga. Dan sungguh menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga itu tidak gampang. Kita tidak hanya membesarkan buah hati tapi mendidik mereka menjadi orang yang berguna. Jadi buat ibu–ibu yang memilih untuk menjadi ibu rumah tangga, tetaplah mejadi yang terbaik di dalam rumah. Dan untuk ibu yang harus bekerja sekaligus mengurus rumah tangga tetaplah berjuang. Sebab kita adalah wanita hebat.
#ElevateWomen